• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Makna Mubadalah dari Hadis Perempuan Penduduk Terbanyak di Neraka

Jika ini menjadi prinsip, maka teks Hadis “perempuan penghuni neraka” tersebut harus ditafsirkan secara korelatif, dan pada saat yang sama harus berperspektif mubadalah. Korelatif artinya mengaitkan masuk neraka dengan sebabnya, yaitu tidak bersyukur, seperti yang tertulis di dalam teks itu sendiri

Redaksi Redaksi
13/04/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Perempuan Penduduk Terbanyak di Neraka

Perempuan Penduduk Terbanyak di Neraka

606
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika merujuk perspektif mubadalah tentang Hadis perempuan penduduk terbanyak di neraka, maka yang harus kita maknai dari hadis tersebut adalah bukan sedang berbicara tentang jenis kelamin, tetapi tentang perilaku seseorang yang membuatnya masuk neraka.

Perempuan tidak akan masuk neraka, karena ia berjenis kelamin perempuan, melainkan karena amal perbuatan. Laki-laki juga sama saja.

Jika ini menjadi prinsip, maka teks Hadis “perempuan penghuni neraka” tersebut harus ditafsirkan secara korelatif, dan pada saat yang sama harus berperspektif mubadalah.

Korelatif artinya mengaitkan masuk neraka dengan sebabnya, yaitu tidak bersyukur, seperti yang tertulis di dalam teks itu sendiri.

Pemaknaan ini serupa dengan tafsir ulama mengenai “bukan kemiskinan yang membuat seseorang masuk surga.” Sekalipun ada teks Hadis yang menyatakan “penduduk surga terbanyak adalah orang-orang miskin”.

Baca Juga:

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Begitu juga bukan “kekayaan yang mengantar seseorang masuk neraka.” Meskipun secara tersurat teks berbunyi “penghuni neraka terbanyak adalah orang-orang kaya.” Hal ini seperti tertulis di dalam hadis:

Dari Imran bin Husain, dari Nabi Saw., bersabda: “Aku diperlihatkan pada surga, dan aku lihat kebanyakan penduduknya adalah orang-orang miskin. Dan aku diperlihatkan pada neraka, aku lihat kebanyakan penduduknya adalah perempuan. (Shahih al-Bukhari, no. 2277).

Dari Abdullah bin Amrin berkata, Rasullah Saw. bersabda: “Aku diperlihatkan pada surga, dan aku lihat kebanyakan penduduknya adalah orang-orang miskin. Aku juga diperlihatkan pada neraka, dan aku lihat kebanyakan penduduknya adalah orang kaya dan perempuan”. (Musnad Ahmad, no. 6721).

Makna Harfiah

Secara harfiah, orang miskin kita sebut sebagai penduduk surga, sementara orang kaya dan perempuan sebagai penduduk neraka.

Makna harfiah ini sama sekali tidak untuk menyudutkan perempuan. Para ulama tidak memandang hanya karena kemiskinan seseorang bisa masuk surga. Namun, sifat-sifat yang menjadi kebiasaannya.

Orang miskin akan mudah menerima, bersabar, tenggang rasa, ramah, baik, dan bersedia melepas hartanya untuk kebaikan orang lain. Amal perbuatan inilah yang membawa seseorang masuk surga.

Begitu pun sebaliknya, bukan kekayaan seseorang yang membuatnya menjadi penghuni neraka, melainkan sifat-sifat kebiasaannya, seperti serakah, sombong, dan menghalalkan segala cara.

Sifat-sifat ini bisa terjadi sebaliknya, orang kaya yang bersabar, tenggang rasa, ramah, baik, dan ikhlas melepas harta miliknya untuk kebaikan orang lain, bisa masuk surga.

Begitu pun orang miskin bisa menjadi serakah, tamak, dan menghalalkan segala cara. Sifat-sifat dan amal perbuatan seperti inilah yang menjadi faktor seseorang menjadi penduduk surga atau neraka.

Amal Perbuatan

Hal yang sama juga berlaku pada pernyataan “perempuan sebagai penghuni neraka.” Seperti yang telah ditegaskan pada teks Hadis yang lain, yang sudah disebutkan di atas (Shahih al-Bukhari, no. 305).

Bahwa pernyataan tersebut terkait dengan perilaku sering melaknat dan tidak berterima kasih kepada pasangan yang membuat perempuan masuk neraka. Sifat dan amal perbuatan ini yang seharusnya menjadi pokok persoalan, bukan jenis kelamin.

Persoalan tidak berterima kasih kepada pasangan, sebagaimana isu kaya dan miskin, juga bisa terjadi kepada selain perempuan.

Sehingga laki-laki yang tidak berterima kasih kepada istrinya, juga akan menjadi penghuni neraka. Pemaknaan inilah yang kita sebut sebagai tafsir mubadalah.

Pokok persoalan dari teks-teks di atas sesungguhnya bukan kemiskinan, kekayaan, dan jenis kelamin yang menjadi faktor penilaian, melainkan sifat dan amal perbuatan.

Dengan demikian, ungkapan yang lebih netral dan memiliki pespektif mubadalah dari pernyataan dalam teks Hadis dari Abu Said al-Khudriy r.a. yang pertama adalah pernyataan dengan kalimat berikut ini:

“Bahwa siapa pun yang suka melaknat dan tidak bersyukur terhadap pasangannya (suami kepada istrinya dan istri kepada suaminya), maka ia akan mudah masuk neraka.”*

*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Perempuan (Bukan) Sumber Fitnah.

Tags: maknaMubadalahnerakaPendudukperempuanTerbanyak
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Boys Don’t Cry

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rumah Tak

    Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID