Mubadalah.id – Pada saat lamaran Nabi Muhammad Saw dengan Sayyidah Khadijah, Abu Thalib menyampaikan kata-kata lamaran itu, paman Khadijah menyambut dengan ucapan terbata-bata.
Ia menjawab dengan singkat dan mengulang-ulang. Ia adalah seorang pendeta. Khadijah kemudian menyela dengan mengatakan: (Baca juga: Kisah saat Pernikahan Nabi Muhammad Saw dan Sayyidah Khadijah)
“Pamanku, meskipun engkau lebih utama dariku untuk menyampaikan kesaksian ini. Tetapi engkau tidak lebih utama dariku untuk kepentingan diriku sendiri.
“Muhammad, aku menikahkan diriku denganmu. Maskawinnya dariku sendiri. Suruhlah pamanmu untuk menyembelih unta lalu walimah tasyakuran, dan masuklah kepada keluargamu.”
Abu Thalib mengatakan, “Saudara-saudara sekalian, saksikanlah. Ia (Khadijah) telah menerima pinangan/lamaran Muhammad, dan ia yang memberikan mahar/maskawinnya dari hartanya sendiri.”
“Sebagian orang Quraisy yang hadir dan menyaksikan acara ini mengatakan, “Wah, ini aneh sekali, mahar/maskawin, kok, dari perempuan, dari hartanya sendiri.”
Mendengar ucapan orang tersebut, Abu Thalib tidak suka mendengar kritikan itu. Lalu, ia mengatakan,
“Jika mereka seperti keponakanku ini, laki-laki meminta mahar tinggi. Jika seperti kalian, niscaya kalian tidak akan menikahkannya kecuali dengan maskawin yang tinggi, mahal.”
Sesudah itu, Abu Thalib kemudian menyembelih unta untuk walimah. Dan, Rasulullah Saw., masuk kamar bersama istrinya Khadijah.
Dalam sebuah riwayat, menyebutkan bahwa salah satu maskawinnya ialah 20 unta betina dan empat puluh ekor kambing. []