• Login
  • Register
Minggu, 18 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Menengok Gaya Kepemimpinan Hj. Rangkayo Rasuna Said

Rasuna Said adalah pahlawan perempuan yang sangat memerhatikan potensi, harkat, dan martabat perempuan. Tidak hanya politik, langkahnya diperluas dalam bidang pendidikan

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
06/11/2022
in Figur, Rekomendasi
0
Rasuna Said

Rasuna Said

555
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Rasuna Said lahir di tanah Sumatra Barat dari keluarga yang sangat memperhatikan pendidikan. Ayahnya bernama Muhamad Said adalah seorang saudagar kaya yang mewariskan langsung darah aktivis kepada Rasuna Said.

Sejak kecil, Rasuna sudah menempuh pendidikan yang berbasis agama. Pada tahun 1918, Rasuna memulai pendidikannya di Volkschool Maninjau. Lanjut di pesantren Ar-Rasyidiyah yang diasuh langsung oleh Syeikh Abdul Rasyid. Rasuna menjadi satu-satunya santri perempuan di pesantren tersebut.

Tidak sampai di situ, Rasuna melanjutkan pendidikannya di Madrasatul Lil Banat atau Diniyah School Putri yang pimpinan Zainudin Labay El-Yunussy. Setelah Zainudin wafat, sekolah tersebut dipimpin oleh adiknya yang bernama Rahmah. Di sana, Rasuna belajar bersama Rahmah. Keduanya menjadi perempuan berpengaruh di Minangkabau.

Pengalaman mengajar Rasuna pertama kali ia lakukan di Diniyah School Putri. Saat yang bersamaan Ia masih duduk di kelas lima dan enam. Karena kecerdasannya, maka tidak masalah ketika Ia harus mengajar kelas di bawahnya. Tidak berselang lama perhatiannya tertuju pada gerakan politik ‘kuminih’ pimpinan guru agama Sumatra Padang Panjang bernama H. Ahmad Chatib.

Meski demikian, pendidikan masih menjadi prioritas utamanya. Terbukti dengan langkah Rasuna yang melanjutkan pendidikannya di sekolah milik Haji Abdul Majid. Kemudian pindah ke sekolah putri atau meisjesschool untuk mendapat keahlian berupa memasak, menjahit, dan urusan rumah tangga lainnya.

Baca Juga:

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

Marsinah, RUU PPRT, dan Janji Prabowo

Sejarah Kartini (1879-1904) dan Pergolakan Feminis Dunia Saat Itu

Kartini Tanpa Kebaya

Pahlawan Perempuan

Rasuna Said adalah pahlawan perempuan yang sangat memerhatikan potensi, harkat, dan martabat perempuan. Tidak hanya politik, langkahnya diperluas dalam bidang pendidikan. Baginya, pendidikan dan politik harus bergerak seimbang dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia.

Karena kepiawaiannya dalam strategi politik, membuatnya tergabung dalam partai Serikat Islam Indonesia dan Persatuan Muslimin Indonesia. Aturan dalam partai Serikat Islam Indonesia (PSII) tidak membolehkan anggotanya merangkap dalam partai lain. Akhirnya, Rasuna memilih bertahan dalam partai Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) dan keluar dari partai Serikat Islam Indonesia. Menurutnya PERMI lebih berhasil dalam strategi politiknya.

Visioneritas melekat dalam jiwa Rasuna Said. Beberapa perubahan Ia lakukan yang berfokus pada kebutuhan di masa mendatang. Selain mengenyam pendidikan yang layak, Rasuna juga mendirikan beberapa sekolah di pedesaan seperti sekolah “Menyesal”, Sekolah Thawalib Putri, dan kursus putri. Sekolah-sekolah tersebut maksudnya untuk memberantas buta huruf, dan meningkatkan kemampuan perempuan pribumi yang terdidik langsung oleh kader militan partai PERMI.

Memimpin Koran Raya

Selain itu, Rasuna berkesempatan memimpin sebuah koran yang bernama “Raya”. Koran ini berisi tentang wacana yang nasionalis dan radikal (mendalam). Koran “Raya” menjadi obor perlawanan bagi kebangkitan pergerakan rakyat Sumatra Barat. Kemampuannya dalam menarasikan suatu kejadian menjadikan Rasuna pemimpin koran “Raya” sekaligus mementori anggotanya untuk menghasilkan narasi wacana di Koran tersebut.

Sayangnya, koran “Raya” ini tidak bisa bertahan lama karena PID atau polisi pemerintah Belanda segera membubarkannya. Selain itu, berbekal kemampuan strategi yang luar biasa, Rasuna mereka percaya untuk mempimpin pergerakan rakyat Sumatra Barat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia

Pengaruhnya yang begitu masif terhadap upaya kemerdekaan Indonesia menjadikannya incaran polisi pemerintahan Belanda. Tak berlangsung lama, Rasuna tertangkap dan dimasukkan ke dalam penajara Bulu, Semarang. Tahun 1938 Rasuna dinyatakan bebas dan meninggalkan tanah kelahirannya menuju Kota Medan, Sumatra Utara untuk melanjutkan perjuangan. Dengan dasar yang sama yaitu kemerdekaan Indonesia, Rasuna mendirikan Perguruan Putri dan Majalah Menara Putri.

Keberadaan Rasuna di Kota Medan, Sumatra Utara tidak berlangsung lama karena kedatangan tentara Jepang ke Medan dan melumpuhkan pasukan Belanda. Melihat keadaan yang sudah tidak kondusif lagi, Rasuna memutuskan untuk kembali ke Minang dengan alasan yang sama yaitu melanjutkan perjuangan.

Mendirikan Pemuda Nippon Raya

Bersama Chotib Sulaiman, Rasuna mendirikan “Pemuda Nippon Raya” untuk menyatukan pemuda Sumatra Barat. Organisasi ini bekerja sama dengan Jepang namun pada hakikatnya untuk membentuk kader demi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tujuan murni tersebut Jepang ketahui sehingga organisasi “Pemuda Nippon Raya” dibubarkan.

Tidak berhenti di situ, wawasannya yang luas menjadikan Rasuna belajar dari pejuang Jawa yang membuat Heiho dan PETA. Rasuna bersama pemuda Sumatra memberi usulan kepada pemerintah Jepang untuk membentuk Gyu Gun. Usulan ini Jepang terima dan Chotib Sulaeman mereka tunjuk sebagai pimpinan. Sedangkan Rasuna sebagai pemimpin bagian putri yang mereka beri nama “Butuh Ibu Pusat Laskar Rakyat”.

Rasuna Said bertanggung jawab di bagian propaganda organisasi sekaligus meluaskan sayap Gyu Gun ke seluruh pelosok wilayah Sumatra Barat. Dalam misi propagandanya Rasuna membentuk kader militan perjuangan bangsa.

Tidak sia-sia, kader yang Rasuna bentuk, dapat menjadi tokoh utama dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang berganti nama Tentara Kemananan Rakyat (TNR), berubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI), dan sekarang terkenal sebagai Tentara Nasional Indoensia (TNI).

Kemampuan orasi Rasuna sudah tidak bisa kita remehkan lagi. Ia menyandang gelar ‘Singa Podium’. Berdirinya di atas mimbar podium langsung mengambil alih semua perhatian rakyat. Tidak ada satupun dari mereka yang tidak mendengarkan orasinya.

Keberaniannya dalam memimpin rakyat untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda maupun Jepang membuatnya pantas kita juluki sebagai ‘Singa Betina’ dari Sumatra Barat. Semoga hingga saat ini masih banyak perempuan yang bermunculan dalam upaya mengentaskan kesengsaraan rakyat sekaligus menyuarakan keadilan. []

Tags: Kepemimpinan Perempuanpahlawan nasionalPahlawan PerempuanRasuna Said
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Perempuan Fitnah

Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nyai Ratu Junti

    Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua
  • Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version