• Login
  • Register
Sabtu, 4 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Filosofi Baru Sumur, Dapur dan Kasur

Sebagai perempuan tak lagi merasa insecure dan rendah diri, sementara bagi orang lain tidak akan lagi memandang rendah peran dan posisi perempuan, di manapun ia berada, perempuan sangat berharga!  

Mela Rusnika Mela Rusnika
09/10/2020
in Publik, Rekomendasi
0
621
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Tidak asing rasanya ketika kita mendengar kalimat ini, “Sumur-Dapur-Kasur”. Yups, ketiga kata ini merupakan labeling usang yang acap kali melekat dengan kata  perempuan. Sebenarnya tidak masalah jika hanya katanya berdekatan, namun hal yang justru disayangkan ialah ketika kata tersebut melekat dan berarti negatif hingga dipakai untuk merendahkan pula!

Sedangkan misalnya dalam kajian Hinduis, perempuan sebagai Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sangat  dimuliakan oleh Tuhan, akan peranannya dalam membangun peradaban melalui keluarga hingga negara dan peran ini yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Menurut Esa dari Compassionate Action Indonesia dalam opininya  yang tertuang pada akun instagram Jejak Muda Indonesia (@jejakmuda.id) , “Sejak presiden Soekarno menetapkan tanggl 21 April sebagai hari Kartini dalam Keppres RI No 108/1964, sejak saat itu setiap tanggal 21 masyarakat Indonesia memperingati hari itu sebagai simbol dari Emansipasi Perempuan dan reminder Kartini sebagai Pahlawan perempuan yang memperjuangkan pendidikan dan Literasi. Meskipun didaerah tertentu ritual tahunan ini identik dengan karnaval mulai dari anak TK sampai jenjang perguruan tinggi memakai kebaya, konde dan berjalan dari titik tertentu ke titik tertentu. Tak sedikit yang mengkritisi bahwa ritual seperti itu justru meletakan simbol domestik dan tidak membangun gambaran perempuan yang penuh empower. Empower yang seperti apa? yang maskulin? perempuan yang bisa manjat pohon? Atau perempuan yang menjadi anggota Dewan lalu Suaminya menjadi supir pribadinya? Kesetaraan yang dari dulu diperjuangkan sebetulnya setara dalam berpendapat, berfikir dan mengambil keputusan.”

“Tahun ini mungkin berbeda tak seperti tahun lalu kita bisa melihat karnaval Kartinian dan beberapa selebrasi di berbagai penjuru Tanah air karena ada Pandemi Covid-19, Perempuan yang selalu diidentikkan dengan ranah Domestik sesunggunya punya andil dan peran dalam memutus rantai penularan Covid-19. Perempuan yang sudah berkeluarga melindungi keluarganya dan lingkungannya dengan membuat planning untuk membangun perlindungan, paling rajin membaca literatur untuk pemenuhan nutrisi daya tahan tubuh, sebagai time keeper dan polisi untuk lingkungan sekitar dan saling berbagi fakta dan praktik baik. Bahkan sekian banyak relawan dalam rangka berbagi dan saling jaga adalah perempuan, lebih dari 50% populasi didunia ini adalah perempuan. Kami semua adalah ibu, Ibu dari kebenaran yang melahirkan benih-benih keadilan. Kartini sendiri bilang bahwa “Bukan Laki-laki yang hendak kami lawan, melainkan pendapat kolot dan adat yang usang”, imbuhnya.

Spirit perempuan – sekaligus feminis di Indonesia – yang terwadahi dalam peringatan perjuangan Kartini tiap tahunnya untuk membentuk peradaban menjadi semangat  yang terus menyala dalam pahitnya diskriminasi perempuan, dan pada sisi lain optimisme itu  juga menerangi generasi berikutnya.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati
  • Kisah Saat Nabi Khidr As Menemui Pelayan Perempuan
  • Pandangan Abu Syuqqah Tentang Isu Kesetaraan Gender

Baca Juga:

Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw

Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

Kisah Saat Nabi Khidr As Menemui Pelayan Perempuan

Pandangan Abu Syuqqah Tentang Isu Kesetaraan Gender

Tentunya semangat ini menumbuhkan pendewasaan cara berpikir dan berperilaku  bagi siapapun yang masih termakan oleh kolonialnya stigma Sumur-dapur-Kasur, bagi perempuan di  masa yang serba millenilal kini. Mari kita merdekakan terlebih sejak dalam pikiran dan berpikir  yang adil.

Pergeseran makna sumur yang selama ini perempuan hanya dikonotasikan unuk mengurusi jemuran, cucian dan pakaian, bagaimana jika pemaknaan tersebut digeser dengan bahwa perempuan sebagai sumber pembawa kesejukan, menentramkan, dan bikin hati adem ketika dimanapun ia singgah.

Sebagai penyejuk keanggunan yang ia tampilkan melalui tutur dan sentuhannya, perempuan menjadi sumur yang menampung segala keilmuan, pengetahuan dan pengalamannya minimal untuk suami dan anak-anaknya kelak. Sepertinya  kita sepakat dengan pergeseran makna sumur yang kolot itu dengan sajian makna yang lebih menyenangkan dan adil bagi perempuan.

Lalu Dapur yang juga sudah hangus dengan wacana perempuan sebatas memasak, mengurusi cucian piring dan menata lauk di atas meja makan menjadi arti tersendiri, juga sekaligut pelecut sebenarnya bahwa jika pemaknaan tersebut digeser dengan perempuan mampu berdikari secara ekonomi, bebas finansial dan perempuan juga dapat menyangga kebutuhan utama keluarga, sehingga sah-sah saja jika  perempuan menjadi salah satu referensi keluarga ketika meniti karir di masa depannya.

Sedangkan Kasur yang terlanjur luntur karena wacana usang menganggap perempuan hanya sebagai objek pemuas, dilihat dari paras dan lekuk tubuh hingga lajur penyalur hawa nafsu, bagaimana jika pemaknaan tersebut digeser dengan perempuan menjadi tempat pulang, gelas mengadu keluh kesah kerja suami dan permasalahan sekolah serta pertemanan anaknya kelak, menjadi kapuk yang melembutkan, dan kebanggaan keluarga serta orangtuanya.

Lahirnya pemimpin-pemimpin dunia hari ini seperti Hillary Clinton, Zakiyah Darajat, Retno Marsudi, Susi Pudjiastuti, Najwa Shihab, Megawati Soekarno Putri dan masih banyak lagi perempuan panutan lainnya, termasuk dirimu, setidaknya mampu menjadi motivasi konkrit dan terdekat  dengan kita hari ini.

Semoga dengan pergeseran makna persumuran, perdapuran dan perkasuran ini, yang bisa kita maknai dengan nilai filosofis yang adil bagi perempuan, tentu akan menjadikan kita terus berpikir positif. Sebagai perempuan tak lagi merasa insecure dan rendah diri, sementara bagi orang lain tidak akan lagi memandang rendah peran dan posisi perempuan, di manapun ia berada, perempuan sangat berharga! []

Tags: feminismekeadilanKesetaraan GenderperempuanRA Kartini
Mela Rusnika

Mela Rusnika

Bekerja sebagai Media Officer di Peace Generation. Lulusan Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Part time sebagai penulis. Tertarik pada project management, digital marketing, isu keadilan dan kesetaraan gender, women empowerment, dialog lintas iman untuk pemuda, dan perdamaian.

Terkait Posts

Satu Abad NU

Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

3 Februari 2023
Nikah di KUA

Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA

2 Februari 2023
Akhlak Manusia

Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih

1 Februari 2023
Pengelolaan Sampah

Bagaimana Cara Melakukan Pengelolaan Sampah di Pengungsian?

31 Januari 2023
Aborsi Korban Perkosaan

Ulama Bolehkan Aborsi Korban Perkosaan

31 Januari 2023
Pemakaman Muslim Indonesia

5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia dan Kontribusinya dalam Pelestarian Lingkungan Hidup

30 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Satu Abad NU

    Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab Menurut Para Ahli
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

Komentar Terbaru

  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama pada Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I
  • Urgensi Pencegahan Ekstrimisme Budaya Momshaming - Mubadalah pada RAN PE dan Penanggulangan Ekstrimisme di Masa Pandemi
  • Antara Ungkapan Perancis La Femme Fatale dan Mubadalah - Mubadalah pada Dialog Filsafat: Al-Makmun dan Aristoteles
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist