• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Iman Saja Tidak Cukup, Lantas Apa?

Suatu saat Nabi Ibrahim meragukan keimanannya. Kemudian ia memohon kepada Allah, agar ia diperlihatkan bagaimana cara Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati

Imam Nakhai Imam Nakhai
06/08/2021
in Hikmah
0
Jenazah

Jenazah

270
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ketika Nabi Ibrahim as ditanya kaum yang mengingkari kerasulannya, apa bukti bahwa Tuhanmu ada, Nabi Ibrahim menjawab, ‘Tuhanku adalah yang menghidupkan dan mematikan, ialah yang menjalankan matahari dari timur ke barat. Jawaban ini, didasarkan pada “keimanan” Nabi Ibrahim as. (Al Baqarah 258)

Suatu saat Nabi Ibrahim meragukan keimanannya. Kemudian ia memohon kepada Allah, agar ia diperlihatkan bagaimana cara Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati. Allah menjawab “Apakah engkau tidak yakin dengan imanmu?” Nabi Ibrahim menjawab, saya sangat beriman, akan tetapi aku bertanya agar hatiku menjadi tentram. Ahirnya Allah pun mengajarkan kepada Nabi Ibrahim bagaimana cara Allah menghidupkan kematian. (Al Baqarah 260)

Kisah yang diabadikan di dalam Al-Qur’an ini menyatakan bahwa iman saja belum lah cukup, iman masih menggelisahkan hati. Dengan pengetahuan dan ilmu, iman menjadi kokoh yang akan melahirkan ketentraman jiwa.

Sebagaimana Nabi Ibrahim, Nabi Musa as juga meminta pembuktian nyata atas keimanannya kepada Allah. “Ya Allah Perlihatkan dirimu kepadaku agar aku bisa mengindramu”, mohon Nabi Musa. Dan Allah pun mengajarkan bagaimana caranya ia melihat-Nya. Setelah Nabi Musa melihatnya (bila kammin wa laa kaifin), ia menyatakan “Maha suci engkau, aku kembali kepadamu, dan akulah yang paling awal beriman”. (Al A’raf 143)

Kisah ini juga menegaskan bahwa Nabi Musa pada mulanya juga meragukan keimanannya. Namun setelah ia mengenali-Nya dengan ilmu, Nabi Musa pun menjadi tentram dan damai hatinya.

Kedua kisah yang diabadikan dalam Al Qur’an ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan sangat penting untuk meneguhkan keimanan. Keimanan yang teguh akan menghadirkan ketentraman dan kedamaian hati. Ketentraman hati akan melahirkan ketentraman dan kedamaian pada lingkungannya.

Baca Juga:

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Inilah mungkin jawaban fenomena yang kita lihat saat ini, dimana banyak orang beriman tetapi tidak membawa ketentraman pada dirinya, alih alih pada lingkungan sekitarnya.

Pentingnya ilmu untuk meneguhkan iman juga dituturkan oleh Imam Al Ghazali, ketika beliau menjelaskan ‘kehebatan lapar sebagai jalan utama menuju makrifat’. Tanpa lapar, menurut Al Ghazali, mustahil seorang menjadi tenang hatinya. Hati yang tidak tenang mustahil mengantarkan pada mengenal diri. Dan hanya orang yang mengenal diri yang bisa mengenali Tuhannya.

Apa argumen bahwa lapar menenangkan hati? Bukankah justru lapar membuat hati kacau? Bukankah lapar yang telah melahirkan kejahatan-kejahatan?

Menjawab kegelisahan itu Al Ghazali menjelaskan secara ilmiah bagaimana lapar justru sebaliknya, mengantarkan pada ketenangan dan kejernihan batin. Di sela-sela argumennya, Al Ghazali menyatakan, mengapa saya menjelaskan secara ilmiah padahal saya sudah mengimaninya? Ya karena agar seorang naik dari derajat imam ke atas derajat ilmu.

Derajat ilmu bagi Imam Al Ghazali , lebih tinggi dari derajat imam. Inilah makna ayat:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“……maka Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman, dan akan mengangkat orang orang yang berilmu beberapa derajat….”.

Wallahu A’lam. []

 

Tags: HikmahimanislamKebijaksanaankehidupankemanusiaanKisah NabiNabi Ibrahim AS
Imam Nakhai

Imam Nakhai

Bekerja di Komnas Perempuan

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version