• Login
  • Register
Rabu, 2 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Mengapa Cuti Paternitas Penting?

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan sejak dini berkontribusi terhadap peningkatan keterampilan sosial dan kognitif anak.

Firda Imah Suryani Firda Imah Suryani
27/02/2025
in Keluarga
0
Cuti Paternitas

Cuti Paternitas

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Hak cuti paternitas masih menjadi perdebatan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Ketika seorang ayah diberi kesempatan untuk merawat anak sejak lahir, dampaknya tidak hanya terasa dalam lingkup keluarga, tetapi juga dalam ekonomi perawatan secara luas.

Sayangnya, kebijakan cuti paternitas di Indonesia masih minim, bahkan di sektor formal. Di banyak perusahaan, cuti bagi ayah hanya bersifat simbolis, dengan durasi yang sangat singkat, atau bahkan tidak tersedia sama sekali. Padahal, urgensi cuti paternitas bukan sekadar soal hak pekerja, tetapi juga menyangkut kesejahteraan sosial dan ketimpangan gender dalam ekonomi perawatan.

Persoalan utama dalam ekonomi perawatan adalah beban yang timpang antara laki-laki dan perempuan. Selama ini, anggapannya perempuan sebagai penanggung jawab utama dalam perawatan anak dan rumah tangga.

Akibatnya, banyak ibu yang terpaksa meninggalkan pekerjaan atau menghadapi beban ganda yang memengaruhi kesehatan mental serta produktivitas mereka. Ketimpangan ini bukan hanya masalah individu, tetapi juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi, karena menghambat partisipasi perempuan dalam dunia kerja.

Menjadi Solusi

Cuti paternitas yang layak bisa menjadi solusi. Dengan memberi kesempatan kepada ayah untuk terlibat dalam pengasuhan sejak dini. Maka beban perawatan tidak hanya ditanggung oleh ibu.

Baca Juga:

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

Fiqhul Usrah: Menanamkan Akhlak Mulia untuk Membangun Keluarga Samawa

Membedah Hakikat Berkeluarga Ala Kyai Mahsun

Negara-negara dengan kebijakan cuti paternitas yang progresif, seperti Swedia dan Norwegia, telah membuktikan bahwa partisipasi ayah dalam pengasuhan berdampak positif terhadap perkembangan anak.

Selain itu memberikan keseimbangan kerja-keluarga, serta produktivitas tenaga kerja secara keseluruhan. Ayah yang aktif dalam merawat anak cenderung memiliki ikatan emosional yang lebih kuat dengan keluarga dan lebih loyal terhadap perusahaan tempat mereka bekerja.

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan sejak dini berkontribusi terhadap peningkatan keterampilan sosial dan kognitif anak. Lalu menurunkan risiko masalah perilaku di kemudian hari. Studi lain yang UNICEF lakukan juga menegaskan bahwa anak-anak yang memiliki hubungan dekat dengan ayahnya cenderung lebih percaya diri dan memiliki pencapaian akademik yang lebih baik.

Profesor Michael Lamb, seorang pakar perkembangan anak dari University of Cambridge,menyatakan bahwa kehadiran ayah dalam pengasuhan tidak hanya bermanfaat bagi anak. Akan tetapi juga meningkatkan kesejahteraan mental ayah itu sendiri.

Urgensi Kebijakan Cuti Paternitas

Di Indonesia, sebuah studi dari Pusat Kajian Gender dan Anak Universitas Indonesia menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki keterlibatan ayah yang aktif dalam pengasuhan memiliki tingkat perkembangan kognitif 20% lebih tinggi daripada anak-anak dengan peran ayah yang minim.

Selain itu, riset yang Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) lakukan, telah mengungkapkan bahwa ayah yang terlibat dalam merawat anak sejak bayi dapat mengurangi risiko stres pada ibu hingga 30%. Sehingga meningkatkan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan.

Psikolog anak dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Siti Aisyah, juga menegaskan bahwa partisipasi ayah dalam pengasuhan sangat berpengaruh dalam membentuk kestabilan emosional dan kepercayaan diri anak di masa depan.

Urgensi kebijakan cuti paternitas tidak bisa lagi kita abaikan. Pemerintah perlu merevisi regulasi ketenagakerjaan agar memberikan hak cuti paternitas yang lebih adil. Minimal sebanding dengan standar global. Selain itu, perusahaan perlu kita dorong untuk mengadopsi kebijakan yang lebih ramah keluarga.

Jika kita ingin membangun ekonomi yang berkelanjutan, maka ekonomi perawatan harus mendapat perhatian serius—dan itu kita mulai dari kebijakan yang memungkinkan ayah mengambil peran lebih besar dalam pengasuhan anak.

Mengabaikan cuti paternitas sama saja mempertahankan ketimpangan yang telah berlangsung lama. Saatnya pemerintah dan dunia usaha memahami bahwa ekonomi perawatan bukan hanya tanggung jawab perempuan. Peran ayah dalam keluarga harus kita dukung dengan kebijakan yang berpihak, demi kesejahteraan sosial yang lebih luas. []

Tags: beban gandaCuti AyahCuti PaternitasDunia KerjaFatherlessparenting
Firda Imah Suryani

Firda Imah Suryani

Saya perempuan bukan aib masyarakat, bukan juga orang kriminal.  Pengemar musik indie dan pemakan sayuran.

Terkait Posts

Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Sakinah

Apa itu Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah?

26 Juni 2025
Cinta Alam

Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

21 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?
  • Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID