Sayidah Aisyah adalah puteri dari Abu Bakar (khalifah pertama), hasil dari pernikahan dengan isteri keduanya, yaitu Ummi Ruman. Sebelum akhirnya Aisyah menikah dengan nabi Muhammad saw, Aisyah sebenarnya akan dinikahkan dengan seorang pemuda yang bernama Jubayr, akan tetapi pernikahan itu urung terjadi.
Hal itu dikarenakan Abu Bakar telah masuk islam yang mengakibatkan orang tua dari Jubayr yaitu Mut’im bin ‘Adi akhirnya menolak Aisyah dan isteri Mut’im bin Adi tidak menginginkan keluarganya mempunyai hubungan dengan orang muslim, mereka khawatir anaknya akan masuk islam.
Aisyah adalah seorang perempuan yang terpelajar. Dibalik parasnya yang rupawan, ia merupakan salah satu cendikiawan muslim pertama. Aisyah merupakan isteri ke-3 Nabi Muhammad SAW setelah Khadijjah dan Saudah binti Zam’ah.
Dalam lagu “Aisyah Istri Rasulullah” lirik yang sangat sederhana namun syarat akan makna pembelajaran yang dapat kita ambil dan bisa diterapkan sebagai bentuk romantisme relasi suami istri. Dimana, dalam lagu tersebut menceritakan bagaimana sweet dan romanisnya hubungan cinta kasih Nabi Muhammad dengan Aisyah yang benar- benar bisa menjadi teladan.
Pertama “Nabi minum di bekas bibirmu”, pembelajaran yang dapat kita ambil dari lirik lagu tersebut adalah seoarang nabi, pemimpin umat yang sangat disayangi dan disegani. Ketika beliau sudah berada dirumah bersama isterinya tidak merasa canggung minum dengan wadah yang sama seperti yang di minum oleh isterinya (minum bekas isterinya).
Dimasa sekarang, banyak suami yang entah karena gengsi atau merasa takut kehilangan harga dirinya, atau karena sebab lain, menganggap karena dirinya seorang pemimpin, maka enggan untuk melakukan hal tersebut. Padahal jika seorang suami mau melakukan tidak serta merta lantas akan turun wibawanya dihadapan isteri.
Kedua “Bila marah nabi kan memanja, mencubit hidungnya”. Nabi mengajarkan atau memberi teladan kepada kita bagaimana memperlakukan isterinya atau pasangannya ketika sedang marah. Dalam lagu tersebut, ketika Sayidah Aisyah marah, yang pertama kali dilakukan oleh rasul adalah memanjanya.
Dalam konteks ini saya mengartikan nabi diam mendengarkan terlebih dahulu Aisyah, kemudian setelah Aisyah selesai mengutarakan amarahnya itu, nabi menggodanya dengan cara mencubit hidungnya. Tentu saja cubitan disini bukan cubitan yang menyakiti Aisyah.
Esensi yang lain adalah ketika menghadapi pasangan yang sedang marah, kita tidak boleh terpancing emosi, lantas ikut- ikutan marah apa lagi pergi meninggalkannya. Karena jika itu dilakukan, yang akan terjadi adalah pertengkaran dan marah yang tak kunjung reda.
Sedangkan kalau yang sedang marah suami misalnnya, dengarkan dulu sampai selesai bicara, kemudian setelah selesai katakan, udah sayang marahnya? Mau miunum kopi atau teh, atau bisa juga dengan membuatkan makanan kesukaannya. Next, mungkin boleh dicoba deh. Dijamin, pasangan yang tadinya marah akan berubah meleleh kaya es cream dibiarkan lumer.
Ketiga “Romantisnya cintamu dengan nabi, dengan baginda kau pernah main lari-lari, nabi baring dipangkuanmu, Aisyah menyikat rambutnya”. Pelajaran yang dapat kita ambil disini adalah menciptakan keromantisan dan kemesraan dengan pasangan dengan berbagai cara seperti yang dilakukan oleh nabi dan Aisayah.
Maknanya adalah hubungan suami isteri itu tidak boleh kaku, kita hanya perlu menurungkan sedikit ego atau jaga gengsi biar kelihatan berwibawa dan kuat maka tidak elok kalau suami bermain lari- larian, bersandar pada isteri. Hal itu dilakukan oleh nabi tetapi tidak menghilangkan kewibawaannya dalam pandangan isterinya.
Keempat “Selalu bersama hingga ujung nyawa, kau disamping rasullullah”. Artinya adalah kesetiaan dengan pasangan. Ketika sudah memutuskan menikah dengan pasangan kita berarti kita sudah siap setia, siap menerima segala kekurangan dan kelebihannya, siap mendampingi pasangan baik dalam suka maupun duka hingga akhir usia.
Kelima “Kau istri tercinta ya Aisyah ya Humairah”. Nabi Muhammad terhadap Aisyah mempunyai pangilan kesayangan yaitu “ya humairah” karena memang pipi Aisyah yang kemerah- merahan. Esensinya adalah ketika kita memanggil pasangan, hendaknya dengan sebutan yang enak didengar atau dengan nama- nama kesayangan.
Tetapi bukan bermaksud menghina. Misalnya pasangan kita hidungnya pesek, dipanggilnya “ya mancung” bukannya pasangan kita senang yang ada malah kita ditipuk sandal atau malah akan terjadi perang dunia ketiga…hehe. Ini bisa kita coba, bagi isteri mungkin bisa memanggil suaminya dengan sebutan “ayang beb atau my honey atau lelakiku atau arjunaku atau semangatku, atau panggilan yang enak didengar lainnya yang bersifat memuji”.
Suami juga bisa panggil isterinya dengan sebutan “ayang beb atau my honey atau cantik, atau panggilan yang enak didengar lainnya”. Karena pada dasarnya kita semua suka mendengar pujian apalagi pujian itu didengar dari pasangan hidup kita otomatis akan mebuat pasangan kita seperti terbang ke langit ke tujuh. So, gak ada salahnya kita nyenengin pasangan kita dengan panggilan kesayangankan.
Keenam “Rasul sayang rasul cintamu”. Maknanya adalah perlakuan rasul terhadap Aisyah tersebut yang akhirnya membuat Aisyah sayang dan cinta kepada nabi (pasangannya). Terdapat kesalingan dan hubungan timbal balik di sini. Jadi, jika kita ingin dicintai pasangan kita, jika ingin rumah tangga dengan pasangan harmonis, yang sakinah, mawadah dan warohmah, kuncinya adalah bagimana kita memperlakukan pasangan kita.
Perlakukanlah pasangan kita, seperti apa yang ingin kita dapat dari pasangan kita. Kalau kita menginginkan pasangan kita sayang terhadap kita, perhatian kepada kita, maka kita sayangi dulu pasangan kita, beri perhatian dulu pada pasangan kita.
Bukan malah sebaliknya, kita menginginkan pasangan kita sayang kepada kita, hormat kepada kita, dekat kepada kita, perhatian kepada kita, tetapi sikap kita terhadapnya tidak mencerminkan hal tersebut (kasar, keras, pemarah, dan sikap jelek lainnya).
Tentu saja pasangan kita juga tidak akan suka dengan hal itu, kalaupun pasangan kita patuh bukan karena rasa sayang dan hormat tapi bisa jadi karena takut. Intinya, berilah dulu contoh atau teladan yang baik kepada pasangan kita sama seperti yang dilakukan Nabi kepada Aisyah.
Semoga lagu tersebut bukan hanya dapat dinikmati dengan pendengaran kita saja akan tetapi bisa menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua khususnya pasangan suami isteri, yang ingin memperlakukan pasangan dengan cara romantis, dan mewujudkan keluarga yang harmonis. []