• Login
  • Register
Rabu, 2 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Benarkah Ruang Domestik Menjadi Ruang Khusus Bagi Perempuan?

Perempuan terdoktrin dengan narasi-narasi yang maksudnya untuk perlindungan, tetapi sesungguhnya justru semakin melemahkan posisi mereka, membuat terus bergantung dan rentan

Redaksi Redaksi
10/06/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Ruang Domestik Perempuan

Ruang Domestik Perempuan

852
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam narasi keagamaan populer, ruang domestik dikhususkan bagi perempuan dimaksudkan untuk keamanan dan perlindungan. Kita sering mendengar kalimat-kalimat seperti berikut:

“Perempuan tidak perlu susah-susah mencari nafkah. Di luar panas, menyengat, susah, kompetitif, dan banyak sekali bahaya. Lebih baik bagi perempuan itu berada di rumah. Aman, tenang, dan pasti bisa bahagia.”

“Yang diperlukan perempuan karier yang mulai mengeluh capai itu hanya satu: menikah dan istirahat di rumah.

“Perempuan tidak perlu belajar tinggi-tinggi, toh, tempat terbaiknya pada akhirnya rumah juga. Rumah adalah surga sesungguhnya bagi perempuan.”

Banyak kalimat yang bisa jadi maksudnya baik, tetapi praktiknya hanya untuk membuai perempuan. Memaksa mereka tidak mengenali realitas kehidupan yang nyata dan membuat mereka siap menghadapinya.

Baca Juga:

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Tanpa Mubadalah, Perempuan Selalu Disalahkan

Dalam realitas kehidupan di dalam rumah, perempuan sering kali tidak menemukan rasa aman maupun perlindungan. Banyak pernikahan yang tidak menghadirkan kenyamanan dan kebahagiaan. Data kekerasan rumah tangga yang perempuan dan anak-anak alami adalah faktual.

Tidak sedikit perempuan karier, yang karena menikah, terpaksa berhenti bekerja memilih berada di ruang domestik untuk keluarga.

Namun, sang suami malah berkhianat, tidak memberi nafkah, atau malah pergi memilih perempuan lain. Sudah tidak menemukan surga yang dijanjikan, dia akan disalahkan lagi sebagai istri yang tidak salihah. Berkarier salah, ketika berada di rumah ditimpa musibah, dan disalahkan pula.

Pernak-pernik kehidupan perempuan seperti ini banyak sekali Ujung-ujungnya adalah salah perempuan.

Lalu perempuan terdoktrin dengan narasi-narasi yang maksudnya untuk perlindungan, tetapi sesungguhnya justru semakin melemahkan posisi mereka, membuat terus bergantung, rentan, dan mudah menjadi korban segala bertuk kekerasan. Ini dampak dari cara pandang dan relasi yang tidak mubadalah.

Sebagian dari narasi ini merujuk pada teks-teks yang juga tidak orang-orang maknai secara integral, holistik, serta mubadalah. Teks Hadis dan makna yang lahir menjadi tercerabut dari visi Islam rahmah al-alamin dan akhlak mulia.

Untuk itu, penting sekali mengembalikan pemaknaan yang mubadalah, untuk memastikan perempuan dan laki-laki hidup dalam rumah tangga saling menopang, bahagia dan membahagiakan. []

Tags: domestikkhususperempuanRuang
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Fikih

Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

1 Juli 2025
Wahabi

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

30 Juni 2025
Taman Eden

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama
  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?
  • Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID