• Login
  • Register
Rabu, 2 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Advokasi Fikih terhadap Anak Perempuan Pasca Orang Tua Cerai (2)

Pendapat yang paling sahih ialah tetap membiarkan anak memilih, bukan memutuskan sepihak lantaran suatu keistimewaan

Moh Soleh Shofier Moh Soleh Shofier
03/06/2024
in Keluarga
0
Advokasi Fikih terhadap Anak Perempuan

Advokasi Fikih terhadap Anak Perempuan

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saya tak akan bosan untuk menyampaikan bahwa demi keamanan dan kenyamanan anak, kalangan Syafi’iyah memastikan, anak perempuan yang beranjak remaja (balig) bebas memilih salah satu orang tuanya yang cerai. Ini bentuk tegas advokasi Fikih terhadap anak perempuan pasca orang tuanya cerai.

Berbeda dengan kalangan Hambali yang memberlakukan ketentuan di atas (bebas memilih) khusus anak lelaki. Sementara anak perempuan tak punya pilihan; mesti ikut ayahnya.

Kendatipun demikian, kalangan kedua ini mengajukan alasan yang cukup relevan dengan situasi sosial kala itu. Yakni kemaslahatan anak perempuan hanya terjamin bila bersama sang ayah. Mulai dari perlindungan, keamanan, menggali potensi diri, terjaminnya finansial dan lain semacamnya, (Ibnu Qudamah, al-Kafi fi Fiqh al-Imam Ahmad, 3/247).

Hal ini bisa kita telusuri bahwa ada anggapan besar, kala itu, perempuan sebagai ibu yang sudah bercerai tetap membutuhkan perlindungan lelaki, bagaimana bisa melindungi anaknya yang perempuan? Begitulah kira-kira rasionalisasi kubu Hambali.

Kemaslahatan Anak sebagai Pijakan Hukum

Dengan begitu, kelompok ini tak menyangkal bahwa keamanan dan kesejahteraan anak perempuan tetap menjadi prioritas sebagaimana anak laki-laki meskipun dalam bentuk yang berbeda.

Baca Juga:

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

Bila kita baca ulang dengan konteks sekarang di mana tak sedikit perempuan single parent memiliki kemandirian ekonomi dan pendidikan. Dengan kata lain, tidak sepenuhnya bergantung pada lelaki.

Maka ketentuan kalangan Syafi’iyah jauh relevan yaitu membebaskan anak, termasuk anak perempuan, memilih berdasarkan keinginannya apakah ikut ayah atau ibu. Sesuai kemaslahatan anak itu sendiri. Bukan karena salah satu orang tuanya memiliki keistimewaan, lalu mengabaikan kebebasan anak.

Sebab meski salah satu orang tuanya memiliki keistimewaan yang tak dimiliki yang lain, misal lebih kaya, lebih religius, atau lebih sayang anak. Tapi siapa yang menjamin anak itu bahagia bila ikut tinggal sama orang tua yang punya keistimewaan?

Dalam Raudlah al-Thalibīn (9/104) Imam Nawawi menjelaskan bahwa pendapat yang paling sahih ialah tetap membiarkan anak memilih, bukan memutuskan sepihak lantaran suatu keistimewaan.

“Seandainya kedua orang tuanya memenuhi kualifikasi mengasuh anak, dan salah satunya memiliki privelige yang tak dimiliki yang lain seperti lebih religius, kaya, dan cinta anak. Maka apakah anak dipasrahkan ke orang tua yang punya kelebihan atau  kebebasan anak untuk memilih masih berlaku? Menurut pendapat yang paling sahih adalah masih berlaku hak anak memilih.”

Anak Perempuan Memilih Ayah, Kehadiran Ibu tetap Penting

Tetapi bila anak perempuan sudah memilih ikut ayah dan tinggal bersamanya, maka kehadiran ibu tetap sentral. Oleh karenanya semestinya ibu menjenguk putrinya yang ada di bawah asuhan mantan suaminya.

Demikian ayah yang mengasuh, wajib mempersilahkan anaknya bertemu dengan ibu kandungnya. Imam al-Mawardi menjelaskan,

فَإِنْ أَرَادَتِ الْأُمُّ زِيَارَتَهَا دَخَلَتْ عَلَيْهَا وَلَزِمَ الْأَبَ أَنْ يُمَكِّنَهَا مِنَ الدُّخُولِ عَلَيْهَا وَلَا يَمْنَعَهَا

 “Apabila seorang ibu hendak menjenguk anaknya yang berada di bawah asuhan bapaknya, maka ibu itu masuk menemui anaknya. Dan wajib atas ayah yang punya hak asuh untuk mempersilahkan mantan istrinya tersebut masuk menemui putrinya dan tak boleh mencegah kedatangan mantan istrinya masuk”.

3 Catatan Teknis Kehadiran Ibu Menjenguk Putrinya

Penegasan Imam al-Mawardi tersebut sesungguhnya ingin menyampaikan tiga poin. Pertama, betapapun ayah memiliki hak kuasa penuh atas putrinya yang telah memilih ikut dan tinggal bersamanya.

Akan tetapi, ayah tak boleh egois melarang kehadiran mantan istri untuk menjenguk anak perempuannya. Sebab kehadiran ibu di sisi anak perempuan tetap penting dalam kehidupan anak.

Selain bentuk kasih sayang, juga untuk menjaga kestabilan mental dan psikis anak. Lebih-lebih akan menghadapi fakta pahit dari perpisahan orang tua yang tentu juga kadang membawa dampak negatif, sehingga bapak, tak boleh melarang mantan istrinya untuk menjenguk anak perempuannya. Meskipun bapak memiliki kuasa itu semata-mata kemaslahatan putrinya.

Kedua, fikih lebih jauh mengatur teknis kehadiran ibu saat menjenguk anak perempuannya. Yaitu kebolehan ibu mengunjungi putri di rumah mantan suaminya tidak sebebas dan leluasa sebelumnya.

Karena harus menjaga kehormatan dan adab. Mengingat status antara ibu dan ayah bukan lagi suami istri. Sehingga berlaku aturan syariat supaya tidak terjerumus dalam lumbung dosa atau fitnah sosial.

Ketiga, sebagai bentuk historical directing dari ketentuan teknis kunjungan ibu terhadap anak perempuannya (tidak boleh keluar rumah). Yaitu berlaku di era dulu atau tempat-tempat yang tidak aman bagi anak, bahkan ibunya.

Bila ibu membawa anak perempuannya ke tempat aman dari segala jenis tindakan asusila dan negatif lainnya yang berdampak pada anaknya, maka silakan saja. Misal mengajak ke tempat hiburan yang umumnya tidak ada masalah yang fikih khawatirkan (fitnah). []

 

 

 

 

 

 

Tags: Advokasi FikihAnak PerempuanHak anakpengasuhanperceraian
Moh Soleh Shofier

Moh Soleh Shofier

Dari Sampang Madura

Terkait Posts

Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Sakinah

Apa itu Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah?

26 Juni 2025
Cinta Alam

Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

21 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?
  • Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID