• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Usia Bertambah, Tapi Status tidak Berubah? Gak masalah Kok!

Menikahlah dengan kesiapan bukan dengan keterpaksaan, maka akan menghasilkan kebahagiaan bukan malah penderitaan

Sofiyah Liriyani Sofiyah Liriyani
16/11/2022
in Personal
0
Usia Bertambah

Usia Bertambah

508
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Akhir-akhir ini di rumah banyak sekali kertas undangan pernikahan yang bertuliskan atas namaku. Ada yang dari teman seangkatan, adik kelas, bahkan adik sepupu pun akan segera melangsungkan pernikahan. Kondisi ini membuat aku sadar, usia bertambah tapi statusku masih belum berubah. Masih betah sendiri, dan itu nggak masalah kok!

Meski pertanyaan bertubi-tubi datang menghampiri. “Kamu kapan menyusul? Umurmu sudah kepala dua loh!” Kapan nikahnya? Masih betah sendiri ya?” Orang lain mungkin mudah untuk bicara. Padahal menikah itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebagai anak perempuan yang tinggal di desa, tentu merasa tersudutkan dengan kondisi ini.

Seringkali itu pertanyaan muncul, bukan hanya sekedar bertanya. Tapi di dalamnya mengandung makna yang tersirat.  Stigma yang melekat pada diri perempuan yang masih lajang di usia yang sudah tak muda lagi. Karena menikah bukanlah soal umur.

Tentu, saya tidak mengacuhkan pertanyaan itu, tapi menjelaskan bahwa sebagai perempuan saya tidak malu belum menikah pada usia sekarang. Memang, Menikah itu bukan perkara cepat atau lambatnya, tapi tentang kesiapan diri dalam menghadapi segalanya.

Menikah Bukan hanya Soal Komitmen

Jadi jangan pernah punya kenginan menikah karena punya tekanan, sepupu saya udah menikah, teman seangkatan saya udah punya anak, adik kelas saya sudah menikah. Menikah itu karena kita udah siap. Siap hidup dengan dia dan keluarganya, siap menghadapi masalah baru, dan siap ketika menghadapi perdebatan ketika tidak sepemikiran.

Baca Juga:

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

Menikah bukan hanya tentang komitmen saja. Karena pernikahan merupakan Ibadah terpanjang. Maka untuk memasukinya membutuhkan kesiapan fisik, kesiapan ekonomi, kesiapan mental.

Kesiapan Fisik

Dengan kesiapan fisik yang baik,  semua berjalan dengan lancar. Sebelum menikah harus menjaga pola makan, perawatan tubuh, rajin olahraga, menjaga kebersihan organ intim, tidur yang cukup dan hindarilah stres.

Kesiapan Mental

Artinya akan banyak masalah-masalah yang dihadapi setelah menikah. Harus bisa mengontrol emosi diri sendiri, membangun komunikasi yang baik dengan sesama dan saling terbuka, mengembangkan kemampuan menyelesaikan konflik, kenginan untuk belajar dari kesalahan agar lebih baik, saling mengenali bahasa cinta pada pasangan.

Kesiapan Ekonomi

Mengetahui kondisi keuangan, oleh karena itu sebelum ke jenjang pernikahan kita dan pasangan mengenali kondisi finansial masing-masing.

Lebih baik menikah di waktu yang tepat, bukan cepat. Makannya harus dipertimbangkan ketika kita mau menikah, bagaimana kemampuan laki-laki dan perempuan membangun relasi yang sehat, yang saling mendukung, yang saling memahami, yang bisa menjadi orang tua yang baik dengan finansial yang baik juga.

Jangan sampai menikah karena batasan usia. Dan saya juga tidak bisa mematok usia pernikahan yang tepat. Hidup itu bukan cepat-cepatan umntuk mendapatkan pasangan, tapi tentang kesiapan menerima bagaimana tantangan pernikahan.

Jodoh sudah ada yang ngatur, Ada Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang jodoh. Jodoh menurut islam adalah misteri, sebab hanya Allah SWT yang mengetahui dan menentukan jodoh untuk setiap hamba-Nya.

Tetaplah menjadi pribadi yang baik, maka akan Allah datangkan jodoh di waktu yang tepat.

وَمِن كُلِّ شَيۡءٍ خَلَقۡنَا زَوۡجَيۡنِ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ

Artinya:

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah,” (QS Adz-Dzariyat: 49).

Menikahlah dengan kesiapan bukan dengan keterpaksaan, maka akan menghasilkan kebahagiaan bukan malah penderitaan.

Menikah, pasti itu kenginan banyak orang. Baik menikah muda ataupun tidak. Semua pernikahan itu harus disiapkan secara matang. Menikah itu bukan hanya menyatukan dua kepala dalam satu atap saja, bukan hanya tentang aku dan kamu, melainkan tentang dia dan mereka yang akan menjadi kita. []

 

 

Tags: Jodohjomblomenikahperempuanstigma
Sofiyah Liriyani

Sofiyah Liriyani

Sofiyah Liriyani, biasa di panggil piya. Mahasantri mahad Aly kebon Jambu semester Akhir. Suka jajan dan travelling. Email: Liriyanipiya@gmail.com

Terkait Posts

Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

26 Juni 2025
Menemani Laki-laki dari Nol

Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

25 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID