• Login
  • Register
Jumat, 6 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Jebakan Lintas Iman Kaleng Khong Guan saat Lebaran

Hari besar berbagai agama harusnya menjadi momentum untuk mempererat rasa persaudaraan dan kebangsaan

Indah Fatmawati Indah Fatmawati
19/04/2024
in Pernak-pernik
0
Lintas Iman

Lintas Iman

1.8k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id –  Idulfitri atau lebaran yang merupakan hari besar Islam ternyata menjadi momentum bekumpulnya keluarga lintas iman. Pasalnya tidak hanya umat muslim saja yang merayakan, namun beberapa keluarga non muslim juga ikut berkunjung ke tempat sanak saudara untuk saling memaafkan.

Idulfitri atau yang terkenal dengan hari lebaran pastinya selalu ramai dengan pernak-pernik jajanan dalam toples yang tersaji. Tidak ketinggalan pula produk unggulan satu ini, kaleng Khong Guan isi rengginang.

Mendengarnya tentu menimbulkan berbagai reaksi. Mulai dari ingatan menggelikan sampai rasa kecewa karena pernah menjadi korban. Siapa yang belum terkena jebakan lintas iman kaleng Kong Ghuan isi rengginang saat idulfitri?

Jika sudah pasti teringat kesal-kesal geli dalam hati. Namun siapa sangka keberadaan kaleng Khong Guan yang penuh jebakan ini menjadi jargon dan guyonan lintas iman.

Lebaran Milik Semua Agama dan Kalangan

Idulfitri menjadi hari raya yang sangat kita nantikan, khususnya bagi umat Islam. Keutamaan hari raya ini menjadikan manusia kembali pada fitrahnya. Hal ini menjadi momentum yang tidak boleh terlewatkan.

Baca Juga:

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Jejak Tokoh Muslim Penyandang Disabilitas

Menilik Masjid Ramah Musafir: Buka 24 Jam!

Tradisi Syawalan di Pekalongan, Meningkatkan Ukhuwah dan Perekonomian Masyarakat

Pada saat hari raya semua umat muslim diperintahkan untuk meminta maaf dan memberi maaf atas segala kesalahan yang telah lalu. Segala dosa terampuni, sehinggga manusia dalam keadaan menjadi suci seperti bayi yang baru lahir.

Keutamaan tersebut yang menjadikan umat muslim berbondong-bondong menjalin silaturahmi dengan tujuan untuk mengakui kesalahan dan meminta pengampunan. Semarak hari raya ini juga membuat masyarakat non muslim ikut saling maaf dan memaafkan. Kunjungan bersilaturahmi dan anjang sana-sini menjadikan batas tak kasat mata antara agama dan budaya yang terjadi di Indonesia saat momentum idulfitri.

Di berbagai negara, idulfitri dirayakan dengan cara yang berbeda dengan subtansi yang sama, yakni untuk merayakan kemenangan setelah sebulan menjalankan puasa. Saling memaafkan dan saling memberikan kebahagiaan dimulai dengan mengeluarkan zakat fitrah sampai memberikan jamuan kepada para tamu dengan tidak membedakan kelas sosial.

Haruskah Meminta Maaf Kepada yang Non Muslim?

Beberapa orang masih saja memperdebatkan masalah ucapan selamat pada perayaan hari besar masing-masing agama. Misalnya saja ketika umat Nasrani merayakan natal terdapat beberapa umat muslim yang berpikiran ekstrim dengan menghukumi haram memberikan ucapan natal.

Padahal jika kita mengingat sosok Riyanto, seorang muslim yang menjadi Banser NU meninggal saat mengamankan gereja dari teror bom saat perayaan natal. Begitu juga sebaliknya, seorang Nasrani ikut membantu merapikan dan menjaga kendaraan yang terparkir saat umat muslim menjalankan salat hari raya.

Hari besar berbagai agama harusnya menjadi momentum untuk mempererat rasa persaudaraan dan kebangsaan sebagai sesama warga negara Indonesia. Wujudnya dengan saling menghormati dan tolong-menolong antara sesama manusia.

Kesalingan ini lah yang menjadi cahaya penerang relasi antar umat beragama. Setiap muslim yang pendek belajarnya harus mulai mendalami dengan berkaca pada teladan Rasulullah dalam bergaul dengan non muslim.

Sebaliknya, umat non muslim yang hanya mengenal islam sekadar dari nama atau perilaku buruknya saja harus diberikan akses terbuka untuk bisa lebih dekat mengenal islam. Hal ini sebagaimana tertulis dalam buku karangan Kiyai Faqihuddin Abdul Kodir, sehingga mengucapkan selamat harusnya tidak menjadi perkara.

Di tempat saya sendiri yang masyoritas muslim juga terdapat satu keluarga Nasrani keturunan Muslim yang tiap kali idulfitri juga ikut merayakan. Keluarga ini juga mempersilahkan masyarakat desa yang muslim untuk datang ke rumah mereka dan menikmati semua hidangan. Tak lupa juga untuk saling maaf dan memaafkan.

Jika kaleng Khong Guan yang bekasnya saja bisa mempersatukan, kenapa masalah ucapan selamat dari lisan yang harusnya mulia seringkali menjadi bibit perpecahan? []

Tags: Hari Raya IdulfitriKaleng Khong Guanlebaranlintas imanmuslimnon muslim
Indah Fatmawati

Indah Fatmawati

Sebagai pembelajar, tertarik dengan isu-isu gender dan Hukum Keluarga Islam

Terkait Posts

Aurat

Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

5 Juni 2025
Batas Aurat

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Fikih Ramah Difabel

Menggali Fikih Ramah Difabel: Warisan Ulama Klasik yang Terlupakan

5 Juni 2025
Batas Aurat Perempuan

Dalil Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Aurat Perempuan

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

4 Juni 2025
Batasan Aurat Perempuan

Batasan Aurat Perempuan dalam Tinjauan Madzhab Fiqh

4 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual

    Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggali Fikih Ramah Difabel: Warisan Ulama Klasik yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mitos Israel di Atas Penderitaan Warga Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tambang Nikel Ancam Kelestarian Alam Raja Ampat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut
  • Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial
  • Tambang Nikel Ancam Kelestarian Alam Raja Ampat
  • Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan
  • Menggali Fikih Ramah Difabel: Warisan Ulama Klasik yang Terlupakan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID