Mubadalah.id – Jika kita menelusuri kitab-kitab fikih klasik, kita tidak akan menemukan pembahasan mengenai hak – hak anak secara langsung.
Pasalnya, karena ada seseorang yang berhasil mengubah dan menjadikan anak bukan menjadi objek kajian fikih Islam. Karena fikih hanya menyasar perbuatan orang-orang dewasa.
Oleh sebab itu, kita tidak menemukan pembahasan mengenai isu tentang hak anak, karena hampir semua pembahasannya hanya merujuk kepada orang-orang dewasa.
Hal tentu sangat berdampak kepada perbuatan-perbuatan para orang tua terhadap anak-anak mereka.
Namun, menurut Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Fikih Hak Anak, ada beberapa isu hukum tentang anak dalam kitab klasik awal, seperti kitab “Tuhfah al-Mawdiid bi Ahkim al-Mawlid” (Maha karya untuk Yang Tercinta tentang Hukum-hukum Anak) karya ulama proliferik Ibn al-Gayyim al-Jauziyah (w. 751 H/1350 M).
Isu-isu tentang hukum-hukum anak ini, kata Kang Faqih, kemudian oleh para penulis kontemporer menyebutnya sebagai hak-hak anak dalam Islam.
Dalam kitab ini, sebagaimana juga kitab-kitab klasik yang lain, isu-isu ini menjadi dasar sebagai kajian hukum terhadap perbuatan-perbuatan orang dewasa.
Terutama dalam relasi mereka dengan anak-anak sejak dalam kandungan, bahkan sejak mencari jodoh dan menikah.
Karena itu, nama pembahasannya adalah ahkim al-mawlid atau hukum-hukum terkait dengan anak yang dilahirkan.
Hukum-hukum ini, kata Kang Faqih, tentu saja menyangkut perbuatan orang dewasa sebagai objek kajian, bukan secara khusus menjadikan hak anak sebagai pembahasannya yang utama. (Rul)