• Login
  • Register
Minggu, 5 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Apakah Konten Vulgar Perempuan Sebagai Bentuk Kebebasan Berekspresi?

Tindakan pelecehan tidak dapat kita benarkan apapun alasannya. Tetapi tidak ada salahnya kalau kita sendiri yang harus terlebih dahulu aware sama diri sendiri

Indi Ardila Indi Ardila
10/12/2022
in Pernak-pernik
0
Kebebasan Berekspresi

Kebebasan Berekspresi

429
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Platform media sosial yang menyuguhkan hiburan dan trend kini sudah banyak kita kenal dan digemari oleh semua kalangan. Bahkan banyak orang yang sudah kecanduan akan mengikuti trend yang di Suguhkan platform tersebut dengan dalih kebebasan berekspresi. Banyak pula orang yang telah menjadi kreator konten demi meraup keuntungan juga sebagai pemenuhan kesenangan diri.

Misalnya seperti trend konten joget, prank, flexing, food vloger dan lain semacamnya. Dari semua kategori trend konten tersebut semakin banyak pembuat konten maupun penikmatnya, dan setiap orang menjadi kalap oleh hiburan tersebut. Sehingga banyak orang yang mungkin meninggalkan sisi malunya hanya demi memenuhi kesenangan atau keuntungan kebebasan berekspresi.

Mungkin sebagian orang ketika membuat trend hanya sebatas mencari keuntungan demi pemenuhan kebutuhan. Tapi banyak juga orang yang hanya memenuhi kesenangan dan atensi publik hingga apapun rintangan dan dampaknya bagi diri sendiri bahkan orang lain tidak di pikirkan.

Dan ya, setiap konten tidak selamanya berisi yang negatif atau terkesan toxic. Ada juga yang berisi hal-hal positif dan mampu membangun dan memotivasi diri. Tetapi kita harus benar-benar jeli akan sumber dari setiap konten tersebut. Karena semakin maraknya konten yang banyak menggiring opini negatif dan pencemaran nama baik. Dan yang sangat kita sayangkan adalah ketika konten-konten tersebut sampai di hadapan anak-anak.

Terlebih sekarang, setiap anak sudah sengaja kita kenalkan dengan dunia luar lewat handphone. Di mana di dalamnya banyak platform yang berisi trend-trend yang seharusnya tidak kita perlihatkan kepada anak-anak. Apalagi ketika anak-anak tersebut tidak mendapatkan edukasi atau gambaran baik dan buruknya suatu tindakan maupun tontonan tersebut. Sehingga, anak-anak tersebut terancam dewasa sebelum waktunya bahkan banyak melakukan tindakan yang tidak semestinya anak-anak lakukan.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus
  • Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik
  • Hari Kanker Sedunia: Pentingnya Deteksi Dini untuk Cegah Kanker
    • Miskonsepsi terhadap feminisme
    • Kekerasan Gender Berbasis Online
    • Women Support Women

Baca Juga:

Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin

Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik

Hari Kanker Sedunia: Pentingnya Deteksi Dini untuk Cegah Kanker

Miskonsepsi terhadap feminisme

Adanya miskonsepsi terhadap gerakan feminisme, banyak perempuan remaja maupun dewasa bahkan yang sudah berumah tangga secara terang-terangan menjadi kreator konten yang mungkin kontennya terlalu vulgar dan tidak layak untuk di pertontonkan. Miskonsepsi tersebut disebabkan karena banyak orang masih beranggapan bahwa feminisme itu sebuah pembenaran dan penomor satuan perempuan.

Padahal feminisme adalah menyetarakan antara perempuan dengan laki-laki, bukan membeda-bedakan, dan saling merendahkan. Bukan juga sebuah pembenaran terhadap yang salah. Mungkin feminisme terlihat seperti menyuarakan hak-hak perempuan saja, itu karena di sini perempuan lah yang menjadi korban.

Ketertindasan perempuan lah yang menyebabkan adanya gerakan feminism ini, dengan tujuan buat men sederajat kan dan menyetarakan perempuan dengan laki-laki. Bukan untuk menyaingi atau mengalahkan laki-laki. Setara artinya, ketika perempuan dan laki-laki saling menghargai dan menjunjung norma.

Tidak merasa paling unggul dan mengungguli, dan tidak merasa paling benar atau harus tetap di benarkah (mencari pembenaran) sehingga berujung merasa bebas melakukan sesuatu melampaui batas aturan yang ada.

Memang dengan adanya feminisme setiap perempuan bebas berekspresi, berhak untuk memerdekakan diri, mengexplore diri supaya kita lebih mengetahui value dan semakin mencintai diri kita. Tetapi, apa fungsinya dengan merasa bebas mempublikasikan konten yang menunjukan ukuran salah satu bagian tubuh yang intim?

Di mana dengan begitu kita terus merendahkan ukuran milik orang lain, atau membicarakan keintiman tubuh sendiri dengan begitu lantangnya. Tambahan caption yang mungkin menuliskan kata-kata kurang sopan, ini tidak bisa lagi di sebut guyonan atau kebebasan berekspresi, karena ada konten pasti jelas ada reaksi dari orang-orang yang menjadii penikmat.

Bagaimana kalau reaksi yang berujung hate speech atau yang mengarah ke kekerasan gender berbasis online, bukankah hal tersebut yang selama ini kita takutkan.

Maraknya kekerasan seksual terhadap perempuan, harusnya menjadi peringatan buat diri, bahwa memang kebebasan adalah hak setiap manusia. Tapi tetap harus dengan aturan. Karena, pikiran manusia tidak semuanya dalam keadaan normal ketika melihat konten vulgar, kita harus bisa menyesuaikan tempat dan kondisi. kebebasan berekspresi bukan berarti melawan segala bentuk kebebasan dan kesalahan tetapi lebih ke bebas dengan tetap bersikap normatif.

Kekerasan Gender Berbasis Online

Ketika kebebasan di salahgunakan bukan lagi kebebasan tapi keegoisan. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kekerasan seksual terus mengalami peningkatan. Terutama kekerasan gender berbasis online (KBGO). Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) merupakan kekerasan langsung pada seseorang yang didasarkan atas seks atau gender dan difasilitasi oleh teknologi.

Karenanya, kreator konten yang kontennya berisi konten vulgar mungkin akan rentan mengalami KBGO. Karena KBGO bisa terjadi lewat komentar, ataupun pencurian identitas. Yang mana lewat komentar orang-orang banyak memberi hate speech, atau kata-kata ejekan terhadap tubuh (body shaming).

Serta pencurian identitas yang menyebabkan reputasi orang tersebut rusak. Misalnya mengambil lalu menyebarkan foto atau video dengan menjadikan video atau foto tersebut menjadi lebih ekstrim tanpa sepengetahuan dan ijin pemilik. Dan tindakan- tindakan jahat lainnya.

Mungkin setiap perempuan tidak ada yang mau mengalami pelecehan, dan terkadang pelecehan terjadi karena ada kesempatan dan niat jahat pelaku. Bukan karena dari faktor korban saja. Tapi ada beberapa kasus yang korban terkesan “memancing dan memberi kesempatan” sehingga terjadilah. Bahkan berakhir pada kasus pemerkosaan dan pembunuhan.

Silahkan berpakaian bebas, mau berhijab atau terbuka kita sesuaikan tempat dan situasi. Asal tidak memberikan aksi atau pernyataan yang kesannya memancing. Karena semakin tidak terkontrol terhadap dampak negatif yang mungkin terjadi pada diri. Semakin kita tidak menyadari bahwa tindakan seperti pelecehan akan mengintai gerak langkah kita.

Memang tindakan pelecehan tidak dapat kita benarkan apapun alasannya. Tetapi tidak ada salahnya kalau kita sendiri yang harus terlebih dahulu aware sama diri sendiri. Jangan menggunakan kebebasan berekspresi sebagai payung untuk melakukan segala tindakan tanpa aturan yang akhirnya akan merugikan diri kita, bahkan orang lain. Bahwa tidak ada yang memperjuangkan kita selain diri kita sendiri. Dan tidak ada orang lain yang mampu menjaga diri kita selain diri kita sendiri.

Women Support Women

Bijaklah dalam menggunakan media sosial, tidak menjadikan kesempatan dalam kesempitan. Tidak mempertontonkan aib diri demi keuntungan pribadi, karena satu perempuan yang mungkin mengalami pelecehan atau ketertindasan secara biologis perempuan lain ikut merasakan. Karena satu perempuan dengan perempuan-perempuan yang lain tak lain mereka adalah diri kita sendiri.

Jadi, stop menjatuhkan dan menindas diri setiap perempuan dengan membuat konten vulgar seperti berjoget dengan gaya erotisme, menunjukkan salah satu keintiman bagian tubuh, dan berekspresi yang terkesan memancing niat dan komentar jahat orang-orang.

Karena tindakan women support women bukan hanya mensupport perempuan dalam kebaikan, atau karena adanya perlakuan tidak adil terhadap perempuan menurut faktor biologis. Tapi dengan kita menyayangi serta menyadari keberhargaan dan martabat diri kita, dan selalu mempertimbangkan dampak apa yang akan terjadi atas tindakan kita terhadap perempuan lain itu juga bentuk women support women.

Karena secara biologis setiap perempuan memiliki banyak persamaan dengan perasa yang sama. Yang sama-sama harus benar-benar kita support dan suarakan. []

Tags: ekspresikebebasankontenmedia sosialperempuan
Indi Ardila

Indi Ardila

Bukan apa dan siapa tidak sekedar apalagi sebagai. Satu yang nyata, aku cuma seseorang yang suka melahap.

Terkait Posts

Perempuan Miskin

Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin

4 Februari 2023
Mendidik Anak

5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

4 Februari 2023
Perempuan Masa Nabi Saw

Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik

4 Februari 2023
Nabi Muhammad Saw

Kisah Saat Para Perempuan Menjadi Saksi Kelahiran Nabi Muhammad Saw

4 Februari 2023
Hijab

Makna Hijab Menurut Para Ahli

3 Februari 2023
Perempuan Berbicara dan Berpendapat

Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw

3 Februari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perempuan Miskin

    Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam
  • Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan
  • Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik

Komentar Terbaru

  • Indonesia Meloloskan Resolusi PBB tentang Perlindungan Pekerja Migran Perempuan - Mubadalah pada Dinamika RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, yang Tak Kunjung Disahkan
  • Lemahnya Gender Mainstreaming dalam Ekstremisme Kekerasan - Mubadalah pada Lebih Dekat Mengenal Ruby Kholifah
  • Jihad Santri di Era Revolusi Industri 4.0 - Mubadalah pada Kepedulian KH. Hasyim Asy’ari terhadap Pendidikan Perempuan
  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist