• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Keadilan Gender Dimulai dari Fasilitas Toilet

Pengalaman biologis perempuan sudah berat, maka jangan makin ditambah beban dengan perlakuan yang tidak adil terhadap perempuan. Keadilan gender berarti memfasilitasi kebutuhan biologis perempuan agar terhindar dari pengalaman sosial yang mendiskriminasi perempuan.

Wanda Roxanne Wanda Roxanne
26/12/2020
in Kolom, Personal
0
Keadilan Gender

Keadilan Gender

440
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika ada pertanyaan bagaimana cara menerapkan atau melihat keadilan gender di suatu tempat, maka jawabannya dapat dimulai dari toilet. Mari coba kita perhatikan toilet yang ada di sekolah, kampus, mall dan kantor tempat kita kerja. Apakah jumlah dan fasilitasnya sudah adil gender?

Toilet yang memenuhi prinsip keadilan gender memiliki jumlah toilet perempuan yang lebih banyak dari toilet laki-laki. Jika pengguna toilet laki-laki dan perempuan diasumsikan sama, maka perbandingan ideal toilet untuk laki-laki dan perempuan adalah 1:2.

Mengapa demikian? Menurut Science Daily 2017, secara keseluruhan area toilet rata-rata dapat menampung 20-30% lebih banyak untuk pria. Bentuk toilet laki-laki yang terbuka (urinal dan kabin) memudahkan dan mempercepat laki-laki untuk buang air kecil.

Perempuan menghabiskan satu setengah hingga dua kali lebih lama dari laki-laki di toilet karena membutuhkan bilik privat yang memiliki pintu dan itu membutuhkan waktu untuk membuka dan menutupnya. Juga butuh waktu untuk membersihkan closet, membuka pakaian dan memakainya kembali.  Rata-rata laki-laki membutuhkan 1 menit di toilet sedangkan wanita 1 menit 30 detik, dalam keadaan normal.

Selain itu, perempuan juga mengalami pengalaman biologis yang khas, yaitu mensturasi, hamil, melahirkan, nifas dan menyusui. Sedangkan laki-laki tidak. Karena pengalaman biologis tersebut, perempuan membutuhkan waktu yang lebih lama di toilet dari pada laki-laki. Perempuan yang buang air kecil saat menstruasi membutuhkan waktu lebih lama di toilet dari biasanya.

Baca Juga:

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Vasektomi Sebagai Solusi Kemiskinan, Benarkah Demikian?

Ketika jumlah toilet tidak sebanding dengan kebutuhan biologis perempuan, maka perempuan akan lebih panjang mengantri di toilet. Padahal dalam keadaan normal saja perempuan membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding laki-laki, apalagi sedang menjalani pengalaman biologis seperti menstruasi.

Belum lagi bilik toilet yang biasanya sempit, tidak memiliki tempat untuk meletakkan tas dan barang lain, serta mempersulit pergerakan saat mengganti pembalut. Di sebagian tempat seperti sekolah dan mall, masih ada toilet yang rusak dan tidak diperbaiki. Juga aliran air bersih yang kadang menyusahkan untuk membersihkan vagina dan untuk cuci tangan.

Saya jadi mengingat bagaimana bentuk dan jumlah toilet saat saya SD hingga kuliah. Saat SD, hanya ada 1 toilet bersih yang jadi favorit semua perempuan. Karena toilet yang lain bau atau rusak, menyebabkan antrean lebih panjang lagi.Tidak ada alasan untuk berlama-lama di toilet sekolah yang bau, kecuali memang bosan dengan pelajaran.

Saya sebal ketika ada laki-laki yang mengatakan bahwa perempuan selalu lama di toilet, tapi tidak paham mengapa perempuan lama di toilet. Perempuan yang mensturasi dan nifas harus mengganti pembalutnya secara teratur dan juga membersihkannya.

Jika menggunakan pembalut sekali pakai, tampon atau pembalut kain, maka harus dibersihkan dan dibungkus. Lalu mengganti dengan yang baru. Jika menggunakan menstrual cup maka harus dibuang darahnya, dibersihkan dan dipakai kembali. Hal ini akan membutuhkan kesabaran dan usaha yang besar jika toilet sempit dan tidak memiliki gantungan barang.

Jika hamil maka butuh lebih berhati-hati dan perlahan dalam bergerak. Jika membawa bayi dan harus menyusui maka butuh waktu lebih lama lagi di ruang menyusui untuk menyusui dan mengganti popok. Di ruang menyusui kadnag juga disediakan toilet. Jika sendiri, maka sang anak juga akan dibawa ke toilet. Tentu semua ini membutuhkan waktu lebih banyak.

Dalam perspektif keadilan gender, kita memiliki cara pandang yang melihat identitas, peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan itu dibentuk secara sosial. Jika dalam ruang publik dan ruang privat kebutuhan biologis perempuan tidak diperhitungkan, maka hal ini dapat menyebabkan perempuan kesulitan menjalankan fungsi biologis dan sosial.

Kesulitan dalam mengakses kebutuhan khas perempuan dapat membawa perempuan pada diskriminasi. Bahkan perempuan dapat mengalami pengalaman sosial karena fungsi biologisnya. Dalam Ngaji Keadilan Gender Islam, Dr. Nur Rofiah menjelaskan bahwa perempuan mengalami pengalaman sosial berupa marjinalisasi (peminggiran), subordinasi (dipandang tidak penting), stigmatisasi (dicap buruk), kekerasan dan beban ganda.

Bagi perempuan yang hamil dan tetap bekerja atau Ibu yang membawa bayi dan harus kuliah, maka beban ganda tidak bisa ditolak. Pengabaian pada kebutuhan biologis perempuan dapat memposisikan perempuan dalam subordinasi. Pemahaman bahwa perempuan itu lambat dan lama di toilet sebenarnya dapat menstigmatisasi perempuan.

Keadilan gender pada perempuan di ruang publik dapat dilakukan bersama-sama dengan memahami bahwa kebutuhan biologis perempuan itu khas. Tidak perlu ditambahi cap buruk bahwa perempuan lama di toilet karena lambat atau bergosip. Mulai saja dengan memberikan toilet perempuan yang nyaman, fasilitas memadai dan jumlah yang proporsional.

Pengalaman biologis perempuan sudah berat, maka jangan makin ditambah beban dengan perlakuan yang tidak adil terhadap perempuan. Keadilan gender berarti memfasilitasi kebutuhan biologis perempuan agar terhindar dari pengalaman sosial yang justru semakin mendiskriminasi perempuan. []

 

Tags: keadilan genderKebersihankesehatan reproduksiKesetaraanperempuan
Wanda Roxanne

Wanda Roxanne

Wanda Roxanne Ratu Pricillia adalah alumni Psikologi Universitas Airlangga dan alumni Kajian Gender Universitas Indonesia. Tertarik pada kajian gender, psikologi dan kesehatan mental. Merupakan inisiator kelas pengembangan diri @puzzlediri dan platform isu-isu gender @ceritakubi, serta bergabung dengan komunitas Puan Menulis.

Terkait Posts

Catcalling

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

21 Mei 2025
Berpikir Positif

Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat

21 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl
  • Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan
  • Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl
  • Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version