• Login
  • Register
Sabtu, 25 Juni 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Dilema Muslimah Jomblo: Pendidikan Tinggi atau Nikah?

Nafilah Safitri Nafilah Safitri
08/11/2017
in Kolom
0
Sumber: Umah Sinau Mubadalah

Sumber: Umah Sinau Mubadalah

26
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pada zaman yang serba modern dan canggih di saat manusia seharusnya sudah memiliki pemikiran yang lebih terbuka, ternyata masih terdapat sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa pendidikan adalah hambatan menuju pernikahan, tidak terkecuali di Indonesia. Terlebih pada sebagian keluarga muslim dan keluarga yang budaya patriarkhinya masih mengakar kuat.

Pendidikan dalam hal ini adalah pendidikan formal yang membutuhkan proses dan waktu tertentu sesuai dengan level dan bidang studi yang diminati. Pernikahan dimaknai sebagai tahap akhir dan paling ditunggu dalam proses kehidupan manusia, terutama bagi perempuan.

Budaya patriarkhi mewarisi pola pikir subordinat dalam masyarakat kita yang membuat perempuan menjadi pihak yang memiliki banyak keterbatasan gerak, termasuk dalam bidang pendidikan.

Perempuan-perempuan yang kemudian memilih jalan untuk fokus terhadap pendidikan tinggi dan terlihat mengabaikan urusan pernikahan banyak dianggap sebagai perempuan yang tidak memiliki tujuan hidup.

Pernikahan dianggap sebagai pencapaian tertinggi perempuan. Tidak peduli sebanyak apapun prestasi dan pencapaian seorang perempuan dalam bidang pendidikan dan karir, jika masih lajang, belum menikah, prestasi mereka tidak ada artinya.

Baca Juga:

Kok, Jomlo Terus, Kapan Kamu Nikah?

Don’t Worry Belum Menikah, Ulama Juga Ada yang Jomblo Loh!

Childfree dan Ulama yang Memilih Menjomblo Sampai Mati

Nasihat bagi Para Pencari Jodoh, Ibrah dari Nabi Zakaria

Status lajang pun dijadikan alat ‘serangan balik’ orang-orang yang mungkin iri terhadap pencapaian para perempuan berpendidikan.

Dalam Islam sendiri, menuntut ilmu hukumnya wajib. Sebagai muslim, apalagi yang pernah nyantri, seharusnya sudah seringkali mendengar hadits “tholabul ilmi faridlotun ‘alaa kulli muslimin wa muslimat“.

Hadits ini mewajibkan menuntut ilmu –baik itu ilmu diin maupun ilmu haal—bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan. Sementara pernikahan hukum asalnya adalah mubah. Pendidikan formal tentunya menjadi salah satu cara individu muslim untuk menunaikan kewajiban dalam agama Islam untuk menuntut ilmu.

Sedangkan pernikahan, sebagai suatu hal yang hukum asalnya mubah, seharusnya tidak diposisikan sebagai suatu pencapaian tertinggi, terlebih bagi perempuan. Sebagian masyarakat kita masih berpikir bahwa menikah, punya anak, menjadi istri dan ibu biologis, adalah pencapaian tertinggi bagi perempuan.

Mereka yang masih melajang, setinggi apapun pencapaian dalam karir dan pendidikannya masih dianggap ‘belum apa-apa’ jika belum bersuami – dilanjut dengan ‘jika belum punya anak’—. Stigma perawan tua dan tidak laku siap disematkan bagi mereka yang masih melajang hingga batas umur tertentu.

Konstruksi budaya patriarkhi menyuburkan asumsi bahwa pernikahan menjadi pencapaian tertinggi seorang perempuan. Ini harus diluruskan.

Kalau tidak segera diberantas asumsi jelek ini, perempuan yang masih melajang akan terus ‘diserang’ pertanyaan-pertanyaan absurd yang mengganggu seperti “kapan nikah?”, “Kapan nyusul?” dan pertanyaan basa-basi lain yang begitu menyinggung dan menyakiti.

Status pernikahan yang merupakan hal sakral dan suci tak jarang kemudian menjadi ajang pamer dan kesombongan.

Menurut saya, hal yang lebih mendasar dari dua kutub pilihan pendidikan tinggi atau pernikahan adalah keyakinan terhadap Tuhan. Jika memang kita semua percaya ketentuan Tuhan, tentu tak akan ada lagi stigma yang selama ini dilekatkan pada jomblowers.

Semua jalan hidup kita, pendidikan atau pernikahan merupakan proses yang tidak terlepas dari ketentuan Tuhan. Kita juga tidak tahu pasti sejauh mana ikhtiar seseorang dalam mewujudkan cita-citanya, entah itu pendidikan dan karir yang gemilang atau bertemu dengan jodoh yang ingin dinikahinya.

Oleh karena itu, sebaiknya kita menghindari jenis pertanyaan basa-basi yang justru menyakiti saudara kita sendiri untuk lebih menghargai pilihan hidup seseorang. Dan yang paling penting, agar tidak mencederai keyakinan kita sendiri terhadap ketentuan Tuhan. Sementara kita tahu bahwa perkara jodoh adalah perkara yang sama misteriusnya seperti ajal yang kita tidak tahu entah kapan waktunya datang.[]

Tags: dilema jomblojomblojomlo akutKids jaman Nowpendidikan atau nikah

Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.

Unsubscribe
Nafilah Safitri

Nafilah Safitri

Terkait Posts

kekerasan fisik pada anak

Memahami 4 Macam Kekerasan Fisik pada Anak Akibat Kelalaian Orang Tua

24 Juni 2022
Perempuan Bekerja

Laki-laki Penganguran Bukan Salah Perempuan Bekerja

24 Juni 2022
Kehidupan Perempuan

Kehidupan Perempuan Kini dalam Hegemoni Domestik

24 Juni 2022
Pencegahan Kekerasan Seksual

5 Tips Pencegahan Kekerasan Seksual Perspektif Islam

24 Juni 2022
Menjadi Ibu

Apakah Semua Perempuan Terlahir Menjadi Ibu?

23 Juni 2022
Gaya Hidup Minim Sampah

Maunya sih Menerapkan Gaya Hidup Minim Sampah. Eh, Kok Jadi Greenwashing?

23 Juni 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kehidupan Perempuan

    Kehidupan Perempuan Kini dalam Hegemoni Domestik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sa’i : Perjuangan Meraih Kehidupan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memahami 4 Macam Kekerasan Fisik pada Anak Akibat Kelalaian Orang Tua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Penganguran Bukan Salah Perempuan Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Tips Pencegahan Kekerasan Seksual Perspektif Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 6 Cara Penangan saat Menjadi Korban KDRT
  • Sa’i : Perjuangan Meraih Kehidupan
  • Bagaimana Mengemas Dakwah Islam yang Humanis dan Kontekstual?
  • Memahami 4 Macam Kekerasan Fisik pada Anak Akibat Kelalaian Orang Tua
  • Laki-laki Penganguran Bukan Salah Perempuan Bekerja

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist