• Login
  • Register
Kamis, 2 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Istri Bekerja Bukan Kuli Keluarga

Vevi Alfi Maghfiroh Vevi Alfi Maghfiroh
18/03/2020
in Keluarga
0
33
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Lelaki dan perempuan berhak untuk mengaktualisasi diri dengan berkarir dan bekerja. Hal ini selaras dengan nilai ajaran agama yang menegaskan bahwa baik perempuan maupun laki-laki yang bekerja dan beramal akan mendapatkan kesejahteraan dan kehidupan yang baik. Selama apa yang ia kerjakan tidak bertentangan dengan norma moral dan etika.

Bahkan Al-Qur’an pun menegaskan dalam Surat An-Nahl ayat 97 ‘Barang siapa mengerjakan amal saleh, laki-laki dan perempuan dalam keadaan beriman maka pastilah kami berikan kepada mereka kehidupan yang baik. Kami pasti akan memberikan kepada mereka pahala yang lebih baik dari (hasil) pekerjaan mereka’.

Ayat ini menyiratkan makna bahwa sumber hukum Islam tidak melarang siapapun untuk bekerja dalam bidang dan sektor apapun yang dibutuhkan dalam kehidupan. Baik untuk dirinya sendiri maupun untuk kepentingan sosial.

Namun sayangnya dalam praktik kehidupan nyata, dengan masih melekatnya budaya patriarki dalam kehidupan sosial masyarakat, terkadang perempuan bekerja terutama yang sudah berkeluarga akan mengalami peran ganda. Benturan antara berbagai tugas dalam rumah tangga dan berbagai kepentingan ekonomi dan sosial keagamaan tidak bisa dihindari dalam permasalahan ini.

Peran ganda perempuan karir tersebut bermula dari adanya pembagian peran dan domestikasi peran perempuan yang lahir dari norma dan aturan yang bias gender. Bahkan dengan jelas Undang-Undang Perkawinan di Indonesia masih memetakan hak dan kewajiban suami istri yang menyebabkan peran keduanya seolah-olah kaku dan baku.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA
  • Pandangan Abu Syuqqah Tentang Isu Kesetaraan Gender
  • Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad
  • Kisah Saat Nabi Saw Apresiasi Kepada Para Perempuan Pekerja

Baca Juga:

Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA

Pandangan Abu Syuqqah Tentang Isu Kesetaraan Gender

Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad

Kisah Saat Nabi Saw Apresiasi Kepada Para Perempuan Pekerja

Bahkan dalam beberapa kasus, saya menemukan perempuan bekerja banting tulang, sedangkan suaminya hanya bersantai di rumah dan tidak bertanggung jawab atas anak yang berada dalam asuhannya. Permasalahan ini sering dialami oleh perempuan-perempuan pekerja migran.

Hal ini jelas sekali tidak sejalan dengan perintah dari surat An-Nisa ayat 34, At-Thalaq ayat 7, dan Al-Baqarah ayat 233 yang menjelaskan bahwa tanggung jawab nafkah pada hakikatnya melekat pada sosok suami, karena pada dasarnya seorang istri dibebaskan dari kewajiban bekerja untuk menutupi kebutuhan hidupnya maupun keluarganya.

Bekerjanya istri merupakan bentuk dari kerjasama antar suami istri dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini pun telah dicontohkan oleh kaum perempuan pada masa Nabi Saw, termasuk juga istri beliau. Mereka bekerja sebagai ibu yang menyusui dan memelihara anak orang lain (babby sitter), berdagang, menjadi asisten rumah tangga, dan berbagai profesi lainnya pada saat itu.

Tentu saja ajaran Islam tidak melarang perempuan-perempuan bekerja atas izin suaminya. Namun ajaran Islam juga memberikan peringatan kepada para laki-laki bahwa kewajiban memberikan nafkah tetap berada padanya. Istri bekerja bukan berarti suami terbebas dari kewajiban nafkah.

Nafkah dari suami merupakan hak yang harus didapatkan oleh istri dan anak-anaknya. Harta yang dihasilkan dari pekerjaan istri sepenuhnya adalah milik istri. Jika harta tersebut digunakan untuk menghidupi keluarga maka bernilai sedekah, bukan nafkah. Hal ini dijelaskan dalam Thabaqah Ibnu Sa’ad mengisahkan tentang Rithah, istri Abdullah bin Mas’ud Ra yang bekerja dan menjual hasil pekerjaannya untuk menghidupi keluarganya.

Dalam hal ini, istri bekerja bukan menjadi kuli keluarga, suami tetap harus memberikan nafkah kepadanya. Kecuali jika seorang suami benar-benar tidak bisa menafkahi karena udzur syar’i, maka tak mengapa jika saling bertukar peran, saling menguntungkan, dan saling bekerja sama untuk menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga. []

Vevi Alfi Maghfiroh

Vevi Alfi Maghfiroh

Mahasiswa Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Terkait Posts

Kesehatan Calon Pasangan

Pentingnya Mengetahui Kesehatan Calon Pasangan Sebelum Menikah

31 Januari 2023
Makanan Penambah Darah

Makanan Penambah Darah untuk Ibu Hamil Berdasarkan Kearifan Lokal Indonesia

26 Januari 2023
Toxic Parents

Toxic Parents dan Akibatnya pada Pengasuhan Anak

26 Januari 2023
Mandul itu Bukan Salah Perempuan

Mandul itu Bukan Salah Perempuan Semata

25 Januari 2023
Konsep Makruf

Konsep Makruf sebagai Tips Rahasia Keharmonisan Rumah Tangga

16 Januari 2023
Pemikiran Ibnu 'Asyur

Mengenal Sosok dan Pemikiran Ibnu ‘Asyur Terkait Filsafat Hukum Keluarga Islam

11 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • keluarga

    7 Prinsip Dalam Berkeluarga Ala Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melihat Keterlibatan Perempuan dalam Tradisi Nyadran Perdamaian di Temanggung Jawa Tengah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Saat Nabi Saw Tertawa Karena Mendengar Cerita Kentut dari Salma

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA
  • Pandangan Abu Syuqqah Tentang Isu Kesetaraan Gender
  • Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad
  • Kisah Saat Nabi Saw Apresiasi Kepada Para Perempuan Pekerja
  • Pertemuan Mitologi, Ekologi, dan Phallotechnology dalam Film Troll

Komentar Terbaru

  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama pada Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I
  • Urgensi Pencegahan Ekstrimisme Budaya Momshaming - Mubadalah pada RAN PE dan Penanggulangan Ekstrimisme di Masa Pandemi
  • Antara Ungkapan Perancis La Femme Fatale dan Mubadalah - Mubadalah pada Dialog Filsafat: Al-Makmun dan Aristoteles
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist