Mubadalah.id- Kekerasan finansial atau financial abuse adalah bentuk kekerasan yang sering kali tidak terlihat secara kasat mata, namun dampaknya dapat menghancurkan hidup seseorang. Kekerasan ini bisa berupa kontrol penuh atas penghasilan, larangan bekerja, hingga eksploitasi aset pribadi.
Dalam hubungan rumah tangga, perempuan seringkali menjadi korban atas financial abuse, walaupun tidak menutup kemungkinan kekerasan ini bisa terjadi pada siapa saja. Memahami bentuk dan dampaknya adalah langkah penting untuk mengenali tanda-tanda awal yang sering tersembunyi.
Rumah Tangga dengan Financial Abuse; Pengalaman dari Perempuan
Ini adalah pengalaman salah seorang kenalan saya, sebutlah namanya Mia.
Dulu, saat suaminya masih bekerja dan memegang kendali penuh atas keuangan keluarga, ia sering meremehkan gaji Mia yang kecil sebagai guru honorer. Suaminya tak pernah menganggap pendapatannya penting, bahkan menolak berbagi informasi soal pengeluaran atau tabungan keluarga.
Namun, semuanya berubah ketika usaha suaminya bangkrut, dan ia jatuh sakit hingga tak mampu bekerja. Beban keuangan tiba-tiba sepenuhnya beralih ke pundak Mia.
Yang lebih mengejutkan adalah diam-diam suaminya mempunyai banyak hutang tanpa Mia tahu peruntukannya. Bahkan, si suami juga mencatut kartu tanda penduduk (KTP) Mia untuk berbagai pinjaman tanpa sepengetahuannya.
Saat Mia mempertanyakan hal ini, suaminya justru marah dan melontarkan kata-kata kasar, bahkan tak segan melakukan kekerasan fisik di depan anak-anak mereka.
Kini, Mia terjebak dalam situasi sulit. Penghasilan bulanannya selalu habis untuk membayar hutang suami yang terus menumpuk. Meski ingin mencari bantuan, Mia merasa takut untuk bercerita, khawatir pandangan masyarakat yang menganggap ini sekadar “urusan rumah tangga.”
Setiap hari, Mia harus berpura-pura kuat di depan anak-anaknya, sambil menanggung rasa putus asa dan kelelahan yang mendalam.
Pentingnya Edukasi tentang Financial Abuse bagi Masyarakat
Financial abuse adalah salah satu bentuk kekerasan yang jarang disadari, namun dampaknya sangat serius bagi korban, baik secara finansial maupun psikologis.
Di tengah kesadaran masyarakat yang semakin tinggi tentang kekerasan fisik dan verbal, financial abuse sering kali terlupakan karena tidak meninggalkan tanda fisik yang nyata. Padahal, bentuk kekerasan ini bisa merusak hidup korban secara menyeluruh, terutama ketika korban kehilangan kendali atas keuangannya sendiri dan menjadi sepenuhnya bergantung pada pelaku.
Dalam hal ini, edukasi mengenai financial abuse sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mencegah, dan menghadapinya.
Ada beberapa jenis financial abuse yang seringkali terjadi di sekitar kita, pertama, kontrol finansial terhadap korban walaupun ia memiliki penghasilan pribadi, kedua, larangan bekerja yang menyebabkan ketergantungan penuh terhadap pelaku .
Ketiga, eksploitasi aset dengan memaksa korban untuk menyerahkan aset pribadi atau mengambil utang atas nama korban tanpa persetujuan. Dan keempat, penggunaan utang secara tidak sah, yakni membebani korban dengan utang yang besar dan tidak bertanggung jawab atas utang tersebut.
Dampak Financial Abuse (Terutama) terhadap Perempuan
Financial abuse berdampak serius, terutama bagi perempuan yang sering menjadi korban dalam kekerasan ini. Hilangnya akses terhadap keuangan membuat perempuan bergantung sepenuhnya pada pelaku, sehingga kehilangan kebebasan dan kendali atas hidup mereka.
Ketergantungan ini meningkatkan kerentanan terhadap bentuk kekerasan lainnya, seperti fisik dan emosional, yang menambah tekanan mental serta menurunkan harga diri.
Financial abuse juga menghambat perempuan dalam mengembangkan karier, karena adanya larangan bekerja bagi perempuan atau ketidakbebasan untuk mengelola penghasilan sendiri.
Hal ini berujung pada kesulitan ekonomi jangka panjang, terutama jika korban terjebak dalam utang atau kehilangan aset. Ketika keluar dari hubungan penuh kekerasan, banyak korban kesulitan untuk mandiri dan membangun kembali stabilitas finansialnya.
Selain itu, dampaknya meluas ke anak-anak dan keluarga, yang mungkin mengalami gangguan kesejahteraan dan trauma akibat lingkungan penuh ketidakadilan finansial.
Sayangnya, banyak korban financial abuse juga kesulitan mencari bantuan karena tidak memiliki sumber daya atau akses dukungan, akibat isolasi pelaku.
Pandangan Islam tentang Financial Abuse
Islam dengan sangat jelas melarang tindakan financial abuse karena bisa merugikan orang lain. Islam mengajarkan bahwa semua manusia memiliki hak untuk memiliki harta dan hak untuk menggunakan hartanya dengan bebas, selama itu dilakukan sesuai dengan ketentuan syariat.
Dalam al-Quran surah an-Nisa’ ayat 32, Allah berfirman:
“…bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan…”.
Ayat ini menegaskan hak setiap individu atas hasil jerih payahnya tanpa adanya pembatasan yang tidak adil dari pihak lain.
Dalam hubungan pernikahan, Islam memberikan hak kepada perempuan untuk memiliki dan mengelola hartanya sendiri.
Al-Qur’an surah an-Nisa’ ayat 4 menyebutkan perintah bagi para suami untuk menyerahkan mahar sebagai hak penuh istri yang tidak boleh dikendalikan atau diambil tanpa kerelaan istri.
Rasulullah SAW juga menekankan tanggung jawab suami dalam mencukupi kebutuhan istri dan keluarganya tanpa melakukan tindakan yang membebani atau menindas.
Hadits riwayat al-Bukhari menyebutkan,
“Cukuplah seorang laki-laki disebut berdosa jika ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggung jawabnya.”
Hadits ini menunjukkan bahwa suami yang tidak menunaikan kewajiban finansialnya atau mengendalikan keuangan istri secara berlebihan akan menanggung dosa di hadapan Allah.
Dengan demikian, Islam menolak segala bentuk financial abuse dan mengajarkan bahwa setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki hak untuk mengelola hartanya.
Islam menggarisbawahi pentingnya keadilan dan kebebasan individu untuk mengatur keuangan sesuai dengan kebutuhannya, tanpa tekanan atau kendali yang tidak adil dari pihak lain.
Langkah untuk Mencegah dan Menghadapi Financial Abuse
Mencegah dan menghadapi financial abuse memerlukan kesadaran akan hak-hak finansial serta pemahaman tentang cara mengelola keuangan dengan bijak.
Sebagai langkah pencegahan, penting untuk membangun literasi finansial (keuangan), sehingga kita bisa memahami hak atas harta kita dan bisa mengenali tanda-tanda awal kontrol finansial yang tidak sehat.
Memiliki akses keuangan sendiri, misalnya dengan membuka rekening atas nama sendiri dan memiliki penghasilan mandiri, akan sangat membantu menjaga kemandirian finansial dalam hubungan.
Selain itu, komunikasi yang terbuka tentang keuangan dalam rumah tangga dapat mengurangi risiko kontrol yang tidak adil dari pasangan atau pihak lain.
Dalam hal ini, kita bisa mendiskusikan tanggung jawab keuangan bersama pasangan dengan prinsip keadilan dan transparansi, sehingga tidak ada pihak yang merasa terbebani.
Jika kita mendapati diri dalam situasi yang mengarah pada financial abuse, kita bisa melakukan langkah-langkah berikut untuk menghadapinya,
Pertama, menjaga kemandirian finansial dengan menyadari akar masalahnya. Kita bisa mencari dukungan emosional dari orang-orang terdekat yang kita percayai, seperti teman atau keluarga, untuk membantu mengevaluasi situasi.
Kedua, kita bisa membangun jaringan dukungan lewat konsultasi konselor maupun lembaga sosial yang menangani kekerasan dalam rumah tangga. Mereka bisa memberikan panduan hukum sehingga kita bisa memahami hak-hak yang kita miliki. Selain itu, kita juga bisa belajar menyusun strategi untuk memastikan keamanan dan kemandirian finansial dalam jangka panjang. []