Rabu, 17 Desember 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

    sikap ambivalen

    Julia Suryakusuma Soroti Ancaman Kekerasan Seksual dan Sikap Ambivalen terhadap Feminisme

    Feminisme

    Julia Suryakusuma: Feminisme Masih Dibutuhkan di Tengah Krisis Multidimensi Indonesia

    Krisis

    Di Halaqah KUPI, GKR Hemas Tekankan Peran Ulama Perempuan Hadapi Krisis Bangsa

    KUPI adalah

    GKR Hemas: KUPI Adalah Gerakan Peradaban, Bukan Sekadar Forum Keilmuan

    Dialog Publik KUPI

    Dialog Publik KUPI: Dari Capaian hingga Tantangan Gerakan Keulamaan Perempuan

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Perspektif Mubādalah

    Etika Kesalingan dalam Islam: Relasi, Interrelasi, dan Transrelasi Perspektif Mubādalah

    Seksisme

    Melihat Ancaman Seksisme di Kehidupan Perempuan

    Tubuh Perempuan

    Ketika Tubuh Perempuan Dijadikan Alat Dagang

    Seksisme

    Bahaya Normalisasi Seksisme dalam Wacana Keagamaan

    Donasi Pembalut

    Donasi Pembalut Tidak Penting? Ini Bukti Kesehatan Reproduksi Masih Diremehkan

    Konservatisme Islam

    Menguatnya Konservatisme Islam Kian Menekan Perempuan

    Hidup yang Bermakna

    Hidup yang Bermakna dalam Perspektif Katolik

    Ruang Digital

    Menjaga Jari di Ruang Digital: Etika Qur’ani di Tengah Krisis Privasi

    Isu perempuan

    Menjadi Lelaki Penyuara Isu Perempuan, Bisakah?

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

    sikap ambivalen

    Julia Suryakusuma Soroti Ancaman Kekerasan Seksual dan Sikap Ambivalen terhadap Feminisme

    Feminisme

    Julia Suryakusuma: Feminisme Masih Dibutuhkan di Tengah Krisis Multidimensi Indonesia

    Krisis

    Di Halaqah KUPI, GKR Hemas Tekankan Peran Ulama Perempuan Hadapi Krisis Bangsa

    KUPI adalah

    GKR Hemas: KUPI Adalah Gerakan Peradaban, Bukan Sekadar Forum Keilmuan

    Dialog Publik KUPI

    Dialog Publik KUPI: Dari Capaian hingga Tantangan Gerakan Keulamaan Perempuan

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Perspektif Mubādalah

    Etika Kesalingan dalam Islam: Relasi, Interrelasi, dan Transrelasi Perspektif Mubādalah

    Seksisme

    Melihat Ancaman Seksisme di Kehidupan Perempuan

    Tubuh Perempuan

    Ketika Tubuh Perempuan Dijadikan Alat Dagang

    Seksisme

    Bahaya Normalisasi Seksisme dalam Wacana Keagamaan

    Donasi Pembalut

    Donasi Pembalut Tidak Penting? Ini Bukti Kesehatan Reproduksi Masih Diremehkan

    Konservatisme Islam

    Menguatnya Konservatisme Islam Kian Menekan Perempuan

    Hidup yang Bermakna

    Hidup yang Bermakna dalam Perspektif Katolik

    Ruang Digital

    Menjaga Jari di Ruang Digital: Etika Qur’ani di Tengah Krisis Privasi

    Isu perempuan

    Menjadi Lelaki Penyuara Isu Perempuan, Bisakah?

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Doa, Tawakkal dan Sabar, Begini Penjelasan Prof. Quraish Shihab

Baik doa, permohonan, maupun tawakkal itu berbeda substansinya ketika bermohon kepada manusia dengan bermohon kepada Tuhan

Salman Akif Faylasuf Salman Akif Faylasuf
13 November 2024
in Hikmah
0
Tawakkal

Tawakkal

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sudah mafhum bahwa doa adalah permohonan kepada Tuhan. Sementara tawakkal adalah pengendalian pihak lain tentang urusan yang harus ditangani oleh yang mewakilkan. Dalam hal ini, mewakilkan orang lain untuk urusan yang harus ditangani oleh yang mewakilkan.

Baik doa, permohonan, maupun tawakkal itu berbeda substansinya ketika Anda bermohon kepada manusia dengan bermohon kepada Tuhan, berbeda juga substansinya antara mewakilkan manusia dan mewakilkan Tuhan. Lalu apa perbedaannya?

Dalam tolong-menolong, ketika saya berkata, “Tolong ambilkan segelas air itu” kepada orang lain, maka saya tidak perlu aktif. Saya bisa duduk di tempat, dan yang menolong saya akan mengantarkan air itu kepada saya.

Jadi minta tolong (pada manusia) tidak menuntut Anda harus terlibat dalam upaya meraih apa yang Anda harapkan untuk ditolong itu. Akan tetapi, ketika Anda meminta tolong kepada Allah Swt. (Allah enggan “bekerja sendiri”), maka Anda dituntut dulu untuk melakukan sesuatu yang Anda mampu lakukan, baru minta tolong kepada Allah Swt. Kalau tidak? Bisa jadi Tuhan tidak tolong.

Makna Tawakkal

Itu sebabnya, ketika berbicara tentang doa dalam al-Qur’an Allah Swt. menjanjikan:

وَاِذَا سَاَلَـكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ ۙ  فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ

Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran.” (QS. Al-Baqarah [2]: 186).

Lalu bagaimana dengan makna tawakkal (mewakilkan Tuhan)? Jadi ada perbedaan antara mewakilkan manusia dan mewakilkan Tuhan. Kalau seseorang mewakilkan orang lain, maka dia tidak perlu lagi terlibat dalam urusan yang diserahkannya kepada yang mewakilkannya.

Misalnya, bapak Gubernur kita undang di suatu tempat, dia wakilkan pada bapak A atau ibu wakil B, maka Gubernur tidak perlu lagi hadir di tempat itu. Itulah manusia ketika mewakilkan kepada manusia lain. Akan tetapi, tawakkal (mewakilkan Tuhan) tidak seperti itu.

Mewakilkan kepada Tuhan dan manusia

Banyak bedanya antara mewakilkan kepada Tuhan dan mewakilkan kepada manusia. Pertama, Anda harus dituntut melakkan sesuatu yang berkaitan dengan persoalan yang Anda minta agar Tuhan mewakili Anda dalam hal tersebut. Anda dituntut terlebih dahulu melakukan sesuatu, baru Anda minta Tuhan agar mewakili Anda pada sisa yang Anda tidak mampu untuk melakukan itu.

Seorang penduduk gunung datang menemi rasul dan dibiarkannya untanya tanpa dia tambat, tanpa dia ikat, lalu dia masuk, Nabi bersabda: “Ikat dulu baru tawakkal”. Artinya, jangan tanpa usaha dari Anda, “Sudah deh tawakkal pada Tuhan.” Tidak. Itu ada sementara orang yang menyitir, menyebut hadits Nabi, “Seandainya kalian bertawakkal seperti tawakkalnya burung, niscaya kalian akan menjadi seperti burung, keluar dari sarangnya lapar, dan kembali kenyang.”

Mereka berkata, “Kita seperti burung saja.” Mereka lupa bahwa burung tidak tinggal disangkarnya. Dia terbang, dia berusaha, dan dalam usahanya dia memperoleh makanan sehingga kembali ke sarangnya dalam keadaan keyang. Jadi tawakkal kepada Tuhan menuntun Anda melakukan kegiatan sesuai dengan persoalan yang Anda minta agar Tuhan mewakili Anda pada sisanya.

Kedua, kalau Anda mewakilkan manusia, maka bisa jadi Anda lebih pandai dari manusia yang merupakan wakil Anda. Bisa jadi Anda tidak puas karena kegagalannya mewakili Anda. Anda tidak puas boleh jadi karena tidak percaya bahwa dia tidak serius dalam menangani apa yang Anda tugaskan kepadanya. Sehingga yang mewakilkan dapat menarik perwakilannya atau memberikan kepada orang lain.

Berusaha Baru Bertawakkal

Akan tetapi tawakkal kepada Allah tidaklah demikian. Allah Maha Kuasa, Maha Mengetahui kemaslahatan seseorang. Tidak ada yang dapat menghalangi kehendak-Nya. Sehingga, setelah Anda bertawakkal, tidak wajar Anda menarik apa yang telah Anda wakilkan kepada Tuhan, selama syarat pertama Anda telah penuhi.

Saya sudah berusaha, sekarang tidak ada lagi usaha yang dapat saya lakukan, maka saya bertawakkal kepada Allah, saya mewakilkan Allah dalam apa atau urusan yang tidak mampu saya selesaikan.

Contohnya. Nabi diperintahkan Allah berhijrah ke Madinah. Akan tetapi Nabi sangat lama menunggunya. Sayyidina Abu Bakar berkata, “Ayo kita hijrah.” Kata Nabi, “Tunggu, saya belum dapat izin.” Akhinya izin datang dan Nabi mempersiapkan segala sesuatu. Mulai dari kendaraan, penunjuk jalan karena Nabi ingin mengambil jalan yang tidak biasa.

Tak hanya itu, Nabi mempersiapkan orang yang menyiapkan makanan dalam perjalanan. Menyiapkan dan menugaskan orang yang memata-matai kaum musyrik. Menyiapkan orang yang menghapus jejak kuda yang ditunggangi Nabi, dan mereka masuk ke dalam gua.

Rupanya kaum musyrik berada di depan gua. Sayyidina Abu Bakar berkata kepada Nabi, “Sedih, kuatir, jangan sampai Nabi tertangkap sehingga ajaran agama ini pupus.” Kata Nabi, “Di sinilah tempatnya kita tawakkal. Jangan sedih dan jangan takut karena Tuhan bersama kita.”

Mengapa di situ tempatnya tawakkal? Karena tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Seandainya masih ada yang dapat dilakukan, maka Nabi akan melakukannya. Akan tetapi sudah tidak ada karena Nabi berada di dalam gua, dan ketika Nabi keluar maka bisa tertangkap. Di situlah semuanya kita serahkan kepada Allah Swt., dan apapun pilihan Allah Swt. maka itulah yang terbaik.

Kata Quraish Shihab, ketika itu Allah turun tangan dengan satu cara yang tidak terduga. Sebagian riwayat ada yang mengatakan adanya laba-laba, adanya burung dan sebagainya. Jadi kalau Anda telah mewakilkan kepada Allah untuk satu pekerjaan dan satu perbuatan, maka lakukan dulu apa yang mampu Anda lakukan, baru bertawakkal pada Allah Swt.

Sabar dan Takwa

Di sinilah juga, kata Quraish Shihab, diperlukan yang namanya sabar dan takwa. Jangan duga keberagamaan yang kukuh tanpa upaya yang dapat dilakukan oleh manusia, jangan duga pula keberagamaan yang kukuh tanpa usaha itu dapat mengantarkan Anda mencapai impian Anda. Dalam surat Ali Imran ayat 125 Allah Swt. berfirman:

بَلٰۤى ۙ اِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا وَيَأْتُوْكُمْ مِّنْ فَوْرِهِمْ هٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ اٰلَافٍ مِّنَ الْمَلٰٓئِكَةِ مُسَوِّمِيْنَ

Artinya: “Ya” (cukup). Jika kamu bersabar dan bertakwa ketika mereka datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.” (QS. Ali Imran [3]: 125).

Apa mereka sabar? Mereka itu adalah sahabat-sahabat Nabi yang ketika itu Nabi bersama mereka. Tetapi sahabat-sahabat ini atau sebagian mereka tidak sabar. Lalu apa yang terjadi? Malaikat tidak turun bahkan kekalahan terjadi, walaupun mereka itu adalah sahabat-sahabat Nabi.

Kenapa demikian? Karena syarat untuk memperoleh bantuan Allah adalah terlebih dahulu harus sabar dan bertakwa (memlihara diri dari segala yang dapat mengakibatkan bencana duniawi dan ukhrawi). Tanpa itu jangan harap ada bantuan Allah Swt.

Begitu juga kita, kata Quraish Shihab. Kita ingin menghindar dari kesulitan, maka harus sabar. Tak berhenti di sini, kita juga harus menahan gejolak nafsu demi mencapai yang baik atau bahkan yang terbaik.

Ketauhilah, lanjut Quraish Shihab, bahwa Allah enggan “bekerja sendiri”. Ada sekian banyak ayat al-Qur’an yang menunjuk Tuhan dengan kata “Kami”. Kata kami dalam ayat al-Qur’an yang menunjuk kepada Tuhan mengisyaratkan perlunya keterlibatan selain dari Tuhan dalam kegiatan yang ditunjuk oleh kata itu. Allah Swt. berfirman:

وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُـنَكِّسْهُ فِى الْخَـلْقِ ۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ

Artinya: “Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?” (QS. Ya-Sin [36]: 68).

Makna Takdir

Umur memang di tangan Tuhan. Akan tetapi, manusia ada keterlibatannya dalam panjang dan pendeknya harapan hidupnya. Karena itu, Allah berkata, “Kami punya keterlibatan untuk itu.”

Nah, tawakkal adalah menyerahkan diri kepada Allah setelah segala upaya yang dapat kita lakukan dan bisa kita lakukan. Bukan serta-merta mengatakan, “Sudahlah tawakkal saja, umur di tangan Tuhan.” Siapa bilang kita tak bisa merubah takdirnya.

Kata Quraish Shihab, dia bisa mengubah takdinya, apalagi takdir itu adalah keberadaan di suatu ruangan yang luas, di mana Anda bisa memilih, apakah di sebelah kiri atau yang kanan. Artinya, Anda mempunyai dan ada upaya untuk itu.

Ketika Sayyidina Umar tidak akan mau untuk masuk ke wilayah Syam karena ada wabah, lalu ada yang bertanya, “Apakah kamu lari dari takdir Tuhan?” Kata Sayyidina Umar, “Saya lari dari takdir Tuhan ke takdir Tuhan yang lain.”

Sekali lagi, takdir ini sangat luas. Kita punya kebebasan dalam ruang takdir. Jangan berkata, “Sudah! Saya tidak usah vaksin, saya tidak usah begini dan begitu.” Jika demikian, kata Quraish Shihab, Anda tidak memahami agama. Wallahu a’lam bisshawab. []

 

Tags: DoaHikmahkehidupanmanusiaSabartakdirTawakkal
Salman Akif Faylasuf

Salman Akif Faylasuf

Salman Akif Faylasuf. Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Sekarang Nyantri di PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Terkait Posts

Makna Ibadah
Uncategorized

Makna Ibadah dalam Bayang Ritualitas

8 Desember 2025
Teodise
Publik

Di Tengah Bencana, Di Mana Tuhan? Teodise dan Hikmah Kemanusiaan

8 Desember 2025
Ekoteologi Islam
Publik

Ekoteologi Islam: Membangun Etika Lingkungan di Era Antroposen

7 Desember 2025
Krisis Lingkungan
Publik

Di Tengah Krisis Lingkungan, Yusuf Al-Qardhawi Ingatkan Jaga Alam, Selamatkan Kehidupan

4 Desember 2025
Kerusakan
Publik

Ketika Manusia Lebih Memilih Kerusakan

3 Desember 2025
Khalifah di Bumi
Publik

Manusia Dipilih Jadi Khalifah, Mengapa Justru Merusak Bumi?

2 Desember 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konservatisme Islam

    Menguatnya Konservatisme Islam Kian Menekan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Donasi Pembalut Tidak Penting? Ini Bukti Kesehatan Reproduksi Masih Diremehkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bahaya Normalisasi Seksisme dalam Wacana Keagamaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Tubuh Perempuan Dijadikan Alat Dagang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Refleksi Buku Emha Ainun Nadjib: Hidup itu Harus Pintar Ngegas dan Ngerem
  • Etika Kesalingan dalam Islam: Relasi, Interrelasi, dan Transrelasi Perspektif Mubādalah
  • Belajar Kesetaraan dari Buku Manual Mubadalah
  • Melihat Ancaman Seksisme di Kehidupan Perempuan
  • Buku Jilbab dan Aurat: Membaca Ulang Tanda Kesalehan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Refleksi Hari Pahlawan: Tiga Rahim Penyangga Dunia pada Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto
  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID