• Login
  • Register
Senin, 12 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Dear Politisi, Kalian Harus Dengar Nasihat Imam Al-Ghazali

Pemikiran Al-Ghazali tentang kepemimpinan dan keadilan memiliki relevansi yang sangat kuat dalam politik modern.

Ibnu Fikri Ghozali Ibnu Fikri Ghozali
17/12/2024
in Personal
0
Nasihat Imam Al-Ghazali

Nasihat Imam Al-Ghazali

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali, yang lebih kita kenal dengan nama Al-Ghazali. Beliau adalah seorang ulama besar yang lahir di Thus, Khurasan (Iran) pada tahun 450 H/1058 M. Al-Ghazali tidak hanya terkenal sebagai seorang ahli fiqih, filsafat, teologi, dan sufi, tetapi juga sebagai seorang pemikir yang berperan besar dalam dunia politik Islam.

Pemikiran politiknya, yang tertuang dalam berbagai karya, terutama dalam Al-Tibr al-Masbuk fi Nasihati al-Muluk, memberikan wawasan mendalam tentang konsep kepemimpinan yang adil dan bijaksana.

Pemikiran Al-Ghazali tetap relevan hingga hari ini, terutama dalam konteks kepemimpinan negara dan pengelolaan masyarakat yang adil, yang berhubungan erat dengan prinsip-prinsip keadilan dan kebaikan untuk rakyat. Inilah nasihat Imam Al-Ghazali untuk para politisi.

Pemikiran politik Al-Ghazali dapat terlihat sebagai respons terhadap krisis moral dan sosial yang masyarakat Muslim hadapi pada masanya. Beliau tidak hanya mengajarkan tentang cara beribadah yang benar, tetapi juga memberikan pedoman bagi penguasa untuk menjalankan kepemimpinan yang adil.

Dalam karyanya, Ihya’ Ulumuddin, khususnya pada Juz II, Al-Ghazali menekankan bahwa kerusakan rakyat berawal dari kerusakan pemimpin mereka. Inilah nasihat Imam Al-Ghazali untuk para politisi.

Baca Juga:

Tafsir Sosial Kemanusiaan: Vasektomi, Kemiskinan, dan Hak Tubuh

Mengasuh dengan Kekerasan? Menimbang Ulang Ide Barak Militer untuk Anak Nakal

Peran Negara Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup

Tamasya “Wisata” Kota Sampah dan Pandangan Kritis Seyyed Hossein Nasr

Ia menulis, “Sesungguhnya kerusakan kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan pemimpin, dan kerusakan pemimpinnya disebabkan oleh kerusakan para ulamanya, dan kerusakan ulamanya disebabkan oleh cinta harta dan kedudukan atau tahta, dan barang siapa dikuasai oleh ambisi duniawi ia tidak akan mampu mengurusi rakyat kecil apalagi penguasanya. Allah lah tempat meminta segala persoalan” (Ihya’ Ulumuddin II, hal. 381).

Hubungan Antara Pemimpin dan Masyarakat

Al-Ghazali mengajukan sebuah pandangan yang penting dalam memahami hubungan antara pemimpin dan masyarakat. Ia menyatakan bahwa kerusakan yang terjadi dalam masyarakat tidak dapat terpisahkan dari perilaku dan kepemimpinan para penguasa. Ketika pemimpin tidak menjalankan tugasnya dengan adil, tidak melindungi rakyatnya, dan tidak menjunjung tinggi prinsip-prinsip moral dan etika, maka rakyat yang menjadi korban pertama.

Hal ini terjadi karena pemimpin memiliki kekuasaan besar dalam mengarahkan kebijakan, baik yang menyangkut ekonomi, sosial, maupun politik. Keputusan-keputusan yang diambil oleh penguasa yang zalim akan menimbulkan penderitaan bagi rakyat kecil. Menciptakan ketidakadilan, dan merusak struktur sosial. Oleh karena itu, pemimpin yang tidak adil akan mengakibatkan kerusakan besar dalam masyarakat.

Pandangan ini rasanya hampir mirip dengan dinamika politik modern, di mana banyak negara yang mengalami ketidakstabilan sosial dan ekonomi akibat kepemimpinan yang korup dan tidak adil.

Pemimpin yang lebih mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya daripada kepentingan rakyat akan menciptakan ketimpangan sosial yang parah. Ketika pemimpin tidak mendengarkan kebutuhan rakyat, bahkan rakyat miskin dan terpinggirkan, kerusakan itu akan berlanjut dan semakin memperburuk keadaan.

Menilik Peran Ulama

Al-Ghazali juga mengingatkan kita tentang peran ulama dalam menciptakan keadilan sosial. Ia menyatakan bahwa kerusakan pemimpin berakar pada kerusakan ulama, yang gagal menjalankan tugas moral dan sosialnya. Ulama, sebagai pemimpin spiritual, harus memandu penguasa untuk tidak tergoda oleh ambisi duniawi yang merusak.

Namun, apabila ulama lebih mementingkan kedudukan dan harta, mereka akan gagal menjalankan fungsi mereka sebagai penjaga moralitas. Ulama yang terkuasai oleh ambisi duniawi tidak akan mampu memberikan nasihat yang benar kepada penguasa dan masyarakat. Sebaliknya, mereka mungkin malah mendukung kebijakan yang tidak adil dan merugikan rakyat.

Konsep ini sangat penting dalam dunia politik saat ini, di mana banyak ulama dan tokoh agama yang terlibat dalam politik. Ulama yang seharusnya menjaga jarak dari godaan duniawi harus berfungsi sebagai pengingat bagi penguasa untuk tetap adil dan berpihak pada rakyat.

Dalam konteks Indonesia dan negara-negara Muslim lainnya, seringkali kita melihat keterlibatan ulama dalam politik praktis yang dapat mempengaruhi kebijakan negara. Oleh karena itu, ulama harus menjaga integritasnya dan tidak terjebak dalam permainan politik yang mengabaikan keadilan.

Sifat-sifat yang Harus Dimiliki Pemimpin

Nasihat Imam Al-Ghazali juga memberikan panduan tentang sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin ideal. Dalam Al-Tibr al-Masbuk fi Nasihati al-Muluk, Al-Ghazali menekankan bahwa seorang pemimpin harus mampu berbuat adil di antara masyarakat, melindungi rakyat dari kerusakan dan kriminalitas. Selain itu tidak berlaku dzalim atau tirani.

Di lain sisi, pemimpin harus memiliki integritas, menguasai ilmu agama dan negara, serta memiliki keahlian dalam menyusun kebijakan yang bermanfaat bagi masyarakat. Pemimpin yang ideal harus memiliki fisik yang sehat, tidak cacat, dan mampu menggunakan akal sehatnya untuk memimpin dengan baik. Ia juga harus memiliki keberanian dan kemampuan intelektual untuk mengatur kemaslahatan rakyat.

Selain itu, Ia juga mengingatkan bahwa seorang pemimpin harus memegang teguh janji yang telah dibuat dan harus senantiasa bersikap adil. Rasulullah ﷺ sendiri pernah mengingatkan bahwa seorang pemimpin harus memperhatikan tiga hal. Pertama, memberikan belas kasih kepada rakyat. Kedua, berlaku adil dalam hukuman, dan ketiga, menepati janji yang telah diberikan (Al-Tibr al-Masbuk fi Nasihati al-Muluk, hal. 4).

Pemimpin Ideal Menurut Al-Ghazali

Pemikiran Al-Ghazali tentang kepemimpinan dan keadilan memiliki relevansi yang sangat kuat dalam politik modern. Dalam banyak kasus, kita melihat bagaimana ketidakadilan dan korupsi dalam pemerintahan dapat merusak struktur sosial dan menyebabkan ketidakstabilan politik.

Oleh karena itu, prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Al-Ghazali tentang pemimpin yang adil, ulama yang menjaga moralitas, dan pentingnya integritas serta kejujuran dalam kepemimpinan sangat penting untuk kita terapkan dalam konteks saat ini.

Sebagai contoh, dalam proses pemilihan umum yang sering terjadi di berbagai negara, pemilih dan masyarakat perlu memilih pemimpin yang tidak hanya mampu menjanjikan perubahan, tetapi juga menunjukkan komitmen terhadap keadilan dan kesejahteraan rakyat.

Pemimpin yang ideal, menurut Al-Ghazali, adalah yang mampu mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi dan kelompok. Begitu pula, ulama dan tokoh agama harus berperan sebagai pengingat bagi penguasa untuk tidak terjerumus dalam kesalahan yang merugikan rakyat.

Dalam hal ini, Ia mengajarkan bahwa kerusakan rakyat bermula dari kerusakan penguasa yang tidak adil. Penguasa yang tidak adil disebabkan oleh ulama yang gagal menjalankan tugas moralnya. Oleh karena itu, pemimpin yang ideal harus memiliki integritas, kemampuan intelektual, dan moralitas yang tinggi. []

Tags: kebijakanmasyarakatNasihat Imam Al-GhazaliNegarapemerintahPeran UlamapolitikPolitisi
Ibnu Fikri Ghozali

Ibnu Fikri Ghozali

Saat ini sedang menempuh pendidikan Pascasarjana di Prince of Songkla University, Thailand.

Terkait Posts

Umat Buddha

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

12 Mei 2025
Membaca Kartini

Merebut Tafsir: Membaca Kartini dalam Konteks Politik Etis

10 Mei 2025
Kisah Luna Maya

Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai

9 Mei 2025
Waktu Berlalu Cepat

Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

9 Mei 2025
Memilih Pasangan

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

8 Mei 2025
Keheningan

Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

8 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pekerja Rumah Tangga

    Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada Cinta bagi Arivia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha
  • Islam Hadir untuk Gagasan Kemanusiaan
  • Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?
  • Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga
  • Tidak Ada Cinta bagi Arivia

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version