• Login
  • Register
Selasa, 24 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Kisah Poligami di Film Bismillah Kunikahi Suamimu

Kesabaran dan kesetiaan adalah nilai yang universal. Ia baik dan berpahala siapapun yang melakukannya, baik laki-laki maupun perempuan

Ahmad Ali Ahmad Ali
30/09/2024
in Film
0
Film Bismillah Kunikahi Suamimu

Film Bismillah Kunikahi Suamimu

938
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Isu poligami begitu dekat dengan masyarakat Indonesia. Mari sejenak kita melihat cerita cinta dalam film pendek Bismillah Kunikahi Suamimu. Film berdurasi 110 menit ini pemerannya adalah Mikha Tambayong, Rizky Nazar, dan Syifa Hadju.

Walau dari judulnya kontroversi, isi film ini meninggalkan pesan yang mendalam tentang arti pengorbanan dan keikhlasan. Tidak ada satu perempuan pun yang menginginkan untuk menjadi perempuan kedua. Semua pasti memimpikan menjadi perempuan utama dan satu-satunya yang dicintai oleh lelaki yang kita cintai.

Untuk mengulas kisah poligami di Film Bismilah Kunikahi Suamiku, saya menuliskan kembali catatan dari buku “Qiraah Mubadalah”, karya Dr. Faqihuddin Abdul Kodir. Yakni tentang narasi poligami. Pertama, jika kesabaran adalah perilaku yang baik dan mulia. Selain itu para pelakunya akan Allah SWT cintai, maka tidak saja perempuan yang dituntut bersabar dari suami yang ingin atau sudah poligami.

Kesabaran dan Kesetiaan

Dari point ini seharusnya suami atau laki-laki juga ada tuntutan bersabar dan tidak memilih poligami agar menjadi orang yang mulia dan Allah SWT cintai. Begitu pun jika kesetiaan adalah sesuatu yang baik dalam Islam. Maka tidak hanya perempuan yang mendapat tuntutan setia dan melayani suami. Tetapi juga laki-laki kita tuntut hal yang sama untuk setia serta melayani istrinya.

Kesabaran dan kesetiaan adalah nilai yang universal. Ia baik dan berpahala siapapun yang melakukannya. Baik kaki-laki maupun perempuan. Keduanya dituntut hal yang sama terkait kesabaran dan kesetiaan pada pasangannya.

Baca Juga:

Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan

Pearl Eclipse: Potret Keberanian Perempuan Dalam Bela Negara

Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

Budaya Gosip dan Stigma atas Perempuan dalam Film Cocote Tonggo (2025)

Kedua, bahwa perempuan memiliki hak sepenuhnya untuk menolak poligami dengan basis menjauhkan diri dari kerusakan dan mudharat (dar’u al mafasid), yang akan menimpa diri maupun keluarganya. Baik yang bersifat fisik, psikis, ekonomi maupun sosial.

Ketiga, bahwa perempuan mempunyai pilihan hak cerai jika suaminya memaksa poligami. Tidak seperti narasi selama ini. Di mana perempuan harus bersabar dan menganggap cerai dari poligami sebagai sesuatu yang tidak baik dan tidak dianjurkan.

Bahkan bercerai karena poligami anggapannya melanggar tuntunan sebagai istri salihah yang surga janjikan kelak di akhirat. Semua narasi ini (melarang cerai akibat poligami) sama sekali tidak tersebutkan dalam al-Qur’an.

Lima belas abad yang lalu, justru al-Qur’an menganggap poligami sebagai problem rumah tangga. Di mana hal ini merupakan bagian dari nusyuz suami kepada istri, maka ini bisa kita sikapi istri dengan perceraian.

Tafsir Poligami Menurut Nasr Hamid Abu Zayd dan Muhammad Shahrur

وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَىٰ فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَلَّا تَعُولُوا

Artinya; “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain yang kamu senangi:dua,tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebihl dekat kepada tidak berbuat aniaya”.(Qs. an-Nisa’; 3).

Dalam perkawinan, Muhammad Syahrur dan Nasr Hamid menyimpulkan bahwa al-Qur’an melarang laki-laki untuk menikahi lebih dari satu istri jika mereka tidak dapat mewujudkan asas keadilan pada sang istri maupun anak-anaknya.

Namun, Muhammad Syahrur dan Nasr Hamid Abul Zayd mengingatkan bahwa pada waktu yang sama al-Qur’an juga mendorong laki-laki yang memiliki harta untuk mengawini janda yang memiliki anak yang masih belia.

Bagi Muhammad Shahrur poligami adalah suatu hal yang mubah dengan syarat yang tidak mudah bagi para suami. Adapun syarat-syarat yang Shahrur tetapkan adalah bahwa pertama, Istri kedua, ketiga dan keempat, merupakan seorang janda yang memiliki anak yatim dalam keadaan masih kecil, dan telah ditinggal mati oleh ayahnya.[]

Tags: Film IndonesiaMonogamipoligamiQira'ah MubadalahReview Film
Ahmad Ali

Ahmad Ali

Terkait Posts

Film Animasi

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

22 Juni 2025
Film Azzamine

Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan

20 Juni 2025
Tastefully Yours

Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur

19 Juni 2025
Bela Negara

Pearl Eclipse: Potret Keberanian Perempuan Dalam Bela Negara

14 Juni 2025
Resident Playbook

Resident Playbook dan Pentingnya Perspektif Empati dalam Dunia Obgyn

4 Juni 2025
Film Cocote Tonggo

Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

31 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hakikat Berkeluarga

    Membedah Hakikat Berkeluarga Ala Kyai Mahsun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spiritual Awakening : Kisah Maia dan Maya untuk Bangkit dari Keterpurukan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Korban KBGO Butuh Dipulihkan Bukan Diintimidasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Salim dan Debat Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Stigma Tubuh Perempuan sebagai Sumber Fitnah
  • Membedah Hakikat Berkeluarga Ala Kyai Mahsun
  • Menyoal Tubuh Perempuan sebagai Fitnah dalam Pemikiran Fikih
  • Korban KBGO Butuh Dipulihkan Bukan Diintimidasi
  • Seksualitas Perempuan dalam Fikih: Antara Penghormatan dan Subordinasi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID