• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Kesadaran atas Ciptaan Tuhan yang Berbeda-beda

Yuyun Nailufar Yuyun Nailufar
03/09/2020
in Buku, Pernak-pernik, Sastra
0
235
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Identitas Buku
Judul Buku: Laki-laki yang tak Berhenti Menangis
Penulis: Rusdi Mathari
Tahun Terbit: 2019
Penerbit: Buku Mojok
Jumlah Halaman: xiii + 115 halaman
Dimensi: 13 x 19 cm
ISBN: 978-602-1318-80-5

Judul buku yang ditulis Cak Rusdi ini menarik perhatianku “Laki-laki yang tak Berhenti Menangis”. Buku yang merupakan kumpulan kisah islami ini sangat ampuh dalam menyejukkan hati. Terutama tulisan berjudul “Kambing” yang selaras dengan judul buku ini. Tulisan berjudul kambing itu mampu membuka mata dan hati para pembaca tentang realita yang terjadi saat ini.

Mengusung judul “Kambing”, Cak Rusdi menceritakan kisah seorang Nabi Nuh A.S, Nabi yang terkenal dengan kisah kapalnya yang mampu mengevakuasi beberapa makhluk hidup saat banjir bandang melanda bumi. Akan tetapi, Cak Rusdi bercerita lain dari seorang Nabi Nuh A.S, Nabi yang mendapat julukan manusia yang selalu memohon ampun dan manusia yang selalu bersyukur hingga mendapat julukan laki-laki yang tak berhenti menangis.

Singkat cerita, Nabi Nuh bertemu kambing aneh yang memiliki fisik tidak normal layaknya kambing pada umumnya. Nabi Nuh pun langsung tertawa melihat kambing itu. Lalu, kambing itu bersuara layaknya manusia dan berkata bahwa Nabi Nuh lupa tentang pencipta dirinya dan Nabi Nuh adalah sama, yaitu Tuhan. Nabi Nuh langsung terdiam, wajahnya pucat, dan tubuhnya gemetar. Lalu dia bersujud dan meminta ampun sambil menangis.

Penggalan kisah Nabi Nuh tersebut mengingatkan kondisi di jaman sekarang. Maraknya body shaming dan standard kecantikan perempuan seolah-olah lupa bahwa manusia memiliki nilai lebih dari hanya sekedar fisik, yaitu akal dan pikiran. Tanpa akal dan pikiran manusia tidak mampu membawa peradaban dunia yang semakin maju. Body shaming juga mengantarkan manusia lupa bahwa yang menciptakan mereka sesungguhnya sama, yaitu Tuhan Sang Maha Pencipta.

Baca Juga:

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

Kisah lain yang ditulis Cak Rusdi adalah berjudul “Agama, Aladin, dan Rasis”. Ketiga tulisan itu juga mampu dijadikan refleksi dengan permasalahan yang terjadi saat ini. Pada tulisan yang berjudul “Agama”, Cak Rusdi menceritakan pengalamannya sebagai orang Muhammadiyah yang belajar ngaji pada Kyai NU, pengalaman gotong royong dengan saudaranya yang berasal dari NU dalam menjaga keluarga Cak Rusdi, ketika ada momentum pelengseran Gus Dur, hingga mengakibatkan rumah-rumah warga Muhammadiyah dibakar.

Cak Rusdi juga mengutip,”kebencian, dendam, dan fanatisme memang bisa muncul dari kelompok mana saja tanpa alasan apapun.” Seperti yang terjadi saat pilgub DKI 2017 dan pilpres 2019, banyak terjadi polarisasi agama hingga terpecahnya masyarakat yang menimbulkan ujaran kebencian bahkan kekerasan.

Tulisan berjudul “Aladin”, ternyata memberikan fakta bahwa Aladin adalah orang yang berasal dari Cina, bukan Timur Tengah. Tulisan ini seperti sedang menyindir sekelompok orang yang anti Cina. Dan tulisan yang berjudul rasis adalah kisah rasis warna kulit yang terjadi pada jaman Nabi Muhammad SAW.

Penggalan-penggalan kisah Islam dan Nabi- Nabi yang ditulis Cak Rusdi ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami seperti membaca dongeng, jadi buku ini bisa menjadi opsi bacaan di kala senggang. Kisah-kisah yang ditulisnya seperti menjadi cambukan diri agar memperlakukan manusia sebagaimana mestinya. Kadangkala sulit menerima perbedaan, masih melihat orang dari segi fisik, fanatik atau merasa benar dengan golongan yang dimiliki sehingga lupa bahwa tanda-tanda kebesaran Allah SWT adalah karena adanya perbedaan-perbedaan di muka bumi ini. []

Yuyun Nailufar

Yuyun Nailufar

Puan Menulis

Terkait Posts

Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Boys Don’t Cry

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

2 Juli 2025
Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID