• Login
  • Register
Jumat, 16 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Memaknai Rajab Sebagai Bulan untuk Membangun Kebiasaan

Dengan persiapan yang matang, Ramadan dapat kita jalani dengan penuh keberkahan dan menjadi waktu untuk memperbanyak amal saleh

M. Daviq Nuruzzuhal M. Daviq Nuruzzuhal
18/01/2025
in Hikmah, Rekomendasi
0
Memaknai Rajab

Memaknai Rajab

852
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pernah ga kita bertanya-tanya kenapa sih di bulan Rajab itu banyak sekali anjuran untuk membaca doa, dzikir dan istighfar? Hampir semua postingan tentang bulan Rajab di media sosial berisi soal anjuran amalan kebaikan. Lalu kenapa sih dalam doa yang sangat terkenal Allahumma barik lana fi rajaba wa sya’bana wa balighna ramadhana itu redaksinya mulai dari bulan rajab, kenapa tidak bulan sebelumnya atau setelahnya?

Pertanyaan semacam ini dapat kita jawab yaitu dengan beragam pemahaman. Salah satunya adalah bahwa Rajab adalah sebuah titik awal persiapan menuju Ramadan serta bulan pertama untuk menanam kebaikan yang akan kita panen di bulan suci nantinya.

Berikut adalah doa yang masyhur di kalangan umat muslim :

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ

Artinya:
Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan

Baca Juga:

Lailatul Qadar, sebagai Momentum Muhasabah Diri

Spiritualitas Perempuan dan Pencarian Lailatul Qadar: Perspektif Mubadalah

Kebahagiaan Bagi Orang yang Berpuasa

Kasus Perusakan Warung Makan: Bulan Suci itu Toleransi, Bukan Menghakimi

Doa tersebut mengandung harapan agar Allah memberkahi bulan Rajab dan Sya’ban serta memberi kesempatan bertemu dengan Ramadan. Meskipun riwayat doa ini dianggap lemah (dhaif), para ulama tetap memperbolehkannya sebagai bentuk amalan yang baik selama tidak diyakini sebagai sesuatu yang wajib.

Rajab Adalah Bulan untuk Membangun Kebiasaan

Rajab sering kita anggap sebagai bulan persiapan awal sebelum Ramadan. Dalam konteks ini, ulama sering mengibaratkan bulan Rajab sebagai bulan untuk “menanam”. Melansir dari laman NU Online, dalam sebuah nasihat, Imam Abu Bakar Al-Warraq Al-Balkhi berkata:

“Rajab adalah bulan untuk menanam, Sya’ban adalah bulan untuk menyiram tanaman, dan Ramadan adalah bulan untuk memanen hasilnya.”

Ibarat seorang petani, di bulan Rajab banyak anjuran untuk mulai menanam benih kebaikan seperti memperbanyak zikir, istighfar, sedekah, dan ibadah lainnya. Menanam berarti memulai kebiasaan baik yang nantinya akan berbuah manis di bulan Ramadan.

Seterti halnya petani, semakin banyak tumbuhan yang kita tanam, semakin banyak pula buah yang kita untung saat musim jual tiba. Begitu pun pahala, semakin kita tanam kebaikan, akan banyak pula pahala yang akan kita panen saat musimnya tiba yaitu Ramadan.

Ramadan Sebagai Ajang Memanen Buah.

Ramadan memiliki segudang keutamaan yang sangat para hamba nantikan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap pahala dari Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Karena pahala di bulan Ramadan naik berkali-kali lipat, tentunya harus kita manfaatkan sebaik baiknya. kebiasaan yang kita bangun di bulan Rajab akan membantu kita menjalani Ramadan dengan lebih ringan dan penuh makna. Ramadan adalah waktu untuk memanen banyak pahala dengan kebiasaan yang sudah terbangun.

Yang sering kita salah pahami adalah pada saat Ramadan kita baru memulai kebiasaan baik. Padahal aslinya tidak demikian, kebiasaan baik telah Rasulullah anjurkan untuk kita siapkan sejak bulan Rajab sedikit demi sedikit. Sehingga saat Ramadan kita tinggal menjalani saja.

Dalam Islam, amal yang dikerjakan secara konsisten lebih Allah cintai daripada yang tidak, meskipun kecil. Rasulullah SAW bersabda:

Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (HR. Muslim no. 783)

Dari hadis tersebut dapat kita pahami bahwa amalan yang bersifat kontinu itu lebih Allah cintai daripada yang tidak. Jadi, upaya untuk melakukan kebiasaan sedikit-demi sedikit dari Rajab lebih baik daripada segelondong ibadah yang kita lakukan saat Ramadan saja. Maka dari itu adalah sebuah keputusan yang bijak bila kita mulai menanam benih dari sekarang.

Menyambut Ramadan itu Perlu Persiapan

Menyambut Ramadan tanpa persiapan ibarat memasuki medan perang tanpa senjata. Dalam Islam, persiapan untuk Ramadan tidak hanya berupa fisik, seperti menjaga kesehatan, tetapi juga spiritual. Rasulullah SAW sendiri menunjukkan contoh dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana diriwayatkan dalam hadis:

Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,

لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ  صلى الله عليه وسلم  يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Syaban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Syaban seluruhnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Dari hadis tersebut dapat kita pahami bahwa Rajab dan Sya’ban menjadi bulan persiapan yang saling melengkapi. Rajab adalah waktu untuk memulai kebiasaan baik, dan Sya’ban adalah waktu untuk menjaga serta menyempurnakan. Dengan memulai membiasakan berpuasa pada bulan Sya’ban maka pada saat Ramadan puasa tidaklah sulit bagi kita.

Dengan persiapan yang matang, Ramadan dapat kita jalani dengan penuh keberkahan dan menjadi waktu untuk memperbanyak amal saleh. Jangan biarkan Ramadan berlalu tanpa persiapan, karena bulan ini adalah kesempatan emas yang hanya datang sekali setahun. Bulan Rajab sudah hampir selesai, lantas adakah alasan lagi untuk kita untuk tidak mulai menanam kebaikan? []

 

Tags: Bulan Haramkebiasaan baikmenanam pahalaRajabramadanSya'ban
M. Daviq Nuruzzuhal

M. Daviq Nuruzzuhal

Mahasiswa jurusan ilmu falak UIN Walisongo Semarang yang menekuni Islamic Studies dan isu kesetaraan. Allumni MA NU TBS dan Ponpes Raudlatul Muta'allimin Jagalan 62 Kudus

Terkait Posts

Poligami dalam

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

16 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Suami

5 Kewajiban Suami untuk Istri yang sedang Menyusui

15 Mei 2025
Ketika Perempuan

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

15 Mei 2025
Qiyas Perempuan Menjadi Pemimpin

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

15 Mei 2025
Perempuan Fitnah

Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nakba Day

    Nakba Day; Kiamat di Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami
  • Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!
  • Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban
  • 5 Kewajiban Suami untuk Istri yang sedang Menyusui

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version