• Login
  • Register
Senin, 16 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Dakwah Tanpa Kekerasan

Keberhasilannya mengajak (dakwah) orang kafir beriman kepada Nabi Saw, lebih karena sikap hidup, tingkah laku, dan tutur katanya yang menawan hati.

Redaksi Redaksi
14/02/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Dakwah tanpa

Dakwah tanpa

875
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Nabi Muhammad Saw pernah menegaskan bahwa kami tidak pernah diperintahkan untuk memulai perang untuk mengajak (dakwah) orang mengikuti agamanya.

Keberhasilannya mengajak (dakwah) orang kafir beriman kepadanya lebih karena sikap hidup, tingkah laku, dan tutur katanya yang menawan hati.

Islam mengajarkan kepada kita bahwa mengajak kebaikan haruslah kita lakukan dengan cara yang baik pula, bahkan lebih baik.

Para ulama Islam juga menegaskan suatu norma: “Adh-Dharar la yuzalu bi adh-dharar (Kerusakan tidak boleh dihilangkan atau diatasi dengan cara merusak).”

Al-Qur’an menyatakan:

Baca Juga:

Teladan Nabi dalam Rumah Tangga: Menolak Kekerasan, Memanusiakan Perempuan

Belajar dari Kehidupan Rumah Tangga Nabi: Menyelesaikan Konflik Tanpa Kekerasan

Alarm Kekerasan Terhadap Anak Tak Lagi Bisa Diabaikan

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. an-Nahl (16): 125).

Ada kisah yang menarik bagaimana para sahabat Nabi Saw memberikan ruang aman bagi orang beragama lain dalam menjalankan ibadah. Ketika Ali bin Abi Thalib berangkat ke luar kota bersama teman-temannya, ia melihat orang-orang Yahudi sedang menjalankan sembahyang di sinagog (tempat ibadah) mereka. Kepada para sahabatnya, ia mengatakan:

“Kami diperintahkan Nabi Saw untuk membiarkan mereka menjalankan apa yang mereka yakini.”

Abu Bakar ash-Shiddiq

Sebelumnya, Abu Bakar ash-Shiddiq, saat memberikan pengarahan kepada para prajurit yang akan berangkat untuk perang, mengatakan hal yang senada:

“Kalian tentu akan melewati suatu komunitas yang tengah tekun beribadah di dalam gereja mereka. Maka biarkanlah mereka menjalankannya.”

Demikianlah teks-teks Islam dan praktik kenabian berbicara tentang kerahmatan, keadilan, dan toleransi. Seyyed Hossein Nasr, salah seorang cendikiawan muslim kontemporer terkemuka, mengatakan:

“Jantung atau inti Islam adalah penyaksian Ke-Esa-an Tuhan, universalitas, kebenaran, kemutlakan untuk tunduk kepada kehendak Tuhan. Termasuk pemenuhan segala tanggung jawab manusia, dan penghargaan terhadap seluruh makhluk hidup. Jantung atau inti Islam mengisyaratkan kepada kita untuk bangun dari mimpi yang melalaikan, ingat tentang siapa diri kita dan mengapa kita ada di sini. Serta untuk mengenal dan menghargai agama-agama yang lain.”

Maka, sudah saatnya kita, terutama para tokoh agama, duduk bersama dalam suasana hati yang tenang dan pikiran yang jernih tanpa prasangka. Hal ini dapat merumuskan kembali agenda bersama dalam kerangka menciptakan relasi manusia yang harmonis, damai, dan menyejahterakan.

Pertemuan dan dialog antar para pemimpin agama kita harapkan dapat melahirkan rekomendasi-rekomendasi mendasar dan strategis bagi hubungan baik antar kelompok-kelompok keagamaan dalam ruang internalnya masing-masing. Maupun antar para pemeluk agama-agama (relasi eksternal) untuk kehidupan kita hari ini maupun hari esok yang panjang.

Para tokoh agama adalah panutan masyarakat. Kepada merekalah rakyat dan masa depan bangsa ini bergantung. Sebuah pepatah mengatakan: “An-nas ala dini mulukihim.” Cara hidup dan berkehidupan rakyat adalah cara hidup para pemimpinnya.

Kemudian, Imam al-Ghazali, mengutip para bijak bestari mengatakan: “Kelakuan rakyat adalah produk dari kelakuan para pemimpin mereka. Karena mereka (rakyat) belajar dari mereka dan mematuhi mereka.” []

Tags: dakwahkekerasan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Hajar dan Sarah

Kisah Ibunda Hajar dan Sarah dalam Dialog Feminis Antar Agama

16 Juni 2025
Rumah Tangga yang

Teladan Nabi dalam Rumah Tangga: Menolak Kekerasan, Memanusiakan Perempuan

16 Juni 2025
Kehidupan Rumah Tangga

Belajar dari Kehidupan Rumah Tangga Nabi: Menyelesaikan Konflik Tanpa Kekerasan

16 Juni 2025
Tanggung Jawab Perkawinan

Tanggung Jawab Pasangan Suami Istri dalam Menjaga Perkawinan

15 Juni 2025
Suami

Pentingnya Komitmen Suami dan Istri dalam Kerja Domestik dan Publik

14 Juni 2025
Perkawinan yang Kokoh

Bagaimana Mewujudkan Perkawinan yang Kokoh dan Penuh Kasih Sayang?

14 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sejarah Perempuan

    Penulisan Ulang Sejarah Indonesia: Peminggiran Sejarah Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tragedi Perkosaan Massal Mei 1998 itu Nyata !!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ibunda Hajar dan Sarah dalam Dialog Feminis Antar Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Teladan Nabi dalam Rumah Tangga: Menolak Kekerasan, Memanusiakan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melihat lebih Dekat Tradisi Sasi: Kearifan Lokal yang Melestarikan Laut Raja Ampat
  • Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras
  • Tragedi Perkosaan Massal Mei 1998 itu Nyata !!!
  • Kisah Ibunda Hajar dan Sarah dalam Dialog Feminis Antar Agama
  • Teladan Nabi dalam Rumah Tangga: Menolak Kekerasan, Memanusiakan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID