• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Kisah saat Nabi Muhammad Saw Menghormati Jenazah Non-Muslim

Mereka berdua kemudian menjawab, Ya, sesungguhnya Nabi Muhammad Saw juga berdiri menghormati jenazah yang lewat (di hadapan beliau). Lalu, Nabi mengatakan: Itu jenazah Yahudi (apakah kita harus menghormatinya)? Nabi Muhammad Saw. menjawab mereka: Ya, bukankah ia juga manusia?”

Redaksi Redaksi
21/12/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Jenazah Muslim

Jenazah Muslim

2.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Hampir semua umat Islam pasti mengenal ajaran tentang pentingnya menghormati jenazah Muslim. Dalam suatu hadits shahih, disebutkan bahwa kewajiban umat Islam yang masih hidup adalah memandikan jenazah Muslim, mengafani, menshalati, dan menguburnya secara layak (Di antaranya ada dalam Sahih Bukhari, no. hadits: 1338).

Ajaran dan teladan nabi ini telah dikenal luas dan diamalkan semua umat Islam.

Namun, banyak di antara kita yang tidak mendengar bahwa Nabi Muhammad Saw. juga menjadi teladan dalam menghormati jenazah non-Muslim.

Padahal, hampir semua kitab hadits meriwayatkan hal ini. Anehnya, banyak di antara kita yang sangsi dengan hal ini. Tidak sedikit juga yang melakukan sebaliknya membenci, menghina, dan merendahkan jenazah non-Muslim. Juga, melarang umat Islam menghormati jenazah mereka.

Teks hadits tentang penghormatan Nabi Muhammad Saw. terhadap jenazah non-Muslim dapat ditemukan di berbagai kitab hadits utama, termasuk Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dua kitab utama umat Islam Sunni dalam hadits.

Baca Juga:

Asma’ binti Abu Bakar Ra : Perempuan Tangguh di Balik Kesuksesan Hijrah Nabi Muhammad SAW

Saat Menyelesaikan Masalah dengan Sang Istri, Nabi Muhammad Saw Memilih Negosiasi

Belajar Toleransi dari Kisah Khalifah Manshur dan Georgeus Buktisyu

Luka di Balik Panggung: Kisah Tragis Para Pemain Sirkus OCI Jadi Korban Eksploitasi

Kamus digital Al-Maknaz al-Islami mencatat teks hadits ini terekam dalam kitab Sunan Abu Dawud, Sunan an-Nasa’i, dan Musnad Ahmad. Dalam kitab Shahih al-Bukhari, dan juga kitab yang lain, bahkan ada ungkapan dalam redaksi perintah:

Dari Jabir bin Abdullah Ra., berkata: Suatu saat, ada jenazah yang ditandu melewati kami. Lalu, Nabi Muhammad Saw. berdiri menghormati jenazah tersebut.

Dikatakan di hadapan nabi, “Wahai Rasulullah, itu jenazah Yahudi. Namun, Rasulullah Saw. menjawab, Apabila engkau melihat ada jenazah (siapa pun) maka berdirilah (untuk menghormatinya).” (HR. Bukhari, hadits nomor 1323).

Shahih al-Bukhari juga mencatat kisah dua orang sahabat yang meneladani ajaran Nabi Muhammad Saw. ini, yaitu Qais bin Sadi Ra. dan Sahl bin Hunaif Ra.

Saat Jenazah Lewat Mereka Berdiri

Pada saat ada tandu jenazah yang lewat di hadapan mereka, keduanya langsung berdiri sebagai penghormatan atasnya. Sama, orang-orang sekitar saat itu juga mempertanyakan.

“Mereka bukan orang Islam”, kata beberapa orang kepada kedua sahabat tersebut.

Seperti dicatat dalam riwayat Shahih al-Bukhari, kedua sahabat kemudian menjawab kegalauan mereka, “Ya, suatu saat, Nabi Muhammad Saw. juga berdiri menghormati jenazah yang lewat.

Lalu, ditanyakan, Itu jenazah Yahudi (apakah kita harus menghormatinya)” Nabi Muhammad Saw. menjawab mereka, Ya, bukankah ia juga manusia?” Berikut ini adalah teks lengkapnya:

“Amr bin Murrah bercerita kepada kami: Aku mendengar langsung dari Abdurrahman bin Abu Laila, yang berkata: Ada dua orang sahabat, bernama Sahl bin Hunaif dan Qais bin Sa’d, sedang duduk di Qadisiyah.

Lalu, ada orang-orang lewat membawa jenazah. Mereka berdua berdiri (menghormati jenazah tersebut). Nabi mengatakan pada mereka berdua, Itu jenazah pribumi alias ahlidz dzimmah (non-Muslim).

Mereka berdua kemudian menjawab, Ya, sesungguhnya Nabi Muhammad Saw juga berdiri menghormati jenazah yang lewat (di hadapan beliau). Lalu, Nabi mengatakan: Itu jenazah Yahudi (apakah kita harus menghormatinya)? Nabi Muhammad Saw. menjawab mereka: Ya, bukankah ia juga manusia?” (HR. Bukhari, hadits nomor 1324).

Teks Hadits

Dua redaksi teks hadits yang shahih ini sudah cukup bagi umat Islam untuk meneladani akhlak baik Baginda Nabi Muhammad Saw. dalam menghormati jenazah non-Muslim.

Hal yang terungkap secara literal dalam teks adalah menghormati dengan cara berdiri ketika lewat di hadapan kita. Namun, secara substansi, ini adalah teladan agar kita ikut memberi penghormatan kepada jenazah non-Muslim dan ikut menyampaikan ungkapan belasungkawa pada keluarganya yang ia tinggalkan.

Ungkapan belasungkawa, secara literal, bisa kita ambil dari inspirasi pernyataan Nabi Muhammad Saw. bahwa “kematian itu menyedihkan.”

Pernyataan ini juga, seperti dalam riwayat Sunan Abu Dawud (hadits nomor 3176) dan Sunan an-Nasa’i (hadits nomor 1933), ia ungkapkan dalam konteks penghormatan pada jenazah non-Muslim.

Sebagai tambahan, dalam redaksi Sunan an-Nasa’i tersebut dan Musnad Ahmad (hadits nomor 15040), yang lewat tersebut adalah jenazah seorang perempuan.

Cara Menghormati Jenazah Non-Muslim

Bagaimana cara kita menghormati jenazah non-Muslim, mungkin berbeda, begitu pun cara mengungkapkan ucapan belasungkawa kepada keluarganya.

Namun, secara prinsip, akhlak mubadalah antara Muslim dan non-Muslim adalah saling menghormati satu sama lain, saling ikut berbahagia atas kebahagiaan yang lain, dan ikut berbelasungkawa atas kesedihan yang lain.

Teknik dan cara dari penghormatan dan belasungkawa ini bisa berbeda dari satu tempat ke tempat lain dan dari budaya satu ke budaya yang lain.

Satu hal yang harus kita jaga adalah kita tidak masuk dalam wilayah akidah dan ibadah mereka, dan mereka juga tidak perlu kita masukkan dalam wilayah akidah dan ibadah yang khas kita.

Sisanya, dalam wilayah sosial dan kemanusiaan, kita harus saling menghormati, saling menolong, dan saling mendukung.

Demikianlah akhlak Nabi Muhammad Saw. yang seharusnya menjadi inspirasi kita dalam berelasi sesama warga bangsa, sekalipun berbeda agama. Atas semua teladan akhlak baik ini, mari kita selalu bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw.*

*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Relasi Mubdalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama.

Tags: jenazahkisahmenghormatiNabi Muhammad SAWnon muslim
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Boys Don’t Cry

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

2 Juli 2025
Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID