Mubadalah.id – Beberapa hari ini media sosial tengah ramai memperbincangkan tentang konten-konten Zavilda TV. Zavilda adalah seorang konten kreator yang membuat konten bertema islamic social experiment di YouTube-nya. Namun, sayangnya hampir semua video-video yang ia unggah bernada pemaksaan dan melawati batas.
Dalam beberapa videonya Zavilda kerapkali memaksa perempuan yang tengah santai dan bermain di taman untuk memakai jilbab dan cadar. Bahkan dia juga sempat-sempatnya menanyakan soal agama dan hal-hal privat lainnya, seperti “kamu masih sholat atau enggak”.
Kejadian ini membuat masyarakat menjadi geram dan marah, bahkan sebagian aktivis perempuan ikut merespon kejadian ini. Misalnya Kalis Mardiasih dan juga teman-teman komunitas Perempuan Berkisah. Menurut mereka apa yang dilakukan oleh Zavilda TV dan timnya ini, selain menggangu kenyamanan publik, juga merendahkan perempuan. Karena dalam video-video tersebut perempuan hanya dijadikan objek seksual.
Cara Dakwah Zavilda yang Salah Kaprah
Senada dengan itu, Gita Savitri Devi seorang youtuber dan aktivis perempuan juga menyebutkan bahwa cara yang Zavilda TV lakukan ini adalah cara mengingatkan yang tidak dengan akhlak dan adab yang baik. Sebab, seperti yang terdapat dalam beberapa videonya, Zavilda kerapkali melakukan pemaksaan dan penghakiman pada perempuan yang ia ajak untuk berhijrah.
Zavilda kerapkali tiba-tiba datang tanpa diundang, ya mirip jaelangkung lah. Lalu dia meminta dan memaksa perempuan untuk menggunakan jilbab dan cadar, lalu dia mengunggahnya di youtube dengan judul yang merendahkan perempuan dan itu tidak disetujui oleh korban-korbannya. Dan tidak cukup sampai di situ, Zavilda juga menghakimi perempuan-perempuan tersebut sebagai manusia berdosa, karena memakai pakaian yang terbuka.
Teman-teman, apa yang Zavilda lakukan ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam, yang mengajarkan kita untuk selalu menyampaikan kebaikan dengan cara yang ma’ruf atau baik, bukan dengan cara memaksa dan menghakimi. Karena seperti yang Buya Husein Muhammad sampaikan, bahwa pemaksaan itu di samping melanggar hak asasi manusia juga tak akan menghasilkan keimanan, melainkan kemunafikan.
Di sisi lain, Mbak Gita Savitri juga menambahkan bahwa setiap perempuan punya kebebasan untuk memakai pakaian apapun yang ia inginkan. Tidak ada satu orang pun yang berhak untuk memaksa perempuan untuk memakai sesuatu yang tidak perempuan itu kehendaki. Karena dalam Islam pemaksaan itu sama sekali tidak kita benarkan, sekalipun dengan alasan berdakwah.
Di samping itu, memakai jilbab atau tidak, kita tidak berhak untuk menilai seseorang itu salihah atau tidak. Karena Allah sama sekali tidak menilai hambanya dari pakaian, jabatan atau latar belakang yang lainnya, melainkan dari tingkat ketakwaannya. Dan ketakwaan tersebut bisa kita lihat dari bagaimana cara dia berelasi dengan orang lain. Baik atau tidak, melukai atau tidak.
Islam Melarang Pemaksaan
Kemudian Kiai Marzuki Wahid dalam tulisannya yang berjudul “Hukum memaksa pakai jilbab” juga menyampaikan bahwa Islam melarang segala bentuk pemaksaan. Karena pemaksaan adalah kekerasan psikis yang bisa menjadi kekerasan fisik dan seksual.
Lebih lanjutnya beliau mengatakan bahwa “menutup aurat (sitrul aurat) itu memang suatu kewajiban sebagai muslim atau muslimah, tetapi penerapannya tidak boleh kita lakukan dengan cara paksa, intimidasi, dan atau kekerasan. Jangankan mengenakan jilbab, masuk Islam saja tidak boleh ada paksaan dan pemaksaan. Harus dengan kesadaran penuh, dorongan lahir dan batin untuk menjadi muslim dan Muslimah”.
Kemudian yang terakhir, menurut saya berdakwah atau menyampaikan kebaikan itu memang tugas kita sebagai manusia, namun tentu saja harus kita lakukan dengan cara yang baik. Hal ini juga yang Allah sampaikan kepada Nabi Muhammad Saw melalui firmannya;
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak bisa memberikan hidayah (ilham dan taufiq) kepada orang-orang yang engkau cintai.” (QS. al-Qasshash: 56).
Oleh karena itu, dear Zavilda TV, mari belajar Islam yang ramah dan damai. Jangan ada lagi pemaksaan di antara kita. Karena dakwah yang baik itu adalah dakwah yang menyadarkan, bukan memaksa dan menghakimi. Sebab, seperti yang disampaikan oleh Kiai Marzuki Wahid mengajak pada kebaikan itu harus dilakukan dengan cara yang baik, bukan dengan kemungkaran.
Begitupun dengan mencegah kemungkaran, kita tidak boleh melakukan dengan kemungkaran, tetapi harus dengan kebaikan. Itu lah yang di sebut dengan Islam sebagai agama yang rahmatan lil’alamin. []