• Login
  • Register
Senin, 16 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Laki-laki Boleh Bercerita

Bercerita kepada orang yang tepat, atau melalui saluran yang tepat, tidak akan membuat laki-laki lemah dan hina.

Khabibur Khabibur
13/01/2025
in Personal
0
Laki-laki Boleh Bercerita

Laki-laki Boleh Bercerita

688
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Budaya patriarki tidak hanya bisa berdampak buruk bagi perempuan, tapi juga bisa sangat merusak pada laki-laki. Di antara ekses budaya patriarki yang berdampak begitu besar pada laki-laki adalah keharusan bagi laki-laki untuk terus tegar dan perkasa. Pantang bagi seorang laki-laki bersikap lembut, mengedepankan perasaan, dan ekspresif. Apapun keadaanya laki-laki harus selalu menghadapinya dengan gagah berani sendirian.

Terbaru, ada semacam propaganda di media sosial yang berbunyi “Laki-laki Tidak Bercerita”. Propaganda tersebut mengehendaki laki-laki menyimpan sendiri badainya. Jika seorang laki-laki tengah menghadapi masalah, maka dia harus menghadapi dan menyimpan masalah tersebut sendirian. Berkeluh kesah, atau sekadar menceritakan masalah tersebut kepada orang lain akan membuat laki-laki merasa lemah, dianggap aneh dan lemah. Apa Dampaknya?

Beberapa penelitian mengkonfirmasi bahwa laki-laki berpotensi 1,5 kali lebih besar terkena stroke di usia muda dibandingkan dengan perempuan. Di luar kebiasaan buruk laki-laki seperti merokok dan mengkonsumsi minuman keras, alasan mengapa laki-laki berpotensi lebih besar terkena stroke adalah laki-laki lebih mudah stress. Laki-laki tidak “memiliki” banyak pilihan mengurai stress yang mereka alami.

Fakta lainnya yang juga perlu orang ketahui adalah hampir 90% penghuni lembaga pemasyarakatan adalah laki-laki. Dalam banyak kasus, laki-laki lebih mungkin menyalurkan tekanan emosional dan mental yang mereka alami ke perilaku destruktif, seperti konsumsi alkohol, kekerasan, atau terlibat dalam tindakan kriminal.

Kondisi sosial yang menuntut maskulinitas untuk tampil kuat dan tidak menunjukkan kerentanan seringkali membuat mereka kesulitan mencari cara yang sehat untuk mengatasi stres. Hal ini diperparah oleh kurangnya dukungan emosional dan keterbatasan dalam akses terhadap mekanisme coping yang efektif.

Akibatnya, ketidakmampuan untuk mengelola stres dengan baik mendorong beberapa pria untuk terlibat dalam kegiatan ilegal, yang akhirnya membawa mereka ke lembaga pemasyarakatan.

Baca Juga:

Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

Merariq Kodek: Ketika Pernikahan Anak Jadi Viral dan Dinormalisasi

Menjembatani Agama dan Budaya: Refleksi dari Novel Entrok Karya Oky Madasari

Dr Nahla Shabry: Qawwamun bukan Pemimpin yang Mendominasi Perempuan

Mengapa Bercerita?

Hidup adalah rangkaian satu masalah ke masalah yang lain. Ketika menghadapi sebuah masalah, kita tentu saja tidak punya pilihan lain selain menghadapinya. Meski begitu, kita tidak harus menghadapi masalah tersebut sendirian. Kita memiliki pilihan untuk mencari dukungan dari orang-orang di sekitar. Cara termudah yang bisa kita akses untuk mengurai beban atau masalah yang tengah kita hadapi adalah bercerita.

Bercerita kepada orang tepat akan menjadi katarsis emosi. Beberapa penelitian telah mengkonfirmasi bahwa mengungkapkan emosi secara verbal dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis. emosi. Bercerita dapat membantu mengurangi ketegangan dan mengurai beban mental.

Bagi orang yang merasa kurang nyaman bercerita kepada orang lain, terdapat pilihan lain dalam bercerita. Yakni lewat tulisan. Menuliskan permasalahan akan membuat kita lebih jernih mengenali masalah tersebut, yang pada akhirnya bisa merencanakan solusi yang tepat untuk masalah tersebut.

Bercerita sebuah masalah lewat tulisan bahkan bisa membuat seseorang produktif. Betapa banyak karya luar biasa yang bermula dari seseorang yang membagikan masalah tersebut lewat tulisan, baik tulisan populer maupun ilmiah.

Sebagai penutup tulisan ini, saya akan mengatakan bahwa laki-laki boleh bercerita ketika menghadapi sebuah permasalahan. Bercerita kepada orang yang tepat, atau melalui saluran yang tepat, tidak akan membuat laki-laki lemah dan hina. Sebaliknya, kita mungkin akan mendapatkan perspektif baru, dukungan sosial, atau setidak-tidaknya adalah beban emosional kita berkurang. []

 

 

 

Tags: BudayaLaki-laki Boleh Bercerita. Stigmamaskulinitaspatriarki
Khabibur

Khabibur

Khabibur Rohman, Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Terkait Posts

Kesalehan Perempuan

Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras

16 Juni 2025
Pesantren Disabilitas

Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

16 Juni 2025
Catcalling

Mari Berani Bersuara Melawan Catcalling di Ruang Publik

15 Juni 2025
Jadi Perempuan

Katanya, Jadi Perempuan Tidak Perlu Repot?

14 Juni 2025
Perempuan Berolahraga

Membaca Fenomena Perempuan Berolahraga

13 Juni 2025
Humor

Humor yang Tak Lagi Layak Ditertawakan: Refleksi atas Martabat dan Ruang

13 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sejarah Perempuan

    Penulisan Ulang Sejarah Indonesia: Peminggiran Sejarah Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ibunda Hajar dan Sarah dalam Dialog Feminis Antar Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tragedi Perkosaan Massal Mei 1998 itu Nyata !!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Teladan Nabi dalam Rumah Tangga: Menolak Kekerasan, Memanusiakan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melihat lebih Dekat Tradisi Sasi: Kearifan Lokal yang Melestarikan Laut Raja Ampat
  • Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras
  • Tragedi Perkosaan Massal Mei 1998 itu Nyata !!!
  • Kisah Ibunda Hajar dan Sarah dalam Dialog Feminis Antar Agama
  • Teladan Nabi dalam Rumah Tangga: Menolak Kekerasan, Memanusiakan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID