Mubadalah.id – Jika merujuk al-Qur’an tentang kenikmatan di surga, maka al-Qur’an sudah bercerita bahwa pasanganlah (azwaj muthahharah) yang akan membahagiakan kenikmatan seksual di surga.
Kata pasangan di dalam ayat tersebut netral gender. Artinya bisa untuk laki-laki atau perempuan, yang sayangnya selalu diterjemahkan sebagai bidadari.
Penulis lebih cenderung mengartikan azwaj muthahharah dalam al-Qur’an sebagai pasangan di surga, yang hatinya tulus untuk mencintai dan selalu membahagiakannya.
Jika setiap orang yang beriman dan beramal saleh yang masuk surga akan memperoleh kenikmatan dengan bertemu pasangan (azwaj) yang suci, tulus, ikhlas: melayani, dan membahagiakan. Maka perempuan yang beriman dan beramal saleh, juga akan memperoleh kenikmatan tersebut.
Sementara kata hur in sebagai pasangan seseorang di surga yang secara fisik meneduhkan pandangan mata dan membanggakannya juga diperuntukkan bagi perempuan beriman dan salihah di surga.
Azwaj muthahharah maupun hur in tidak khusus sebagai hadiah surga untuk laki-laki. Sehingga tidak benar jika kita terjemahkan menjadi bidadari yang hanya untuk laki-laki.
Azwaj muthahharah maupun hur in adalah netral gender. Mereka merupakan pasangan dalam kehidupan surga, baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.
Al-Qur’an juga tidak menyebutkan secara khusus, apalagi detail, bahwa azwaj maupun hur in adalah pasangan untuk aktivitas seksual semata di surga.
Sekalipun tidak menutup kemungkinan bahwa hal itu tentang kenikmatan seks. Karena surga adalah tempat segala kenikmatan spiritual, emosional, fisik, dan bisa jadi seksual.
Singkatnya, surga akan menjadi tempat segala kenikmatan bagi laki-laki dan perempuan, apa pun bentuk kenikmatan yang mereka inginkan.*
*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Perempuan (Bukan) Makhluk Domestik.