Mubadalah.id – Pengelolaan sampah masih menjadi perhatian khusus di berbagai tempat baik itu di tempat wisata, pasar, bahkan lembaga pendidikan sekalipun, dikarenakan kurang adanya kesadaran sehingga penimbunan sampah makin menggunung.
Melansir dari Sistem Data Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementrian Lingkungan Hidup dan Lingkungan Hidup (KLHK), bahwa hasil input tahun 2022 dari 202 kabupaten dan kota se-Indonesia menyebut jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21,1 juta ton.
Dari total produksi sampah nasional tersebut, 65,7 % (13,9 juta ton) dapat terkelola, sedangkan sisanya 34,29 % (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik. Melihat data tersebut, menjadi nyata bahwa upaya pengelolaan sampah ini perlu ada kebijakan dan program sampah yang tepat dengan mengedepankan kesadaran bersama serta keterlibatan masyarakat.
Saya kira pengelolaan sampah ini juga amat penting tertanam di pondok. Karena sebagai lembaga pendidikan Islam tentunya bertanggung jawab atas prinsip-prinsip Islam yaitu sebagai khalifah fil ard guna menjaga lingkungan. Dengan adanya worskhop pengelolaan sampah di Pondok Pesantren Kebon Jambu al-Islamy menjadi awal langkah solutif dalam menangani permasalahan di Ponpes.
Worskop ini berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 27-29 Januari, dan diikuti oleh perwakilan 15 pondok pesantren di Cirebon, Kuningan, Majalengka dan Sumedang. Masing-masing mondok mengirim dua orang santri untuk mengikuti workshop tersebut.
Workhsop pengelolaan sampah difasilitasi sepenuhnya oleh panitia dari Pondok Kebon Jambu dan Pesantren EMAS (Ekosistem Madani Atasi Sampah).
Pesantren EMAS merupakan program kolaborasi antara Pemerintah Desa Panggungharjo, Universitas Nahdatul Ulama Yogyakarta (UNU-Jogja), PWNU di Yogyakarta, serta Yayasan Fahmina. Kolaborasi ini menjadi bagian penting dalam menangani permasalahan sampah di tingkat hulu, lalu juga berupaya membangun kesadaran serta tindakan yang berkelanjutan baik di kalangan santri serta masyarakat sekitar.
Observasi Lapangan
Setelah sesi pembukaan dan perkenalan, kami semua diajak untuk melihat secaa langsung bagaimana pengelolaan sampah di pondok Jambu. Kebetulan aku sendiri melakukan observasi di pondok putri.
Baru masuk ke lingkungan asrama, aku sangat kagum melihat lingkungan yang bersih dan rapih. Pemandangan yang jarang aku temui di pondok yang lain. Bahkan lingkungan masjid, kamar mandi, kantin dan komplek-komplek putri bersih tidak ada sampah.
Di sisi lain, di tiap sudut juga terdapat tempat sampah yang sudah diberi nama-nam jenis sampah, seperti organik, botol dan non-organik.
Waktu itu aku sangat penasaran bagaimana cara menjaga lingkungan supaya tetap bersih. Apalagi di Pondok Jambu jumlah santrinya ada seribu delapan ratus santri, pasti enggak mudah.
Mbak Salsa, salah satu panitia kegiatan menjelaskan bahwa setiap hari santri dijadwal untuk melakukan piket kebersihan, tapi bukan hanya itu mereka juga wajib melakukan pemilahan pada sampah. Sehingga ketika hendak membuang sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPS), sampah sudah terpilah dan siap untuk diolah.
Tidak berhenti di situ, ternyata di Pondok Jambu juga santri sudah wajib untuk memiliki tumbler dan tepak makan masing-masing. Sehingga ketika mereka jajan ke warung, mereka tidak lagi menggunakan plastik. Tapi langsung menyimpan jajanannya di tepak makanan dan juga tumbler.
Dari semua yang aku lihat dan amati selama melakukan observasi pengelolaan sampah di Pondok Jambu. Aku meyakini satu hal bahwa sampah itu bisa kita kelola dengan baik jika ada kesadaran dan kerjasama semua orang.
Saat ini kita seringkali merasa bahwa sampah itu bukan masalah bersama, sehingga orang yang peduli pada pengelolaan sampah sangat sedikit.
Strategi Penting
Di sisi lain, setiap pondok aku kira penting banget untuk menerapkan strategi-strategi yang sudah Pesantren Kebon Jambu terapkan. Meski wujud programnya bisa berbeda. Namun esensinya adalah bagaimana supaya para santri mempunyai kesadaran tentang tanggungjawab menjaga lingkungan supaya tetap bersih dan tidak cepat rusak.
Kesadaran ini tentu saja butuh perjuangan yang tidak mudah, perlu menerapakan berbagai cara. Nah karena itu membuat kebijakan tentang wajib memilah sampah sesuai jenisnya, mengurangi penggunaan plastik dengan menggunakan tumbler, tepak makan dan tote bag saat jajan, menerapkan konsekuensi bagi para pelanggar adalah cara-cara yang mungkin bisa diterapkan di pondok-pondok di seluruh Indonesia.
Tentu setiap pondok punya kebijakan dan ciri khasnya masing-masing. Namun aku kira persoalan sampah ini harus jadi perhatian khusus oleh setiap pondok pesantren. Supaya kebersihan adalah sebagian dari iman itu bukan hanya slogan santri saja, tapi jadi akhlak dan kebiasaan sehari-hari. []