• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Empat Kelahiran Manusia

Muhammad Ridwan Muhammad Ridwan
17/09/2019
in Personal
0
84
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Apa maksud dari empat kelahiran manusia? Pagi tadi, 16 September 2019, sehabis jamaah sholat Shubuh, Ibunda Dr. Nur Rofiah. Bil. Uzm., kembali menyampaikan materinya tentang “Keadilan Gender Islam” di hadapan ribuan santri putra pondok Kebon Jambu Al-Islamy. Namun dalam penyampaian kali ini beliau tidak banyak menyodorkan istilah – istilah gender sebagaimana tadi malam di hadapan para mahasantri dan santri senior di Masjid Perempuan Dwi Cahaya.

Beliau menyampaikan secara perlahan agar apa yang disampaikan dapat ditangkap dengan mudah oleh para santri tingkat Tsanawiyah dan Aliyah putra Pondok Kebon Jambu Al-Islamy.

Dalam mengawali ngajinya, beliau menjelaskan tentang manusia baik laki-laki maupun perempuan sama-sama sebagai makhluk primer yakni خليفة في الارض yang wajib mewujudkan kemaslahatan seluas-luasnya di bumi. Sehingga dalam hal ini manusia baik laki-laki maupun perempuan adalah sebagai subjek penuh kehidupan.

Beliau mengatakan bahwa manusia itu  seharusnya mengalami 4 kelahiran dalam hidupnya. Kelahiran fisik, kelahiran spiritual, kelahiran sosial, dan kelahiran intelektual. Kelahiran fisik adalah sebuah keniscayaan yang dialami kita semua sebagai manusia. Dalam hal ini sebagai manusia kita sudah sepatutnya untuk menghormati ibu kehidupan yang telah melahirkan kita secara fisik.

Dalam Al-Qur’an kita diingatkan bahwa manusia diberi wasiat untuk berbuat baik kepada kedua orang tua terutama ibu karena ibu telah dengan penuh susah payah mengandung kita selama 9 bulan, mempertaruhkan nyawanya ketika melahirkan, hingga menyusui kita selama maksimal 2 tahun (ووصينا الإنسان بوالديه حسناحملته امه وهنا على وهن وفصاله في عامين أن أشكر لي ولوالديك الي المصير ).

Baca Juga:

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Dalam kelahiran yang pertama ini semua manusia mengalaminya sehingga sudah sepatutnya semua manusia itu wajib menghormati dan menghargai para perempuan yang menjadi ibu kehidupan.

Kedua, kelahiran spiritual yaitu ketika seseorang mampu menerapkan sikap tauhid secara hakiki. Tauhid dalam artian manusia baik laki-laki maupun perempuan hanya menghamba kepada Allah. Jadi seorang laki-laki tidak boleh menuhankan dirinya atas perempuan begitupun sebaliknya perempuan tidak boleh menghambakan dirinya kepada laki-laki. Sehingga seumur hidup dengan sikap tauhid itu seseorang mampu menebarkan maslahat kepada makhluk Allah.

Kemudian dengan sikap tauhid ini kita selalu meyakini bahwa sebagai manusia kita adalah hamba Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Karena yang menyebabkan seseorang musyrik itu bukan tidak percaya kepada Allah. Tetapi justru karena mereka itu percaya kepada Allah tapi juga mempercayai kepada selain Allah. Sehingga sebagai hamba Allah setiap detik kita harus katakan dalam hati bahwa “kita adalah hamba Allah yang wajib berbuat baik kepada makhluk Allah”.

Dalam hal ini baik laki-laki maupun perempuan sama yang membedakan adalah tingkat ketakwaan mereka. Dalam Al-Qur’an Allah menegaskan bahwa “أن أكرمكم عند الله أتقاكم” sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah diantara kalian adalah orang yang paling bertakwa. Maka ketika seseorang sudah timbul ketakwaannya maka ketika itulah sebenarnya ia telah mengalami kelahiran yang kedua.

Ketiga, kelahiran sosial yaitu di saat kita kemudian saling memperhatikan lingkungan sosial kita agar kita mampu selalu memberi manfaat kepada orang lain. Karena tolak ukur kualitas seseorang dalam lingkungan sosial nya yaitu seberapa besar ia memberi manfaat kepada lingkungannya.

Nabi mengatakan “خير الناس أنفعهم لناس” sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain. Terlepas dari itu laki laki atau perempuan mereka yang lebih memberi manfaat merekalah yang lebih berkualitas. Maka ketika seseorang sudah mampu memberikan manfaat untuk lingkungan sosial sekitarnya maka sesungguhnya ia telah mengalami kelahiran yang ketiga.

Kelahiran yang keempat yaitu kelahiran intelektual yaitu seseorang yang dengan kecerdasannya mampu menciptakan perubahan dan kebaikan kepada siapapun terutama kepada para ibu kehidupan yang telah melahirkannya secara fisik. Misalnya, ketika seseorang itu menjadi dokter maka ia ciptakan alat agar para ibu hamil tidak menambah merasa kesulitan akan kehamilannya.

Ketika seseorang terjun dalam dunia politik menjadi DPR atau mempunyai kekuasaan maka ia akan membuat undang-undang yang menjaga kehormatan perempuan dari segala macam ketidakadilan gender seperti pelecehan kekerasan seksual yang sudah sangat darurat hari ini. Dan lain sebagainya.

Satu hal yang menjadi ciri ketika seseorang sudah mengalami kelahiran intelektual. Dalam setiap tindakannya dia akan selalu mempertimbangkan 3 hal: pertama, memastikan bahwa yang akan ia lakukan itu halal menurut agama (حلالا). Kedua, memastikan bahwa yang akan ia lakukan itu juga baik(طيبا). Karena yang halal itu juga ada yang baik & ada yang tidak baik. Dan yang ketiga, memastikan bahwa yang akan ia lakukan itu pantas (معروفا) baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

Analoginya seperti ini : kita mempunyai daging kambing yang tentunya kita tahu bahwa daging kambing itu halal menurut agama (حلالا). Lalu kita hendak memakan nya padahal tahu kita sedang mempunyai penyakit darah tinggi sehingga menurut kesehatan justru dilarang memakan daging kambing. Oleh karena itu, yang halal belum tentu baik dan pastikan yang akan kita lakukan itu baik untuk diri sendiri maupun orang lain (طيبا).

Kemudian kita juga hendak memberikannya kepada tetangga kita dan hal itu merupakan suatu kebaikan tetapi kemudian kita memberinya satu panci besar dengan kuahnya yang sangat banyak namun dagingnya hanya 3 biji. Maka sesuatu yang hendak kita lakukan itu meskipun baik juga tetapi harus pantas / layak untuk orang lain (معروفا). Karena belum tentu sesuatu yang baik untuk kita juga baik untuk orang lain bahkan tidak pantas untuk orang lain.

Kelahiran pertama merupakan sebuah keniscayaan yang datangnya dari Allah. Sedangkan tiga kelahiran yang terakhir itu datangnya dari kita pribadi. Diri kita sendiri yang melahirkannya. Oleh karena itu, ada seseorang yang telah terlahir berkali-kali selama hidupnya.

Misalnya, ketika kita melihat seorang anak kecil yang sungguh mempunyai sifat yang sangat baik kepada siapapun menunjukkan ia telah sampai pada kelahiran yang keempat. Yang artinya ia juga telah melewati kelahiran yang kedua & ketiga. Namun adakalanya kita menemukan orang yang selama hidupnya hanya satu kali mengalami kelahiran dalam hidup yaitu kelahiran fisik saja bahkan sampai tua pun ia tidak juga mengalami tiga kelahiran berikutnya. Semoga bermanfaat.

والله اعلم.

Muhammad Ridwan

Muhammad Ridwan

Santri di Pondok Kebon Jambu Al-Islamy Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon

Terkait Posts

Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

26 Juni 2025
Menemani Laki-laki dari Nol

Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

25 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID