• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Jika Kamu Mencintai, Sisakan Sedikit Ruang untuk Membenci

Ruang untuk membenci dan dibenci bukan semata-mata ruang menunjukkan kejelekan. Melainkan ruang persiapan bahwa, orang yang paling mencintai kita, suatu saat bisa jadi orang yang paling membenci, sebaliknya demikian

Muallifah Muallifah
16/05/2022
in Personal
0
membenci

membenci

531
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Terdengar klise ketika menyebut judul di atas. bagaimana mungkin rasa mencintai kepada seseorang pada saat yang sama harus punya rasa membenci? Namun, persoalan hati memang sangat random untuk kita bahas. Judul di atas beberapa hari lalu dibahas oleh Najwa Shihab bersama abinya, Prof Quraish Shihab pada acara “Shihab & Shihab” yang ditayangkan melalui akun youtube Najwa Shihab. Dalam dawuhnya, Prof Quraish Shihab menafsirkan surat Ad-Dhuha. Beberapa kalimat yang disampaikan, salah satunya:

“Agama mengajarkan, kalau kamu mencintai orang, sisakan sedikit ruang di dalam hatimu untuk dibenci. Sebab bisa jadi yang kamu cintai suatu ketika membencimu, begitu sebaliknya. Allah bisa saja murka, tapi dia tidak pernah membenci.” Ucap Prof. Quraish kepada Najwa Shihab. (Baca: Sudahi Membenci, Mari Terbarkan Cinta dan Kasih Sayang)

Apa yang disampaikan oleh Prof Quraish Shihab sebenarnya mengajarkan kepada kita bahwa, cinta manusia kepada manusia lain tidaklah kekal. Sebab yang paling benar-benar Maha Kasih, Maha Penyayang, hanya Allah semata. (Baca: Doa Agar Mencintai Orang yang Tepat)

Penjelasan di atas juga mengindikasikan dengan adanya banyak sekali kasus kriminalitas yang justru dilakukan oleh pasangan, baik dari pacar, suami bahkan orang tua. Kekerasan terhadap pasangan yang kebanyakan dialami oleh perempuan sebagai korban, baik dari pacaran hingga kekerasan dalam rumah tangga, tidaklah terjadi secara kebetulan. (Baca: Narasi Permakluman terhadap Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT))

Sebab dalam menjalankan relasi, keduanya (red; laki-laki dan perempuan) saling menyayangi satu sama lain pada awalnya. Terjadinya kekerasan seksual, sejalan dengan kalimat yang disampaikan oleh Prof. Quraish di atas bahwa, bisa jadi hari ini kita adalah orang paling dicintai oleh seseorang, tapi esok sebaliknya. Kita justru menjadi orang yang paling dibenci. Maka bukanlah sebuah kenaifan, apabila kasus kekerasan seksual dilakukan oleh orang terdekat. Lagi-lagi! Hati manusia itu berbolak-balik. (Baca: Ketika Manusia Bisa Menyembuhkan Diri dengan Hati)

Baca Juga:

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Konsep Mencintai dan Membenci

Pemahaman tentang cinta, menurut Erich Fromm, seorang tokoh filsuf eksistensialis abad modern, menjelaskan bahwa, cinta merupakan kekuatan aktif dalam diri manusia, kekuatan yang meruntuhkan tembok yang memisahkan manusia dari sesamanya, yang menyatukan dirinya dengan yang lain, cinta membuat dirinya mengatasi perasaan isolasi dan keterpisahan, namun tetap memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri, mempertahankan integritasnya. (Baca: Istri Bekerja Bukan untuk Bantu Suami, Tapi untuk Dirinya Sendiri)

Dalam cinta terdapat paradoks bahwa, dua insan menjadi satu, namun tetap menjadi dua. Pengertian cinta menurut Erich Fromm tersebut memberikan gambaran tentang bagaimana cinta itu bekerja, yaitu menyatukan dua orang namun tetap menjadi dirinya sendiri. Sehingga, dalam hubungan yang terjalin, tidak ada kepemilikan mutlak diantara dua individu yang kemudian menjadi legitimasi untuk memaksakan kehendak maupun melakukan dominasi. (Baca: 5 Kriteria Pasutri Ideal Menurut Ibu Nyai Nur Rofiah)

Keberadaan cinta yang diwujudkan dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan, ketika sama-sama memberikan ruang bagi pasangannya masing-masing untuk tetap hidup dan tumbuh, akan tercipta hidup yang stabil. Sebab keduanya memiliki ruang untuk hidup tidak bergantung satu sama lain, serta tetap melakukan aktifitas yang sudah dilakukan sebelum memutuskan bersama pasangan.

Konsep tersebut menurut penulis, sejalan dengan apa yang sudah disampaikan oleh Prof. Quraish di atas bahwa, dalam memahami cinta, ruang yang sangat sedikit untuk membenci ataupun dibenci harus ada dalam diri seseorang. Keberadaan ruang membenci/dibenci itu menunjukkan kalau manusia adalah makhluk yang lemah, tidak sempurna. Ketika konsep cinta yang dikemukakan oleh Erich From di atas menjadi prinsip bagi kita. Dibenci ataupun membenci orang yang sangat dicintai, tidak perlu kaget berlebihan, atau sedih berlarut-larut hingga kehilangan diri sendiri,

Lagi pula, Di dalam sholat kita juga sering membaca kalimat “ Yâ muqallibal qulûb tsabbit qalbî ‘alâ dînika. Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu”. Permohonan ini juga berarti bahwa, hati manusia ini berbolak balik. Bahkan kepada Sang Pencipta saja, manusia sangat butuh untuk ditetapkan hatinya supaya tidak berpaling. Apalagi jika hanya kepada sesame manusia? Ini yang perlu kita pahami.

Betapa banyak orang yang kemarin menjadi orang yang paling mencintai, sedangkan hari ini menjadi orang yang paling membenci. Ruang untuk membenci dan dibenci bukan semata-mata ruang menunjukkan kejelekan. Melainkan ruang persiapan bahwa, orang yang paling mencintai kita, suatu saat bisa jadi orang yang paling membenci, sebaliknya demikian. Maka dari itu, tidak perlu berlebihan dalam persoalan perasaan. Wallahu a’lam. []

 

Tags: benciCintakehidupanlaki-lakimanusiaperempuan
Muallifah

Muallifah

Penulis asal Sampang, sedang menyelesaikan studi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tinggal di Yogyakarta

Terkait Posts

Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID