Mubadalah.id – Dalam al-Qur’an, Allah Swt telah menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan adalah manusia ciptaan Allah Swt. Sehingga keduanya, harus saling menghormati dan memuliakan.
Allah Swt berfirman dalam al-Qur’an Surat al-Hujarat (49): 13 :
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian terdiri dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Tahu lagi Maha Mengenal.”
Ayat ini mengisyaratkan bahwa masyarakat Arab dan masyarakan lainnya kala itu melihat jati diri dan nilai seseorang karena tiga hal: jenis kelamin, bangsa, dan suku. Dia berjenis kelamin apa? Jika laki-laki, dia dihormati. Bangsanya apa? Jika Arab, dia dihormati, dan jika non-Arab (‘ajam), tidak dihormati.
Sukunya apa, dari suku terhormat dan besar atau bukan? AIlah Swt mengingatkan bahwa perbedaan jenis kelamin, bangsa, dan suku itu untuk saling mengenal. Bayangkan jika semua manusia berjenis kelamin sama, berbangsa sama, dan bersuku sama, tentu kita sulit untuk mengenal satu sama lain.
Dan Allah Swt mengingatkan juga di ayat tersebut bahwa yang menentukan nilai seseorang adalah takwanya. Dan Allah Swt tahu siapa yang paling bertakwa.
Apa Itu Takwa?
Secara ringkas, takwa adalah hubungan baik kita dengan Allah Swt yang melahirkan hubungan baik dengan makhluk-Nya. Takwa adalah sikap manusia yang sesuai dengan status dan amanah yang melekat di dalam dirinya.
Apa itu status melekat yang ada dalam diri manusia? Manusia dilahirkan dengan status sebagai hamba Allah Swt. Inilah yang kita kenal dengan ajaran tauhid. Hanya menuhankan Allah Swt itu artinya manusia tidak meletakkan dirinya sebagai hamba kepada siapa pun dan apa pun selain Allah Swt.
Dalam sistem sosial, sebagaimana yang terjadi di Arab ketika datangnya Islam, perempuan adalah hamba laki-laki. Maka tauhid mengubah relasi ini. Perempuan hanya hamba Allah Swt. Perempuan tidak boleh diperlakukan sebagai hamba oleh laki-laki, dan laki-laki tidak boleh memperlakukan perempuan seperti hamba. Karena laki-laki dan perempuan sama, hamba Allah Swt.
Yang kedua, laki-laki dan perempuan sebagai manusia sama-sama memiliki amanah sebagai khalifah fil ardh. Sebagai pemimpin di muka bumi atas segala makhluk Allah Swt, tugasnya adalah mewujudkan kemaslahatan seluas-luasnya.
Laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki mandat tersebut untuk mewujudkan kemaslahatan seluas-luasnya di muka bumi pada makhluk Allah Swt. []