• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

Dari semua ini, kita diajarkan bahwa Iduladha bukan hanya soal menyembelih hewan, tetapi juga tentang menyembelih sifat buruk dalam diri kita, seperti kesombongan, dan keegoisan.

Aldi Anugrah Saputra Aldi Anugrah Saputra
07/06/2025
in Publik
0
Iduladha

Iduladha

28
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bagi sebagian orang, Hari Raya Iduladha dikenal sebagai hari penyembelihan hewan kurban seperti sapi, kambing, dan unta, yang kemudian dagingnya dibagikan kepada mereka yang membutuhkan.

Namun, di balik praktik tersebut, Iduladha sebenarnya menyimpan makna yang jauh lebih dalam. Yaitu tentang keikhlasan, ketaatan, dan perjuangan melawan keegoisan diri.

Keikhlasan dan perjuangan melawan keogoisan ini dapat kita lihat dari kisah Nabi Ibrahim dan Siti Hajar yang diperintahkan untuk menyembelih putranya, Ismail. Keduanya harus rela melepaskan hal yang paling mereka cintai demi ketaatan kepada Tuhan.

Apalagi, kehadiran Ismail yang sangat dinanti-nantikan oleh keduanya. Setelah Ismail lahir, justru mereka diminta untuk mengorbankannya. Tentu itu sangat berat, tetapi keduanya tetap taat.

Di sinilah kita belajar bahwa ketaatan kepada Allah harus lebih besar daripada rasa memiliki kita terhadap sesuatu, baik itu harta, jabatan, bahkan keluarga. Karena hakikatnya, semua itu adalah milik Tuhan yang dititipkan kepada kita.

Bukan Dagingnya, Tapi Niatnya

Sementara itu, sering kali, kita memaknai Iduladha hanya sebagai ritual penyembelihan dan pembagian daging kurban. Bahkan kita mungkin berpikir bahwa semakin besar hewan yang kita kurbankan, maka semakin besar pula pahala yang akan kita dapatkan di mata Allah.

Baca Juga:

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam

Namun, pemahaman ini perlu kita luruskan, karena esensi dari ibadah kurban jauh melampaui sekadar daging atau darah hewan yang disembelih. Dalam al-Qur’an, Allah berfirman:

“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu.” (QS. Al-Hajj: 37)

Dari ayat tersebut, jelaslah bahwa yang Allah lihat bukanlah seberapa besar hewan yang kamu sembelih. Melainkan seberapa ikhlas dan taat hati kita dalam menjalankan perintah-Nya. Jadi, kurban itu sebenarnya adalah simbol dari pengorbanan diri dan keikhlasan hati.

Kurban: Ibadah Sosial

Di masa Nabi, daging adalah makanan mewah yang jarang bisa dinikmati orang miskin. Maka, ketika datang waktu kurban, masyarakat miskin bisa ikut merasakan makanan yang biasanya hanya dinikmati orang kaya.

Hal inilah yang mengajarkan kepada kita bahwa Hari Raya Kurban menanamkan juga tentang kepedulian sosial. Yaitu menyamakan rasa, agar semua orang bisa merasakan kebahagiaan yang sama.

Terlebih di zaman sekarang, makna ini bisa kita perluas menjadi aksi nyata untuk mengurangi kesenjangan dan saling tolong-menolong.

Ragam Tradisi di Berbagai Daerah

Di berbagai daerah, Iduladha kami rayakan dengan cara yang beragam. Di Jawa Barat misalnya, masyarakat Sunda memiliki kebiasaan “nyate bareng”  membakar sate bersama sanak keluarga. Begitupun di pesantren saya, Pondok Pesantren Manhajy Luhur Fahmina Cirebon, kegiatan ini kami lakukan bersama para santri.

Kami semua para santri, baik laki-laki dan perempuan diajak oleh pengasuh Abi Marzuki dan Bunda Nurul untuk saling bekerja sama dan berbagi tugas, seperti ada yang belanja, menyiapkan bumbu, memotong daging, menusuk daging, membakar, dan lain-lain.

Bagi saya, hal ini bukan sekadar makan-makan, tetapi wujud dari gotong royong, kebersamaan, dan kesalingan.

Selain itu, di beberapa kampung juga menggelar pengajian atau doa bersama sebelum dan sesudah hari raya. Ada pula tradisi saling membantu dalam proses penyembelihan dan pembagian daging, yang kemudian lanjut dengan memasak dan makan bersama. Semua ini menunjukkan bahwa Iduladha bukan hanya ibadah personal, tetapi juga momen mempererat hubungan sosial dan komunitas.

Dari semua ini, kita diajarkan bahwa Iduladha bukan hanya soal menyembelih hewan, tetapi juga tentang menyembelih sifat buruk dalam diri kita, seperti kesombongan, dan keegoisan. []

Tags: berbagiDaging KurbaniduladhaSekadar
Aldi Anugrah Saputra

Aldi Anugrah Saputra

Saya adalah Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) ISIF Cirebon.

Terkait Posts

Jam Masuk Sekolah

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

7 Juni 2025
Masyarakat Adat

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

7 Juni 2025
Toleransi di Bali

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

7 Juni 2025
Siti Hajar

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

7 Juni 2025
Relasi Kuasa

Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

7 Juni 2025
Pembagian Daging Kurban

3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

6 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Masyarakat Adat

    Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID