• Login
  • Register
Minggu, 25 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Cara Menguji Kesetiaan

Mamang Haerudin Mamang Haerudin
12/03/2021
in Kolom
0
59
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bagaimana cara menguji kesetiaan? Setia itu berat. Kesetiaan meniscayakan niat yang lurus, proses yang konsisten dan siap menanggung apapun risikonya, dalam suka maupun duka. Kesetiaan erat kaitannya dengan kita semua, terutama bagi mereka yang sedang mengarungi bahtera rumah tangga. Di situlah kesetiaan di antara istri dan suami benar-benar sedang diuji. Kesetiaan juga hanya bisa dijalankan tentu dengan kedewasaan dan sikap kesatria.

Bukti bahwa setia itu berat adalah betapa maraknya kasus perselingkuhan, perceraian, termasuk KdRT dengan berbagai macam jenisnya. Suami yang setia dengan istrinya dan begitu juga sebaliknya. Kesetiaan diuji di antaranya melalui banyaknya masalah yang menerpa. Apakah istri dan suami cepat tersulut emosi jika menghadapi masalah? Apakah di antara keduanya saling menyalahkan apabila ada masalah? Tentang bagaimana istri dan suami menyikapinya, sejurus pula dengan kualitas kesetiaannya.

Setia dengan satu istri atau juga setia dengan satu suami. Adalah wujud konkrit daripada ujian kesetiaan. Betapa banyak orang yang akhirnya ‘kebobolan’ dan tega mengingkari janji setianya dulu ketika awal akad pernikahan. Dengan berbagai macam dalih, tak peduli orang itu awam atau pandai, tidak sedikit di antara mereka melukai janji kesetiaan. Ada yang tega berselingkuh, ada juga yang tega berpoligami.

Ihwal perbuatan selingkuh, dapat dipastikan bahwa di antara kita menyepakati bahwa perbuatan tersebut sebagai perbuatan yang zalim dan sangat dilarang oleh agama. Sementara perbuatan poligami inilah yang kemudian masih menjadi simpang-siur karena masih banyak para suami yang berlindung di balik dinding poligami. Beristrikan lebih dari satu; dua, tiga sampai empat istri. Nah fenomena ini yang dewasa ini sedang marak. Bahkan zaman ini, poligami diworkshopkan dan diseminarkan. Dibeberkan tip-tip untuk meluluhkan hati istri agar rela ketika kelak dipoligami.

Maka kita harus bersyukur dan mengapresiasi kepada para suami maupun istri yang sampai saat ini selalu setia dengan pasangannya masing-masing. Setia dengan satu istri, setia dengan satu suami sepanjang hayat. Dalam perjalanannya bukan tanpa masalah, sudah barang pasti masalah akan selalu ada, berikut godaan-godaan untuk berkhianat dan berpoligami. Tetapi karena keduanya terus saling menguatkan, ternyata masih banyak istri dan suami yang saling setia.

Baca Juga:

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

Jalan Mandiri Pernikahan

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Istri dan suami yang setia sejatinya adalah mereka yang memahami hakikat kehidupan. Terutama kehidupan rumah tangga. Bahwa kalau kita hidup hanya memperturutkan hawa nafsu, niscaya tidak akan ada puasnya. Termasuk niatan untuk berselingkuh dan berpoligami. Perbuatan yang mengkhianati istri atau suami. Pasangan istri dan suami yang setia memahami betul bahwa mengayuh roda rumah tangga yang hakikat itu bukan hanya urusan berhubungan badan semata, bukan hanya urusan uang belaka.

Kesetiaan adalah titik temunya. Apapun akan dilakukan demi sebuah kesetiaan yang terjaga. Ketika terbesit niat buruk untuk berkhianat, mereka berpikir berulang kali, betapa kesetiaan tak dapat dibeli dan tak ternilai harganya. Bahwa penyesalan dan kehancuran akan selalu hadir di akhir episode kehidupan. Sehingga dengan begitu, daripada menuruti hawa nafsu dan setan, lebih baik bertahan dan memperkuat ‘tembok’ kesetiaan.

Sepanjang niat dan komitmen kesetiaan selalu dijaga dengan erat, insya Allah pasangan istri dan suami manapun akan dijauhkan dari perselingkuhan, poligami dan perceraian. Dan kualitas rumah tangga ini hanya akan bisa kokoh apabila disangga dengan tiang-tiang kesalingan: saling memuliakan, saling menguatkan, saling menjaga. Keduanya akan saling jujur dan terbuka karena sadar bahwa pernikahan adalah ibadah yang menyatukan dua jiwa menjadi satu. Sampai ketika ada masalah yang datang betubi sekalipun, keduanya akan saling waspada untuk tidak cepat saling menyalahkan. Wallaahu a’lam. []

Tags: keluargaKesalinganmenguji kesetianSetia
Mamang Haerudin

Mamang Haerudin

Penulis, Pengurus LDNU, Dai Cahaya Hati RCTV, Founder Al-Insaaniyyah Center & literasi

Terkait Posts

Pernikahan Anak

Melihat Lebih Dekat Dampak dari Pernikahan Anak

25 Mei 2025
Tantangan Difabel

Tantangan Difabel: Aku Tidak Berbeda, Hanya Hidup dengan Cara yang Berbeda

25 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

24 Mei 2025
Laku Tasawuf

Hidup Minimalis juga Bagian dari Laku Tasawuf Lho!

24 Mei 2025
Ulama perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

24 Mei 2025
Kekerasan

Kasus Pelecehan Guru terhadap Siswi di Cirebon: Ketika Ruang Belajar Menjadi Ruang Kekerasan

24 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan Anak

    Melihat Lebih Dekat Dampak dari Pernikahan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tantangan Difabel: Aku Tidak Berbeda, Hanya Hidup dengan Cara yang Berbeda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melihat Lebih Dekat Dampak dari Pernikahan Anak
  • Tantangan Difabel: Aku Tidak Berbeda, Hanya Hidup dengan Cara yang Berbeda
  • Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan
  • Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version