• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Lima Alasan Perlu Berbaik Hati pada Ibu Nifas

Kelima hal ini menjadi bukti bahwa siapapun yang berada di sekitar ibu nifas sebaiknya bersikap untuk lebih berbaik hati dengan tidak menjadi mom and baby shamer. Karena sebelum hal tersebut membuat sedih hatinya, ibu nifas telah mengalami masa yang tidak mudah dalam proses pemulihan pasca persalinan. So be kind please, because they have their own battle.

Karimah Iffia Rahman Karimah Iffia Rahman
21/01/2021
in Keluarga, Kolom
0
Ibu Nifas

Ibu Nifas

167
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadah.id – Lima alasan perlu berbaik hati pada ibu nifas menjadi hasil dari petuah Bu Nyai Nur Rofiah yang terngiang-ngiang di kepala saya setelah beberapa kali mengikuti pemaparan beliau di berbagai kesempatan. Menurut beliau, suatu perspektif dapat membawa kemaslahatan dan kebijakan secara adil apabila hal tersebut mempertimbangkan pengalaman biologis perempuan sehingga bisa membantu meminimalisir rasa sakit yang diderita oleh perempuan ketika mengalami siklus biologis dalam kehidupannya.

Ada 5 pengalaman biologis perempuan yang tidak akan pernah bisa dirasakan oleh laki-laki yaitu haid atau menstruasi, hamil, melahirkan, nifas (post partum), dan menyusui. Sebagai seorang perempuan yang pernah menjadi ibu nifas, saya merasa memiliki andil untuk membagikan pengalaman ini agar semakin berkurang perempuan yang mengalami trauma di masa nifasnya. Karena sering kali masa nifas luput diperhatikan oleh ibu hamil termasuk saya kala itu.

Saya cukup fokus dengan masa kehamilan dan persiapan persalinan, tetapi tidak mempersiapkan masa nifas atau masa post partum seoptimal masa kehamilan dan persalinan. Hal ini lah yang kemudian membuat saya berfikir ulang jika harus kembali hamil di waktu yang berdekatan kala itu.

Apalagi sebelum masa bersalin tiba, perempuan-perempuan yang lebih berpengalaman tidak menceritakan masa nifas yang mereka alami dan hanya fokus memberikan pesan-pesan untuk persiapan persalinan agar perineum tidak sobek atau melahirkan dengan minim trauma. Berikut adalah 5 alasan mengapa harus berbaik hati pada ibu nifas:

Pertama, proses recovery dan pengecilan rahim. Setiap ibu yang baru melahirkan pasti mengalami masa pengecilan rahim setelah proses persalinan. Sayangnya hal ini tidak berlangsung cepat dan bahkan rasa sakit kontraksi rahim berbeda untuk setiap perempuan, bisa tidak terasa atau bahkan lebih sakit daripada ketika perempuan mengalami dismenore saat menstruasi. Biasanya rasa sakit ini muncul di awal-awal post partum dan berangsur-angsur berkurang di kemudian hari.

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

Tidak hanya pengecilan rahim, ibu nifas juga melalui masa pemulihan setelah bersalin. Ada yang harus menahan sakit karena ketika bersalin harus rela episiotomi perineum. Ada juga harus lebih berhati-hati agar jahitan dari proses caesar tidak mengalami hal-hal yang tidak diinginkan selama proses pemulihan berlangsung. Alih-alih bertanya lahiran normal atau caesar lebih baik cukup mendoakan agar buah hatinya tumbuh menjadi anak yang qurrota a’yun.

Kedua, menjalani peran baru. Setelah sang buah hati terlahir di dunia, tentu ibu nifas harus menjalani peran baru sebagai seorang ibu. Meski ada kelas persiapannya, tetapi tentu masa praktik menerapkan ilmunya dimulai sejak hari pertama sang buah hati terlahir di dunia. Pastinya bukanlah hal yang mudah dan memiliki ujian yang berbeda. Termasuk harus merelakan mata berkantung karena merawat newborn butuh waktu tidak hanya di pagi hari tetapi juga harus begadang di malam hari.

Ketiga, belajar menyusui. Masa nifas tentu erat kaitannya dengan masa menyusui. Bahkan proses yang dialami setiap perempuan berbeda-beda. Ada yang belum keluar sama sekali air susunya di hari pertama anak lahir sehingga harus menguatkan hati ketika kenyataan tak sesuai dengan harapannya untuk memberikan ASI eksklusif. Ada yang mengalami lecet puting hingga mastitis. Ada pula yang mengalami ASI selalu rembes sehingga harus berganti baju setiap kali karena tidak mempersiapkan peralatan menyusui dengan lengkap.

Keempat, hormon yang flukluatif. Sudah kelelahan, kurang beristirahat, hormon estrogen dan progesteron pun turun drastis sehingga memicu terjadinya perubahan suasana hati dan kondisi emosional yang dinamis, seperti tiba-tiba merasa ingin menangis di saat kebahagiaan tengah melingkupinya.

Selain menangis tentu ada juga perasaan cemas karena mendapatkan banyak komentar yang tidak membangun di awal-awal masa menjadi orang tua. Rasa cemas ini dapat menurunkan hormon oksitosin padahal hormon tersebut dibutuhkan agar produksi ASI berlimpah.

Kelima, masa nifas yang tidak sebentar. Telah kita ketahui bersama bahwa masa nifas maksimal berlangsung selama 60 hari. Hal ini wajar terjadi pada ibu hamil karena darah nifas adalah proses pembuangan lapisan rahim dan darah setelah persalinan.

Darah nifas sendiri memiliki warna yang berbeda mulai dari warna merah terang, coklat, kuning, hingga bening. Tetapi selain darah nifas, ada ciri khas saat nifas berlangsung yaitu aroma tubuh yang berbeda pada ibu nifas. Oleh sebab itu, alih-alih berkomentar tentang aroma tubuh ibu nifas, lebih baik membantu menyediakan nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu nifas agar proses pasca bersalin dapat terlalui dengan mudah.

Kelima hal ini menjadi bukti bahwa siapapun yang berada di sekitar ibu nifas sebaiknya bersikap untuk lebih berbaik hati dengan tidak bertanya dijahit berapa jahitan, kok tidak pakai bengkung, kok tidak minum jamu, kok anaknya nangis terus, kok ASI nya seret, kok anaknya hitam dan sejenisnya. Karena sebelum hal tersebut membuat sedih hatinya, ibu nifas telah mengalami masa yang tidak mudah dalam proses pemulihan pasca persalinan. So be kind please, because they have their own battle. []

Tags: IbuIbu NifasKehamilankeluargaperempuanPersalinan
Karimah Iffia Rahman

Karimah Iffia Rahman

Alumni Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan Kebijakan Publik SGPP Indonesia. Karya pertamanya yang dibukukan ada pada antologi Menyongsong Society 5.0 dan telah menulis lebih dari 5 buku antologi. Founder Ibuku Content Creator (ICC) dan menulis di Iffiarahman.com. Terbuka untuk menerima kerja sama dan korespondensi melalui [email protected].

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version