• Login
  • Register
Rabu, 2 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Bisakah Perempuan Dicintai Sebagai Manusia Seutuhnya?

Nela Salamah Nela Salamah
18/12/2024
in Personal
0
Manusia Seutuhnya

Manusia Seutuhnya

587
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – “Gemes banget istri idaman” sering sekali saya mendengar kalimat tersebut ketika seorang perempuan dekat dengan anak kecil. Atau juga kalimat “Wah pinter masak, jadi idaman mertua nih”. Alih-alih tersanjung, saya justru berpikir seperti ini “Memang sebagai perempuan tidak bisa ya dicintai dan diidamkan sebagai manusia seutuhnya?”.

Bukannya perempuan juga memiliki kemampuan dan nilai selayaknya manusia lain sebagai pasangan? Bisa menjadi teman diskusi, mampu bekerja baik di dalam maupun di luar rumah, dan masih banyak lagi. Tapi kenapa yang menjadi pusat perhatian hanya seputar pinter masak dan pinter ngurus anak.

Sadar atau tidak, kalau klaim-klaim tersebut membatasi perempuan hanya sebagai mahkluk domestik. Jadi seakan-akan perempuan yang tidak dekat dengan anak kecil atau tidak pandai memasak tidak termasuk kategori perempuan dalam tanda kutip idaman.

Stereotip Perempuan “Idaman”

Perempuan Indonesia masih banyak terbelenggu pada stereotip yang berkembang di masyarakat. Penyebabnya berkaitan dengan mengakarnya budaya patriarki di negara ini. Perempuan baru akan dianggap “idaman” jika mereka piawai dalam melaksanakan perannya pada ranah domestik.

Akibatnya apa? Stereotip ini membuat perempuan menjadi makhluk kelas dua. Lebih jauh lagi, stereotip ini dapat membatasi potensi mereka sebagai individu dalam segala bidang.

Baca Juga:

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Saya menemukan beberapa kasus di mana orang tua melarang anak perempuan mereka untuk mengenyam pendidikan tinggi dengan alasan takut susah mendapatkan jodoh. Salahkah jika perempuan memiliki pendidikan tinggi? Bukannya akan lebih menyenangkan jika perempuan sebagai pasangan bisa menjadi teman diskusi dan berwawasan luas karena insight dari pendidikan mereka.

Di beberapa tempat bahkan berkembang stigma “Dapur, sumur, Kasur” yang sangat melekat dengan perempuan sebagai pasangan. Melalui istilah tersebut masyarakat memandang perempuan dan menikahi mereka sebagai seorang istri hanya untuk memasak, mencuci, dan memuaskan nafsu laki-laki (suami). Perempuan yang bekerja di luar rumah atau memiliki karir yang gemilang akan mereka anggap tidak becus mengurus rumah, suami, dan anak mereka.

Selain beberapa stereotip di atas, stereotip lain yang masih melekat pada perempuan Indonesia yakni perempuan harus memiliki anak. Perempuan yang memilih untuk childfree (tidak memiiliki anak) akan dipandang negatif. Terlebih jika perempuan tersebut merupakan influencer makan akan menuai hujatan dari maha benar netizen dengan semua ketikannya.

Sama Halnya dengan Laki-Laki, Perempuan Juga Manusia

Sebagai pasangan, sama halnya dengan laki-laki perempuan juga manusia dan ingin dicintai sebagai manusia seutuhnya. Dalam buku Qira’ah Mubadalah, Kyai Faqihudin Abdul Qadir menjelaskan bagaimana perempuan dan laki-laki adalah makhluk yang sama bahkan mulai dari penciptaan.

Hal tersebut mengkritisi keyakinan yang berkembang bawasannya Siti Hawa As tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam As. Padahal, ayat-ayat terkait penciptaan mengarah kepada penciptaan manusia secara umum yakni tidak secara spesifik membicarakan Nabi Adam As. dan tidak membicarakan spesifik kepada penciptaan laki-laki. Sama halnya dengan laki-laki, penciptaan perempuan melalui proses biologis yakni pertemuan antara sperma dan ovarium.

Kemudian berkaitan dengan kemampuan perempuan yang mendapatkan labet perempuan idaman seperti piawai dalam memasak dan pengasuhan anak. Bukankah kemampuan memasak dan mencuci itu memang harus semua orang miliki apapun jenis kelaminnya sebagai cara untuk bertahan hidup? Kemudian tugas mengurus rumah serta anak bukan serta merta menjadi tugas istri semua, suami juga sudah seharusnya ikut andil dalam mengurus rumah dan pengasuhan anak agar anak tidak fatherless. Hal ini juga sejalan dengan prespektif mubadalah pendidikan dan pengasuhan anak adalah tanggung jawab bersama antara laki-laki dan perempuan. Keduanya bisa saling berpastisipasi secara aktif dalam mendidik, membesarkan dan mengasuh anak-anak mereka.

Cinta yang Utuh Bagi Perempuan

Setelah pembahasan panjang terkait stereotip yang melekat dengan perempuan dan bagaiaman sebenarnya perempuan dan laki-laki merupakan makhluk setara. Lalu apakah perempuan bisa mendapatkan cinta secara utuh? Cinta yang terlepas dari belenggu stereotip yang melabeli perempuan sebagai sosok “idaman”.

Jawabannya bisa, perempuan sangat bisa dicintai sebbegai manusia secara utuh. Tidak ada yang salah jika seorang perempuan memilih bekerja di luar rumah. Begitupun dengan perempuan yang tidak piawai dalam hal memasak. Juga dengan perempuan yang memilih untuk tidak memiliki seorang anak (child free).

Sebagai manusia, perempuan juga memiliki hak yang sama sebagaimana laki-laki. Oleh karena itu, mari kita beranjak dan membantu melepaskan stereotip yang terus menerus membelenggu perempuan. []

Tags: CintaFitrah ManusiaKekerasan Berbasis GenderManusia SeutuhnyaperempuanStereotipstigma
Nela Salamah

Nela Salamah

Perempuan yang ingin namanya abadi melalui tulisan.

Terkait Posts

Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?
  • Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID