Mubadalah.id – Dalam Islam, pembicaraan tentang penciptaan manusia harus berawal dari ayat-ayat al-Qur’an, lalu teks-teks Hadis, dan kemudian pandangan-pandangan ulama.
Semua ayat al-Qur’an tentang penciptaan manusia menegaskan asal-usul yang sama, dari unsur air (QS. al-Anbiya (21): 30: QS. al-Anam (6): 99: al-Nur (24): 45: dan QS. al-Furqan (25): 54).
Kemudian, dari unsur tanah (QS. al-Rahman (55): 145, QS. al-Hijr (15): 26 dan 28-29, QS. al-Mu’minun (23): 12: QS. Nuh (71): 17: QS. al-Shafat (37): 11).
Lalu penciptaan melalui reproduksi biologis, berawal dari sperma yang bertemu ovum, lalu menempel di dinding rahim. Kemudian berproses menjadi segumpal daging, dan menjelma menjadi tulang yang terbungkus daging.
Lalu terbentuklah tubuh manusia utuh (QS. al-Qiyamah (75): 37, QS. al-Insan (76): 2: QS. al-Sajdah (32): 8, dan QS. al-Mu’minun (23): 14).
Ayat-ayat di atas sama sekali tidak membedakan penciptaan antara laki-laki dan perempuan. Juga tidak menyebutkan bahwa perempuan diciptakan dari laki-laki, apalagi dari tulang rusuk.
Nafs Wahidah
Secara implisit, tidak ada ayat yang menyatakan hal ini dalam al-Qur’an. Justru kesamaan esensi (nafs wahidah) al-Qur’an tegaskan tentang penciptaan manusia (QS. al-Nisa (4): 1) di samping ayat-ayat eksplisit di atas.
Memang beberapa ulama menafsirkan ayat ini dengan penjelasan bahwa Adam a.s terlebih dahulu Allah Swt ciptakan, lalu Hawa tercipta dari Adam a.s. Beberapa menyatakan dari tulang rusuknya.
Namun, penjelasan tafsir ini sama sekali tidak eksplisit dalam ayat tersebut. Secara implisit juga bermasalah. Jika kita baca secara saksama, yang dianggap sebagai Adam, oleh para penafsir ini justru kata yang digunakan dalam bentuk muannats, yaitu nafs wahidah.
Sementara kata yang banyak orang artikan sebagai Hawa malah bentuknya laki-laki, yaitu zaujuha (pasangan dari perempuan).
Mungkin, lebih tepat jika ayat ini tidak kita tafsirkan dengan Adam maupun Hawa. Kita biarkan ayat ini berbicara mengenai kesatuan asal-usul penciptaan manusia dari esensi yang sama (nafs wahidah) yang berpasangan, dalam penciptaan laki-laki (rijal) dan perempuan (nisa).*
*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Perempuan (Bukan) Sumber Fitnah.