• Login
  • Register
Jumat, 29 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Bolehkah Mengajak Suami Berhubungan Seksual Duluan?

Mubadalah Mubadalah
10/10/2022
in Kolom
0
mengajak suami berhubungan seksual

mengajak suami berhubungan seksual

43
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Suatu malam, telepon genggam saya berkelap-kelip, tanda ada pesan masuk. Dalam hati saya bertanya, “siapa yang mengirim pesan tengah malam begini?”. Tertera nama teman lama, langsung saya buka pesannya: Boleh nggak, saya, sebagai istri, mengajak suami berhubungan seksual duluan?. Pertanyaan mengajak suami berhubungan seksual duluan itu sangat dalam, menandakan tengah berkecamuknya pikiran temanku itu. Setelah membaca pesan tersebut, resah dan gelisah pun bukan hanya milik temanku, tetapi milikku juga, kegalauan menjadi perempuan yang memiliki pasangan.

Sementara ini, di tengah pesatnya kemajuan teknologi, modernitas, globalisasi, semua orang mulai berpikir modern tentang banyak hal. Tetapi ketika berbicara tentang seksualitas, seolah ketabuan tidak tersentuh oleh teknologi secanggih apapun. Masih banyak orang yang berpikir bahwa membicarakan seksualitas adalah membicarakan aib, menanyakan hal-ihwal tentang seksualitas adalah hal yang tidak pantas. Mungkin, teman saya tersebut butuh waktu berhari-hari, berminggu-minggu, hanya untuk sekedar bertanya “bolehkah?”. Miris rasanya.

Dalam relasi suami istri, seringkali komunikasi seksual menjadi komunikasi bisu, komunikasi yang menggunakan kalimat asumsi, kalimat konstruksi sosial, kalimat tradisi, atau kalimat penafsiran terhadap teks agama, bukan komunikasi yang dibangun atas kesadaran dan pengalaman masing-masing pihak. Misalnya, dalam masyarakat suami berada pada posisi dilayani dan istri melayani, maka jika ada situasi dimana suami melayani istri, seolah itu hal yang tabu bahkan berdosa.

Begitu pun dalam relasi seksual. Keduanya, suami maupun istri, sama-sama punya hak untuk melayani dan dilayani, mencintai dan dicintai, menyayangi dan disayangi, dan bahkan hak untuk memulai berhubungan seksual. Karena, sebagaimana tubuh kita memiliki hak, begitu pun pasangan kita memiliki hak. Rasulullah pun membenarkan perkataan Salman al-Farisi r.a., mengenai hak istri atas kepuasan seksual.

Dari Aun bin Abi Juhafah, dari ayahnya. Sang ayah berkata: Nabi Saw mempersaudarakan Salman dengan Abu Darda. Ketika Salman berkunjung ke rumah Abu Darda, ia melihat istrinya, Umm Darda, berpakaian lusuh. “Mengapa demikian, ada apa dengan kamu?”, tanya Salman ke istri Abu Darda. “Saudara kamu itu, Abu Darda, sama sekali tidak tertarik dengan kenikmatan dunia”. Abu Darda memasak dan membawa hidangan ke Salman, “Makanlah, saya berpuasa”, kata Abu Darda. “Saya tidak akan makan kecuali kalau kamu makan”, kata Salman. Akhirnya Abu Darda juga makan. Ketika masuk malam, Salman berkata pada Abu Darda, “Tidurlah”. Ketika tengah malam Abu Darda bangun. “Tidurlah”, kata Salman mengulang. Ketika malam menjelang pagi, “Sekarang bangunlah”, kata Salman. Mereka berdua shalat, dan Salman bertutur, “Bahwa Tuhanmu punya hak atas kamu, tubuhmu juga punya hak atas kamu, istrimu juga punya hak atas kamu, maka penuhilah sesuai haknya masing-masing”. Ketika Abu Darda bertandang ke Nabi Saw dan menceritakan kejadian itu, Nabi Saw berkata, “Benarlah yang dikatakan Salman itu”. (Sahih Bukhari, no. Hadis 6139 dan Sunan Turmudzi no. Hadis 2596).

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Narasi Kemandirian Politik Perempuan dalam Al-Qur’an
  • Kawin Tangkap Adat Sumba dalam Lensa Keislaman
  • Tanpa Mubadalah, Perempuan selalu Disalahkan, Meski di dalam Rumah
  • Memaknai Hadis Dasar Larangan Perempuan Memimpin

Baca Juga:

Narasi Kemandirian Politik Perempuan dalam Al-Qur’an

Kawin Tangkap Adat Sumba dalam Lensa Keislaman

Tanpa Mubadalah, Perempuan selalu Disalahkan, Meski di dalam Rumah

Memaknai Hadis Dasar Larangan Perempuan Memimpin

Hadits tersebut sesungguhnya memberikan pencerahan kepada kita semua, yang memiliki pasangan, bahwa sebagai manusia kita tidak dapat hanya memikirkan diri kita sendiri, tetapi juga harus memikirkan pasangan kita, apa yang kita inginkan dalam relasi seksual sesungguhnya harus menjadi kesepakatan bersama. Jadi, tidak masalah siapa yang memulai, karena masing-masing punya hak, tinggal bagaimana menyampaikan secara baik dan menenangkan. Tidak perlu merasa takut memulai, pun tidak perlu merasa dilangkahi ketika bukan kita yang memulai.

Tags: Genderperempuanperempuan berhak memulai
Mubadalah

Mubadalah

Portal Informasi Popular tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang mengarah pada kebahagiaan dan kesalingan dalam perspektif Islam.

Terkait Posts

Misi Utama Kenabian

Maulid Nabi: Meneladani Rasulullah saw; Upaya Menegakkan Misi Utama Kenabian

28 September 2023
maulid nabi

Refleksi Maulid Nabi dan Spirit Menjaga Lingkungan

28 September 2023
Masjid Ramah Perempuan

Sudahkan Masjid Ramah Perempuan dan Anak?

27 September 2023
Eco Jihad

Eco Jihad Ala Pandawara Menjadi Motor Penggerak Partisipasi Masyarakat untuk Menjaga Lingkungan

27 September 2023
Politik Perempuan

Narasi Kemandirian Politik Perempuan dalam Al-Qur’an

27 September 2023
tabarruj

Misrepresentasi Tafsir Ayat Tabarruj di Media Sosial

26 September 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • maulid nabi

    Refleksi Maulid Nabi dan Spirit Menjaga Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Maulid Nabi: Meneladani Rasulullah saw; Upaya Menegakkan Misi Utama Kenabian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berdakwahlah dengan Tanpa Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hak Tenaga Kerja dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Eco Jihad Ala Pandawara Menjadi Motor Penggerak Partisipasi Masyarakat untuk Menjaga Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Maulid Nabi Muhammad Saw : Kelahiran Sang Cahaya
  • Inti dari Maulid Nabi Muhammad Saw adalah Meneladani Kepribadiannya
  • Maulid Nabi: Meneladani Rasulullah saw; Upaya Menegakkan Misi Utama Kenabian
  • Refleksi Maulid Nabi dan Spirit Menjaga Lingkungan
  • Berdakwahlah dengan Tanpa Kekerasan

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist