• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Sastra

Mencintai Pisau Dapur, Momentum Hari Raya

Pisau memiliki peran yang mendukung sekaligus mencelakakan, karena pemakainya harus mampu mengendalikan dalam menggunakannya. Jika terlalu tajam akan melukai, jika tumpul tak dapat kita berdayakan

Hajar Tatu Arsad Hajar Tatu Arsad
30/04/2023
in Sastra
0
Mencintai Pisau Dapur

Mencintai Pisau Dapur

801
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Momentum Hari Raya adalah Hari yang paling ditunggu-tunggu setiap umat beragama, termasuk umat Islam. Satu hari lagi umat Islam merayakan Hari Raya Idulfitri. Hari Lebaran memang menjadi hari istimewa karena paling tidak manusia bisa melupakan sejenak kepenatan hidup dengan persoalannya yang begitu rumit. Merayakannya dengan penuh rasa haru, karena ini adalah momen di mana dapat berkumpul kembali bersama keluarga, sanak saudara juga kerabat.

Kali ini Nea dan ibunya mulai sibuk mempersiapkan keperluan lebaran. Dapur adalah tempat paling khusus bagi kaum perempuan. Aroma asap yang begitu khas seakan mengingatkan betapa pentingya isi perut dan isi kepala. Karena keduanya jika tak terisi sama-sama membuat sakit.

Kemeriahan Lebaran mulai terasa di rumah-rumah setiap keluarga, ada anak-anak yang menyalakan kembang api. Ada yang memutar gema takbiran. Lalu, ada yang sibuk mengecat rumah, juga ada yang sibuk di dapur masing-masing. Lebaran seakan memberi kesan pulang ke dapur Ibu. Padahal hari-hari biasanya juga tetap sering ke dapur, tapi kali ini jelas suasananya berbeda dengan hari biasanya.

Pisau Dapur Ibu

Selepas salat magrib Nea langsung menuju dapur untuk membantu ibunya

“Ibu terlalu mencintai pisau dapur ini.” sapa Nea sambil memegang sebuah pisau tua yang terlihat kusam termakan usia.

Baca Juga:

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

“Pisau bagi perempuan adalah lambang keuletan,” sahut ibu

“Ya, karena sering kita gunakan” jawab Nea

“Bukan karena sering kita gunakan, tapi karena tergantung pemakainya. Pisau memiliki peran yang mendukung sekaligus mencelakakan, karena pemakainya harus mampu mengendalikan dalam menggunakannya. Jika terlalu tajam akan melukai, jika tumpul tak dapat kita berdayakan.” Jawab ibu sambil mengaduk masakan sayurnya

“Oh.. terlihat sederhana tapi memiliki dua sisi yang berlawanan” Tukas Nea

“Iya, sesuai fungsinya. Jika kamu menggunakannya dengan baik, akan menghasilkan kebaikan pula. Lihat ini ibu menggunakan pisau untuk memotong daging ayam, maka yang kamu dapatkan adalah opor ayam yang lezat, juga berbagai masakan untuk besok dan sehari-hari biasanya. Karena bagian dari proses saat ibu menggunakan pisau ini dengan baik. Tapi jika ibu menggunakannya untuk keburukan, jelas yang ibu dapatkan juga bukanlah sebuah kebaikan. Kita harus hati-hati dalam menggunakannya.”

Makna Sebilah Pisau Dapur

“Ada ketangguhan dong dalam sebilah pisau dapur.” sahut Nea

“Betul begitu. Ada banyak makna yang terkandung dalam pisau dapur. Pisau itu seperti bakat nak, ia harus terus kita asah agar bisa maksimal kita gunakan. Seperti Nea setiap Hari Raya membuat nasi lemang, rendang , opor  ayam, ketupat juga Es buah. Kalau bukan karena terbiasa mana mungkin menghasilkan makanan seenak ini.” Ucap ibu seraya menggoda Nea, sambil mengedipkan matanya

“Ya ya ya.. pantas saja kawan-kawan Nea setiap Lebaran suka betah datang ke rumah. Karena ada menu makanan yang kita hasilkan dari kesabaran pisau dapur, dan senyum ibu.” Jawab Nea sambil memeluk ibunya.

Islam memberi ruang kepada kaum perempuan untuk beraktivitas di ruang publik maupun domestik. Tugas domestik yang terbebankan kepada perempuan justru membuat perempuan semakin kuat, tangguh dan berdaya.

Saat Hari Raya tiba, Kaum Perempuanlah yang paling sibuk mengurusi keperluan rumah, berbenah, bersih-bersih, mengganti horden, dan membuat kue untuk persiapan Lebaran. Rumah seakan memiliki jiwa karena perempuan ada di dalamnya. Meski tak memungkiri jika dalam beberapa kesempatan ada pelibatan laki-laki juga. Kaum perempuan terlalu sibuk mencintai pisau dapur, bagi yang gemar memasak. Yakni untuk membuat aneka makanan dan minuman untuk menjamu tamu-tamu yang mampir ke rumah sekedar silaturahmi.

Sepanjang hari itu, kita melihat api bekerja sekaligus mencium aroma kegigihan kaum perempuan, dan siapapun yang teranugerahi bakat serta minta memasak. Ada ketegaran dalam kelembutan kaum perempuan. Di tangan perempuan kenikmatan Hari Raya terasa lengkap dan Menggembirakan.

“Selamat berlebaran, untuk kita yang mencintai pisau dapur tapi tidak harus menjadikannya prioritas.” []

 

Tags: DapurHari Raya IdulfitriIbulebaranperempuanSilaturahmi
Hajar Tatu Arsad

Hajar Tatu Arsad

Pencinta Cahaya Bulan. Bukan Mualim, berikhtiar Ngaji Hidup dengan cara Bercerita.

Terkait Posts

Kapan Menikah

Jangan Tanya Lagi, Kapan Aku Menikah?

29 Juni 2025
Luka Ibu

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir Bagian II

15 Juni 2025
Abah dan Azizah

Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

8 Juni 2025
Luka Ibu

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

1 Juni 2025
Menjadi Perempuan

Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar

25 Mei 2025
Pekerja Rumah Tangga

Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

11 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID