Mubadalah.id – Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an wal Hadits, Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc. MA merasa prihatin dengan fakta hari ini bahwa anak – anak semakin permisif melakukan hubungan seksual sebelum saatnya diperbolehkan.
Dengan melihat fakta tersebut, Nyai Badriyah mengatakan nilai-nilai kehormatan dan kesucian perkawinan memang sudah meluntur.
Permisivitas seks ini, kata Nyai Badriyah, harus kita akui menjadi penyebab utama perkawinan anak, terutama jika anak perempuan sudah hamil. Namun, ada alasan lain mengapa menikah dini terjadi.
Kemiskinan menurut Nyai Badriyah adalah salah satu sebabnya. Dengan menikahkan anak perempuan secepat mungkin, orang tua merasa satu beban terkurangi.
Sebab lain adalah karena anak perempuan sudah tidak bersekolah lagi. Atau karena tradisi.
Mencermati Hadis Rujukan
Nyai Badriyah menyebutkan, rujukan penting pembolehan perkawinan anak adalah usia ummul mukminin. Contohnya adalah Aisyah ra. saat menikah dengan Rasulullah.
Dalam hadis menceritakan, pernikahan Nabi dengan Aisyah ra terjadi saat Aisyah berusia 6, 7, atau 9 tahun, dan mulai berumah tangga saat berusia sembilan tahun.
Secara sanad (jalur riwayat) hadis ini kuat karena perawinya adalah Bukhari dan Muslim, meski ada perselisihan pada Perawi Hisyam bin Urwah yang meriwayatkan dari ayahnya, Urwah bin Zubair dari Aisyah.
Hisyam, menurut Nyai Badriyah dianggap tidak bisa dipercaya karena kurang akurat ingatannya saat sudah berusia di atas 70 tahun dan tinggal di Irak.
Padahal, hadis tentang usia pernikahan Aisyah ini Hisyam sampaikan saat sudah tinggal di Irak.
Terlepas dari kritik sanad yang ada, jika melihat dari kitab-kitab sejarah terkemuka dan terpercaya seperti karya Ibnu Katsir, adz-Dzahabi dan Ibnu Hajar al-Asqallani, usia pernikahan Aisyah ra menyebutkan bahwa lebih muda 10 tahun dari kakaknya, Asma’ binti Abu Bakar.
Jika Asma’; wafat tahun 73 H di usia 100 tahun sebagaimana tertulis dalam sumber – sumber tersebut, berarti ketika hijrah berusia 27 tahun.
Itu berarti bahwa Aisyah saat hijrah berusia 17 tahun, yaitu usia ketika Aisyah mulai berumah tangga dengan Nabi.
Argumentasi lain adalah bahwa pernikahan usia dini Aisyah ra bertentangan dengan konsep kedewasaan yang menjadi syarat utama seseorang menjadi subyek hukum. (Rul)