• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Jangan Percaya Berita Seksis, Sudah Pasti itu Hoaks

Penyakit nalar seksisme memang potensial menjangkiti laki-laki maupun perempuan, namun, secara faktual, perempuan lebih sering dijadikan objek seksisme

Sobih Adnan Sobih Adnan
30/01/2022
in Publik, Rekomendasi
0
Metaverse

Metaverse

866
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tidak semua kabar yang memunggungi fakta disebut hoaks. Sewaktu dilatih menjadi seorang fact checker, saya dikenalkan oleh First Draft -sebuah organisasi nirlaba yang mendukung jurnalis, akademisi, dan teknolog dalam upaya pemberantasan hoaks di era digital- dengan tujuh jenis kabar palsu yang bisa dibedakan berdasarkan ciri dan pola persebarannya.

Tujuh bentuk disinformasi itu adalah satire atau parodi, misleading content (konten menyesatkan), imposter content (konten tiruan), fabricated content (konten palsu), false connection (koneksi yang salah), false context (konteks keliru), dan manipulated content (konten manipulasi).

Di luar itu, ada pula jenis berita yang rupa-rupanya hasil pencampuran dari keseluruhan atau sebagian dari ciri kabar palsu. Biasanya, berita-berita itu bertumpu pada kesensualitasan judul. Tujuannya untuk memancing para pembaca yang ‘belum’ budiman. Istilah klasik dalam tradisi digitalnya disebut click bait.

Judul-judul itu bisa berbentuk kalimat dengan nilai kehebohan yang melampaui isinya, memanfaatkan kemiripan nama besar seseorang, hingga menerapkan sudut pandang generalisasi tanpa memedulikan lokus dan konteks berita yang sebenarnya.

Namun, ada satu lagi format judul yang tak kalah menjengkelkan. Ialah berita-berita yang dimahkotai dengan kalimat-kalimat seksis, diskriminatif, melecehkan, bahkan seronok. Kemasan berita seperti ini malah kerap melanda pada peristiwa-peristiwa yang berkait paut dengan nasib perempuan, entah itu sebagai subjek maupun objek.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Wartawan “ngeres”

Saya tidak mengerti betul, mengapa judul-judul berita seksis malah makin leluasa menjamur di platform-platform yang notabene terdaftar di Dewan Pers sebagai media pemberitaan arus utama. Padahal, sebagai sebuah media massa, perusahaan tersebut sudah pasti digerakkan oleh para wartawan yang dipagari seabrek kode etik keprofesian nan superwajib ditaati.

Perkara judul berita seksis, misalnya, poin 4 Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dengan tegas menyebutkan bahwa; Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

Nah, sekarang, coba tengok satu judul ini; “Duh, Pose Mengangkang Pebulutangkis Cantik Kanada di Gym Bikin Ngilu.” Menurut saya, selain cabul, betapa ada gap yang luar biasa tidak nyambung antara tema, judul, dan isi berita.

Berita di salah satu media online itu secara keseluruhan bercerita tentang rangkaian turnamen Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) pada 2020 lalu yang mau tidak mau ditunda lantaran pandemi covid-19. Bahkan di setiap laman dari berita yang terdiri dari 4 kartu tersebut secara garis besar hanya melampirkan jadwal-jadwal yang batal dipertandingkan. Sedangkan profil pebulutangkis Australia, Gronya Somerville, sebagaimana dimaksud dalam gambar yang dipajang besar-besar itu, cuma terkait sekali postingan di media sosial.

Ada pula judul seperti ini; “Obok-obok Rumah Janda Cantik, Polisi Sita 13 Paket Sabu.” Alih-alih menancapkan keberpihakan media terhadap kinerja pemberantasan narkoba, eh malah terjebak dalam eksploitasi kalimat yang kata sifat dengan batas yang jelas, serta penggunaan metafora yang tidak sebagaimana benarnya.

Gagasan-gagasan judul berita seksis semacam itu, seakan-akan lebih menjadi bendera dan penanda dari nalar sensualitas dan seksis yang bertumbuh di dalam otak penulisnya. Sebab, sebuah berita memang tidak bisa hanya disasarkan pada sesuai tidaknya fakta, tetapi lebih kerap terkecoh oleh sudut pandang dan wawasan wartawannya. Faktor-faktor itulah yang pada akhirnya menjadikan misi informatif dan edukatif yang diemban jurnalisme malah kian nihil alias zonk.

Jurnalisme seksis

Seksisme ialah sebuah prasangka atau anggapan bahwa salah satu jenis kelamin lebih superior ketimbang yang lain. Penyakit nalar seksisme memang potensial menjangkiti laki-laki maupun perempuan, namun, secara faktual, perempuan lebih sering dijadikan objek seksisme. Hal itu, tak luput pula dalam penulisan pemberitaan dan karya-karya jurnalistik di Indonesia.

Judul berita paling baru, misalnya, “Kades Perempuan di Pinrang Jatuh Pingsan Usai Ditetapkan Sebagai Tersangka Korupsi Dana Desa.” Judul ini bisa ditelisik lebih mendalam mengapa kata “Perempuan” dipaksakan muncul?

Pengaruh nalar seksisme sudah barang tentu menjalar dalam penulisan berita tersebut. Pasalnya, dari 61 tersangka yang terlibat dalam korupsi dana desa pada Semester 1 tahun 2021 versi Indonesia Corruption Watch (ICW), toh didominasi pelaku dengan jenis kelamin laki-laki. Namun, tak satu pun pemberitaan sebelumnya yang menghadirkan judul “Kepala Desa Laki-laki,” “Kades pria”, atau sejenisnya.

Pola pikir penulisan judul itu, tiada lain, terdongkrak dari pemakluman jika perilaku koruptif dilakukan laki-laki, namun, dianggap menjadi permasalahan serius, unik, dan patut mendapatkan penanganan lebih ketika dilakukan oleh tersangka berjenis kelamin perempuan.

Inilah sekelumit dari bahaya jurnalisme seksis jika masih dirawat dan diadopsi oleh para wartawan di Indonesia. Lebih jauh lagi, isu-isu penting yang menentukan maju mundur sebuah bangsa, justru bisa digempur dan dialihkan oleh berita-berita dengan unsur sensualitas dan seksisme belaka. Itu makanya, jangan percaya berita seksis, lantaran sudah pasti hoaks dan menyesatkan. []

Tags: Berita SeksisJurnalismeperempuan
Sobih Adnan

Sobih Adnan

Penikmat bahasa Indonesia, jurnalis di Media Group News (MGN)

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version