• Login
  • Register
Sabtu, 25 Juni 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Hari Valentine, Perayaan Lupercalia dan Prinsip Kesalingan

Fachrul Misbahudin Fachrul Misbahudin
14/02/2018
in Aktual
0
Ilustrasi: Pixabay

Ilustrasi: Pixabay

58
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

 

Hari Valantine kerap menjadi hari yang ditunggu-tunggu banyak pasangan manusia, baik yang muda atau yang sudah tua sekalipun. Tanggal 14 Februari dianggap menjadi momen yang pas untuk dirayakan dengan orang-orang tercinta, menghabiskan waktu bersama, bertukar hadiah, atau mengirim kartu ucapan bernada ungkapan kasih sayang.

Valentine juga identik dengan pemberian cokelat, bunga, dan boneka. Mengapa cokelat? Karena coklat itu manis dan dipercaya dapat menciptakan suasana lebih romantis, perasaan yang santai, kebersamaan, dan sebagainya.

Selanjutnya bunga. Siapa juga orang yang tidak bahagia jika dikasih bunga. Apalagi dari seseorang yang istimewa. Bunga merupakan salah satu bentuk ungkapan kasih sayang. Jika pasangan kamu sering memberikan bunga, maka itu artinya dia ingin menunjukkan kalau kamu adalah pujaan hatinya.

Dan terakhir adalah boneka. Boneka bisa dikatakan menjadi simbol untuk memberi perhatian. Jadi jika pasanganmu memberi boneka, mungkin dia menganggap bahwa kamu pantas untuk diberikan perhatian lebih.

Baca Juga:

Bagaimana Mengemas Dakwah Islam yang Humanis dan Kontekstual?

Laki-laki Penganguran Bukan Salah Perempuan Bekerja

Pekerjaan Rumah Tangga adalah Tanggung Jawab Bersama

Pentingnya Memahami 3 Bentuk Kekerasan Terhadap Anak

Bicara Valentine juga bicara sejarahnya. Bersumber dari salah satu media online, CNN Indonesia, perayaan Hari Valentine merupakan kelanjutan dari perayaan tahunan Lupercalia yang diadakan setiap 15 Februari. Profesor dari University of Colorado, Noel Lenski, mengatakan perayaan ini diadakan saat zaman Romawi Kuno. Dalam perayaan ini para lelaki telanjang dan mencambuki perempuan dengan menggunakan cambuk yang terbuat dari kulit kambing atau kulit anjing. Hal ini dilakukan dengan harapan bisa meningkatkan kesuburan para perempuan.

Namun, ada juga versi cerita yang mengatakan perayaan Lupercalia dilakukan untuk melindungi masyarakat Romawi Kuno dari serangan serigala. Pada perayaan ini para lelaki mencambuki orang-orang dengan cambuk yang berasal dari kulit hewan. Dan bagi perempuan cara ini dianggap bisa meningkatkan kesuburan mereka. Festival Lupercalia itu pun berlangsung selama 150 tahun.

Sementara itu, cerita lain tentang Hari Valentine datang dari abad ketiga pada masa Kaisar Romawi Claudius II. Saat itu, Claudius II melarang para pemuda untuk menikah. Sebab, menurutnya, menikah dapat membuat mereka tidak produktif lagi dan tidak bisa membuat mereka jadi prajurit yang baik.

Namun, seorang pendeta bernama Valentine kala itu, melanggar peraturan Claudius II. Diam-diam ia menikahkan beberapa pasangan muda. Namun, kisahnya berakhir tragis. Akhirnya ia ditangkap dan dipenjarakan. Bahkan kisah itu mengatakan dia dihukum penggal pada tanggal 14 Februari pada masa tersebut.

Andai cerita di atas benar, betapa perempuan waktu itu diperlakukan tidak dengan seharusnya. Perempuan dianggap lebih rendah dari laki-laki. Perempuan dianggap hanya berfungsi untuk reproduksi saja, hanya bermanfaat di wilayah domestik saja. Dan pemberontakan terhadap tradisi kejam tersebut bisa dikategorikan sebagai upaya untuk menempatkan perempuan pada posisi yang setara.

Perempuan dan laki-laki adalah mitra yang saling melengkapi dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Apalagi di zaman ini, prinsip kesalingan antara keduanya perlu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari karena telah banyak perempuan yang bahkan lebih hebat kiprah publiknya dibandingkan dengan laki-laki.

Lalu bagaimana dengan perayaan Hari Valentine yang berkembang sekarang di Indonesia? Banyak yang mengatakan, merayakan Valentine tidak dilarang. Namun kasih sayang itu sebenarnya bisa dilakukan kapan saja. Akan lebih baik jika kasih sayang itu kita tebarkan setiap hari kepada pasangan, agar keharmonisan akan selalu bisa dirasakan setiap saat.

Ada juga anggapan yang berulang di setiap tahunnya bahwa mengucapkan Hari Valentine itu haram. Alasannya, Valentine produk Barat. Maka orang Indonesia yang mengucapkan selamat Hari Valentine bisa dihukumi haram. Begitu pun dengan produk budaya Barat lainnya seperti mengucapkan selamat Hari Natal, Imlek dan sebagainya.

Padahal, untuk sekadar mengucapkan selamat saja sebenarnya tidak apa-apa alias boleh. Toh, ucapan tersebut tidak akan membawa kita kepada kesesatan apalagi kemurtadaan. Masak hanya sekedar mengucapkan saja bisa mengganggu keimanan kita sih. Jadi untuk para jomblo, kalian tidak usah baper, boleh kok mengucapkan selamat Hari Valentine kepada mantan.[]

Tags: bonekabungacokelatFahrulislamRomawiValentine

Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.

Unsubscribe
Fachrul Misbahudin

Fachrul Misbahudin

Biasa disapa akrab dengan panggilan Arul, lulusan S1 Ekonomi Syariah di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, tukang masak di gunung, tapi lebih banyak diam, mendengarkan dan menulis.

Terkait Posts

tadarus subuh

Tadarus Subuh Ke-24 : Apakah Semua Aktivitas Istri Harus Seizin Suami

18 Juni 2022
Allah mendengar suara perempuan

Moderasi Beragama Menurut Ulama KUPI

2 Juni 2022
Pancasila Sesuai Syariat Islam

Makna Pancasila Menurut Ulama KUPI

2 Juni 2022
Ulama NU Tegaskan Ideologi Pancasila Sudah Final

Ulama NU Tegaskan Ideologi Pancasila Sudah Final

1 Juni 2022
Pancasila Sesuai Syariat Islam

4 Dalil Al-Qur’an Tentang Pancasila Sesuai Syariat Islam

1 Juni 2022
Pancasila Sesuai Syariat Islam

Pancasila Sumber Inspirasi Keadilan Gender

31 Mei 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kehidupan Perempuan

    Kehidupan Perempuan Kini dalam Hegemoni Domestik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sa’i : Perjuangan Meraih Kehidupan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memahami 4 Macam Kekerasan Fisik pada Anak Akibat Kelalaian Orang Tua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Penganguran Bukan Salah Perempuan Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Tips Pencegahan Kekerasan Seksual Perspektif Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 6 Cara Penangan saat Menjadi Korban KDRT
  • Sa’i : Perjuangan Meraih Kehidupan
  • Bagaimana Mengemas Dakwah Islam yang Humanis dan Kontekstual?
  • Memahami 4 Macam Kekerasan Fisik pada Anak Akibat Kelalaian Orang Tua
  • Laki-laki Penganguran Bukan Salah Perempuan Bekerja

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist