Mubadalah.id – Pandangan Islam tentang haid sebagaimana dinyatakan oleh al-Qur’an mengandung sebuah pemikiran baru yang berbeda dengan tradisi Yahudi sebelumnya.
Dalam tradisi Yahudi perempuan yang sedang menstruasi dianggap sebagai perempuan kotor yang bisa mendatangkan bencana sehingga harus diasingkan dari masyarakat.
Selama menstruasi ia harus tinggal dalam gubuk khusus (menstrual huts), tidak boleh ia ajak makan bersama, dan bahkan tidak boleh menyentuh makanan. Tatapan mata perempuan yang sedang haid disebut mata Iblis (evil eye) yang harus diwaspadai karena mengandung bencana.
Oleh karna itu perempuan yang sedang haid harus menggunakan tanda tertentu seperti gelang, kalung, giwang, celak mata, cadar, riasan wajah yang khusus dan sebagainya agar segera dapat kita kenali kalau ia sedang haid. Semua itu mereka berlakukan untuk mencegah “si mata Iblis.”
Pandangan teologis yang demikain negatif ini kemudian ditentang oleh al-Qur’an dan dipertegas dalam hadits. Hal ini tampak ketika kita melihat sebab turunnya (asbabun nuzul) ayat haid (QS. Al-Baqarah/2:222).
Riwayat Imam Muslim
Dalam salah satu Hadis dari Imam Muslim bahwa sekelompok sahabat Nabi bertanya kepada Nabi tentang perilaku orang Yahudi yang tidak mau makan bersama dan bergaul dengan istrinya di rumah ketika si istri haid. Maka turunlah ayat ini:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ (البقرة ،222)
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah (darah) haid adalah kotoran, maka menjauhlah kalian dari istri kalian di tempat keluarnya haid. Dan janganlah kalian mendekati mereka sampai mereka suci. Jika mereka telah bersuci maka datangilah (campurilah) mereka sesuai dengan cara yang Allah perintahkan kepada kalian. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan orang-orang yang menyucikan diri.”
Selanjutnya Rasulullah SAW berkata:
“اصنعوا كل شيء إلا النكاح”
Artinya: “Berbuatlah apa saja kecuali berhubungan seks.”
Mendengar ucapan Rasulullah itu kaum Yahudi berkomentar, “laki-laki ini selalu ingin berbeda dengan kita”. Komentar itu terdengar oleh dua orang sahabat Nabi. Sehingga mereka menyampaikan hal itu kepada Nabi sambil mempertanyakan kembali apakah boleh bergaul dengan istri yang sedang haid.
Mendengar kekurangyakinan sahabat itu wajah Nabi sempat berubah sehingga para sahabat mengira beliau marah. Tapi ternyata tidak. Demikianlah Nabi betul-betul serius menolak tradisi kaum Yahudi yang mengisolasi perempuan haid. []