• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Bagaimana sih Menjadi Manusia yang Berpikir itu?

pikiran merupakan anugerah terbesar dari-Nya yang seharusnya bisa menjadi sumber kebahagiaan terbesar pula bagi manusia. Semua manusia telah memiliki prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kebahagiaan, selagi mereka mau mendayagunakan seluruh kapasitasnya

Rizki Eka Kurniawan Rizki Eka Kurniawan
23/12/2021
in Personal
0
Manusia

Manusia

125
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Berpikir merupakan salah satu anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia. Makhluk lain seperti hewan dan tumbuhan tidak memiliki kemampuan untuk berpikir. Hidup mereka hanya didasarkan pada insting alami sehingga seluruh perilaku mereka hanya ditujukan untuk sekadar tumbuh dan bertahan hidup. Mereka juga tidak memiliki daya kreasi sebagaimana manusia yang bisa mencipta dan mengelola alam semesta.

Anugerah berpikir ini seharusnya menjadi sumber kebahagiaan terbesar bagi manusia. Karena dengan berpikir, manusia bisa menemukan berjuta-juta hikmah pada setiap fenomena yang dialaminya. Bahkan, berkat kemampuan berpikir ini, manusia bukan hanya sekadar bisa menemukan hikmah, tapi juga bisa mengelola hikmah tersebut menjadi sebuah karya yang bermanfaat bagi dirinya dan kehidupan di sekitarnya.

Hikmah yang saya maksud di sini bukan sekadar perolehan pengetahuan yang bersifat teoritis dan konseptual, melainkan sebuah konstruksi berpikir yang memungkinkan manusia untuk menstruktur, merasionalisasi, dan mengadakan sesuatu yang ada dalam pikirannya menjadi kenyataan di dunia.

Dua Daya Berpikir

Selain itu, kemampuan berpikir manusia juga didukung oleh dua daya, yaitu daya imajinatif dan daya analisis. Daya imajinatif adalah daya yang membuat manusia bisa memvisualisasi objek yang ada di hadapannya ke dalam alam pikirannya. Visualisasi objek memudahkan manusia untuk mengingat, mengenali sifat-sifat suatu objek, dan merumuskan rancangan untuk modifikasi objek tersebut menjadi sesuatu yang baru.

Baca Juga:

Ngaji Ramadan bersama Buya Husein: Nasihat Imam Ghazali untuk Penguasa dan Indonesia Hari Ini

Ibnu ‘Arabi Bicara tentang Perempuan

Menyelami Relasi Suami Istri Perspektif Imam Ghazali

Ketika Plato Bicara tentang Perempuan dalam Politeia

Abu Hamid al-Ghazali menyebut daya imajinatif ini sebagai al-ruh al khayali. Sedang Syekh Muhyiddin Ibnu Arabi menyebutnya sebagai quwwah al-khayaliyah, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan creative imagination.

Bagi para sufi, daya imajinatif ini penting untuk mengenali sifat-sifat Tuhan dan menangkap hikmah-hikmah yang bertebaran di alam semesta. Daya imajinatif dapat menaikkan kualitas pemikiran manusia untuk menangkap sesuatu yang melampaui materi. Karena rahasia alam hanya bisa ditangkap oleh pikiran yang mempunyai daya imajinatif kuat.

Sedangkan daya analisis, atau yang disebut Abu Hamid al-Ghazali sebagai al-ruh al-fikri ini merupakan daya yang membantu manusia untuk menstruktur, mengonsep, dan merasionalisasi setiap objek yang teramati ke dalam pikiran. Fungsi utamanya hampir sama dengan daya imajinatif, yaitu untuk mengenali sifat-sifat objek. Tapi, daya analisis ini lebih detail dalam mengenali sifat-sifat objek daripada daya imajinatif. Pengenalan sifat objek oleh daya analisis ini lebih terstruktur, terkonsep, dan terdata secara akurat.

Jadi dengan adanya daya analisis ini, kita bukan hanya sekadar bisa mengenali sifat objek tapi juga mendalami bahkan ikut merasakan dan mengalami seolah-olah kita adalah objek tersebut. Jika daya imajinatif lebih fokus untuk memvisualisasikan objek, maka daya analisis lebih cenderung untuk mendata objek.

Kedua daya ini membuat pikiran manusia menjadi semakin kompleks dan canggih dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain yang ada di dunia. Keberadaan manusia yang sudah difasilitasi sedemikian rupa oleh Yang Maha Kuasa agar bisa mengelola alam semesta dengan adil dan bijaksana.

Tapi perlu diperhatikan, meskipun pikiran manusia itu sangat kompleks dan canggih, hasil dari pikirannya mesti bisa diterapkan secara praktis dan memiliki nilai guna di kehidupan.

Sebab pemikiran yang besar jika tidak memiliki implikasi praktis hanya akan menjadi teori belaka. Sebaliknya, jika pemikiran tersebut bisa diterapkan secara praktis di kehidupan, sebuah pemikiran akan hidup abadi meskipun isi dari pemikirannya sangat sederhana dan orang yang mencetuskannya telah meninggal dunia.

Pemikiran itu akan terus dikenang karena telah memberikan banyak kontribusi dan manfaat. Karena pemikiran yang baik bukan pemikiran yang rumit, melainkan pemikiran yang mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan.

Sebagaimana yang telah saya sebutkan di atas, pikiran merupakan anugerah terbesar dari-Nya yang seharusnya bisa menjadi sumber kebahagiaan terbesar pula bagi manusia. Semua manusia telah memiliki prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kebahagiaan, selagi mereka mau mendayagunakan seluruh kapasitasnya. Dalam arti, ia mau menggunakan akalnya untuk berpikir, menggunakan daya imajinatifnya untuk kreatif, dan menggunakan daya analisisnya untuk meneliti.

Jika semua kapasitas dalam berpikir digunakan dengan baik, jalan menuju kebahagiaan akan terbentang luas di hadapannya. Ia akan mudah untuk mewujudkan sesuatu yang ada dalam pikirannya, sebab dirinya telah bisa melihat pola alam semesta. Setiap langkah dan gerakannya telah terencana, dan setiap keputusan yang diambilnya telah diketahui resiko dan tingkat kebermanfaatannya.

Menurut Abu Nasr al-Farabi, berpikir (burhan) dengan jalan rasional merupakan salah satu solusi yang disarankan untuk memecahkan berbagai persoalan hidup. Karena, berpikir bisa dilakukan sendiri tanpa membutuhkan pihak lain. Berbeda dengan jalan lain seperti bayani yang membutuhkan teks, dan jalan irfani yang membutuhkan otoritas untuk menemukan kebenaran.

Namun jika aktivitas berpikir yang ditunaikan selama ini dirasa belum mengantarkan kepada kebahagiaan dan ketenangan hidup, Abu Nasr Al-Farabi mengatakan mungkin ada yang salah dengan tujuannya dalam berpikir. Maksudnya, semua hal yang dialamatkan untuk keburukan akan tetap buruk meskipun dilakukan dengan cara yang baik. Karena itu, segala sesuatu yang baik mesti terjaga kesuciannya.

Penyebab lain yang menurut Abu Nasr Al-Farabi dari aktivitas berpikir yang tidak bisa membuat seseorang mencapai kebahagiaan adalah pada kekeliruan cara yang digunakan, baik dalam level teoritis-konseptual ataupun praktis. Ia memberi saran perbaikan dengan bersabar untuk terus belajar dan berlatih sampai menemukan cara yang sesuai dengan kapasitas diri sendiri.

Saya rasa, pikiran bisa diibaratkan seperti menulis. Semakin sering saya belajar dan berlatih menulis, maka tulisan yang dihasilkan akan semakin baik. Begitu pula dengan pikiran. Semakin sering kita belajar untuk mengoreksi kekhilaf-salahan dalam pikiran, lamat-lamat kita akan menemukan kebaik-benaran yang baru. Dari situ, kendati pelan dan lamban, kita bisa peroleh kebahagiaan. Ya, bahagia memang perlu upaya keras dan durasi yang tidak sebentar untuk memperolehnya. Wallahua’lam. []

Tags: berpikirfilsafatIbnu Arabiimam al-ghazali
Rizki Eka Kurniawan

Rizki Eka Kurniawan

Lahir di Tegal. Seorang Pembelajar Psikoanalisis dan Filsafat Islam

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version