Mubadalah.id – Momentum Hari Raya adalah Hari yang paling ditunggu-tunggu setiap umat beragama, termasuk umat Islam. Satu hari lagi umat Islam merayakan Hari Raya Idulfitri. Hari Lebaran memang menjadi hari istimewa karena paling tidak manusia bisa melupakan sejenak kepenatan hidup dengan persoalannya yang begitu rumit. Merayakannya dengan penuh rasa haru, karena ini adalah momen di mana dapat berkumpul kembali bersama keluarga, sanak saudara juga kerabat.
Kali ini Nea dan ibunya mulai sibuk mempersiapkan keperluan lebaran. Dapur adalah tempat paling khusus bagi kaum perempuan. Aroma asap yang begitu khas seakan mengingatkan betapa pentingya isi perut dan isi kepala. Karena keduanya jika tak terisi sama-sama membuat sakit.
Kemeriahan Lebaran mulai terasa di rumah-rumah setiap keluarga, ada anak-anak yang menyalakan kembang api. Ada yang memutar gema takbiran. Lalu, ada yang sibuk mengecat rumah, juga ada yang sibuk di dapur masing-masing. Lebaran seakan memberi kesan pulang ke dapur Ibu. Padahal hari-hari biasanya juga tetap sering ke dapur, tapi kali ini jelas suasananya berbeda dengan hari biasanya.
Pisau Dapur Ibu
Selepas salat magrib Nea langsung menuju dapur untuk membantu ibunya
“Ibu terlalu mencintai pisau dapur ini.” sapa Nea sambil memegang sebuah pisau tua yang terlihat kusam termakan usia.
“Pisau bagi perempuan adalah lambang keuletan,” sahut ibu
“Ya, karena sering kita gunakan” jawab Nea
“Bukan karena sering kita gunakan, tapi karena tergantung pemakainya. Pisau memiliki peran yang mendukung sekaligus mencelakakan, karena pemakainya harus mampu mengendalikan dalam menggunakannya. Jika terlalu tajam akan melukai, jika tumpul tak dapat kita berdayakan.” Jawab ibu sambil mengaduk masakan sayurnya
“Oh.. terlihat sederhana tapi memiliki dua sisi yang berlawanan” Tukas Nea
“Iya, sesuai fungsinya. Jika kamu menggunakannya dengan baik, akan menghasilkan kebaikan pula. Lihat ini ibu menggunakan pisau untuk memotong daging ayam, maka yang kamu dapatkan adalah opor ayam yang lezat, juga berbagai masakan untuk besok dan sehari-hari biasanya. Karena bagian dari proses saat ibu menggunakan pisau ini dengan baik. Tapi jika ibu menggunakannya untuk keburukan, jelas yang ibu dapatkan juga bukanlah sebuah kebaikan. Kita harus hati-hati dalam menggunakannya.”
Makna Sebilah Pisau Dapur
“Ada ketangguhan dong dalam sebilah pisau dapur.” sahut Nea
“Betul begitu. Ada banyak makna yang terkandung dalam pisau dapur. Pisau itu seperti bakat nak, ia harus terus kita asah agar bisa maksimal kita gunakan. Seperti Nea setiap Hari Raya membuat nasi lemang, rendang , opor ayam, ketupat juga Es buah. Kalau bukan karena terbiasa mana mungkin menghasilkan makanan seenak ini.” Ucap ibu seraya menggoda Nea, sambil mengedipkan matanya
“Ya ya ya.. pantas saja kawan-kawan Nea setiap Lebaran suka betah datang ke rumah. Karena ada menu makanan yang kita hasilkan dari kesabaran pisau dapur, dan senyum ibu.” Jawab Nea sambil memeluk ibunya.
Islam memberi ruang kepada kaum perempuan untuk beraktivitas di ruang publik maupun domestik. Tugas domestik yang terbebankan kepada perempuan justru membuat perempuan semakin kuat, tangguh dan berdaya.
Saat Hari Raya tiba, Kaum Perempuanlah yang paling sibuk mengurusi keperluan rumah, berbenah, bersih-bersih, mengganti horden, dan membuat kue untuk persiapan Lebaran. Rumah seakan memiliki jiwa karena perempuan ada di dalamnya. Meski tak memungkiri jika dalam beberapa kesempatan ada pelibatan laki-laki juga. Kaum perempuan terlalu sibuk mencintai pisau dapur, bagi yang gemar memasak. Yakni untuk membuat aneka makanan dan minuman untuk menjamu tamu-tamu yang mampir ke rumah sekedar silaturahmi.
Sepanjang hari itu, kita melihat api bekerja sekaligus mencium aroma kegigihan kaum perempuan, dan siapapun yang teranugerahi bakat serta minta memasak. Ada ketegaran dalam kelembutan kaum perempuan. Di tangan perempuan kenikmatan Hari Raya terasa lengkap dan Menggembirakan.
“Selamat berlebaran, untuk kita yang mencintai pisau dapur tapi tidak harus menjadikannya prioritas.” []