• Login
  • Register
Rabu, 29 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Mengembalikan Khittah Cinta

Islam tidak anti cinta. Malah, justru Islamlah yang mengajarkan pemeluknya untuk merawat perasaan mulia itu demi kebaikan dunia dan akhirat

Thoah Jafar Thoah Jafar
13/02/2023
in Hikmah, Rekomendasi
0
Khittah Cinta

Khittah Cinta

613
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Cinta menjadi kata kunci yang merangkak naik di setiap jelang pertengahan Februari. Lafal cinta menyeruak di bulan kedua kalender Masehi ini karena sebagian remaja dunia. Bahkan Indonesia menganggap penting hari Valentine, yang konon patut kita rayakan sebagai hari kasih sayang. Sayangnya, tidak sedikit pula para remaja menyalah-artikan cinta. Kata cinta, bahkan mengalami peyorasi dari yang semula bermakna luhur, menjadi sebatas urusan perasaan hati antarlawan jenis.

Dampaknya pun cukup mengkhawatirkan. Akibat cinta-cintaan yang keliru jalur itu, banyak dari kelompok remaja yang berani mengorbankan diri dan masa depannya demi apa yang mereka sebut dengan cinta. Padahal, di tahap selanjutnya, mereka pun tidak berhasil menemukan esensi khittah cinta yang mestinya menenangkan, bukan menyengsarakan.

Kita semakin miris ketika melihat data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang menyebutkan tidak kurang dari 50 ribu remaja di Indonesia ambil keputusan menikah dini dan meninggalkan atau mengajukan dispensasi sekolah mereka selama 2022. Berdasarkan data Komnas Perempuan, dispensasi perkawinan anak meningkat tujuh kali lipat sejak 2016. Total permohonan dispensasi pada 2021 lalu pun sudah mencapai 59.709 kasus.

Prihatinnya lagi, penyebab ketersendatan pendidikan itu dominan karena problem hamil di luar nikah. Menurut riset lebih mendalam, kesimpulan yang muncul dari fenomena itu adalah akibat lemahnya pendidikan seks di kalangan remaja. Termasuk dalam memaknai konsep cinta secara rendah dan tidak semestinya.

Daftar Isi

    • Islam agama cinta
  • Baca Juga:
  • Islam Pada Awalnya Asing
  • 3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan
  • 5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili
  • Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah
    • Karakter cinta sejati

Islam agama cinta

Islam tidak anti cinta. Malah, justru Islamlah yang mengajarkan pemeluknya untuk merawat perasaan mulia itu demi kebaikan dunia dan akhirat.

Baca Juga:

Islam Pada Awalnya Asing

3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan

5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

Allah Swt berfirman:

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Keimanan dan penghambaan dalam Islam diamanatkan agar dibarengi dengan rasa cinta. Tanpa itu, segala perintah dan larangan agama hanya menjadi beban berat dan kita salah artikan sebagai bentuk pengekangan.

Di sisi lain, kecintaan kepada Allah Swt dan Rasulullah Muhammad Saw niscaya akan melahirkan kehadiran manfaat cinta yang lebih hakiki. Dalam QS. Maryam: 96, Allah Swt berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمٰنُ وُدًّا

“Sesungguhnya bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa cinta (dalam hati) mereka.”

Hingga akhirnya, Islam mewujud sebagai agama cinta itu sendiri. Selain dituntut mencintai Allah Swt dan Rasul-Nya, seorang muslim juga diwanti-wanti selalu menjaga kedamaian melalui perawatan rasa cinta terhadap sesama manusia. Allah Swt berfirman:

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

“Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.”

Karakter cinta sejati

Hujjatul Islam, Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyebut bab khusus mengenai cinta lewat bab mahabbah. Imam Ghazali menyebut, kecintaaan makhluk terhadap Tuhannya akan menjadikan dia mendapatkan derajat yang mulia.

تُدْعَى الْأُمَمُ يَوْمَ القِيَامَةِ بِأَنْبِيَائِهَا عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ. فَيُقاَلُ: يَا أُمَّةَ مُوسَى وَيَا أُمَّةَ عِيسَى وَيَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ غَيرِ المُحِبِّيْنَ لِلهِ تَعَالَى. فَإِنَّهُم يُنَادُوْنَ: يَا أَوْليَاءَ اللهِ هَلُمُّوا إِلىَ الله سُبْحَانَهُ فَتَكَادُ قُلُوبُهُم تَنْخَلِعُ فَرْحًا

“Kelak di hari kiamat, semua umat akan dipanggil menghadap Allah sesuai dengan nama nabinya. Maka dikatakan: ‘Wahai umat Musa, wahai umat Isa, wahai umat Muhammad’, kecuali para pecinta Allah, maka mereka akan dipanggil: ‘Wahai kekasih Allah, kemarilah menghadap Allah Swt. Maka seketika hati mereka hampir tercerai-berai karena bahagia (sebab panggilan itu).”

Tokoh sufi dunia, Jalaluddin Rumi menandai kehakikatan cinta ke dalam tiga ciri. Pertama, cinta semata-mata merupakan anugerah Tuhan. Dalam Diwan Syams, Rumi berpuisi:

Tuhan, Engkalulah yang menyalakan api cinta di dunia

Hingga semestaku menjadi manis dan penuh suka cita

Kedua, cinta harus kita rawat. Sebagaimana halnya iman yang cenderung naik dan turun, cinta pun berpotensi mengalami kondisi datang dan pergi. Soal ini, Rumi menuliskannya dalam puisi yang termaktub dalam Matsnawi:

Belajarlah cinta dan kebijaksanaan

Seperti lukisan dalam batu, ia akan membekas

Ketiga, cinta tak mengharapkan balasan. Cinta sejati mesti benar-benar murni. Dia harus terbebas dari segala tuntutan, termasuk tanpa harap.

Rumi bersyair:

Tak ada sesuatu di dunia ini yang bergerak tanpa motif

Hanya jasad dan ruh para pecinta yang berjalan tanpa pamrih. (Matsnawi)

Demikianlah semestinya cinta. Dia mempunyai khittah yang suci, murni, dan menenangkan. Pengertian khittah cinta harus segera kita kembalikan kepada kodratnya. Yakni, sebagai karunia agar manusia mampu memandang manusia sebagai manusia, berkeadilan, dan bermubadalah. []

Tags: Cinta SejatiislamJalaluddin RumiKhittah CintaPuisi RumiValentine Day
Thoah Jafar

Thoah Jafar

Pengasuh Ponpes KHAS Kempek Cirebon

Terkait Posts

Imam Malik

Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal

28 Maret 2023
Flexing Ibadah

Flexing Ibadah selama Ramadan, Bolehkah?

28 Maret 2023
Prinsip Hidup Bersama

Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama

27 Maret 2023
kehidupan bersama

Pentingnya Memahami Prinsip Kehidupan Bersama

27 Maret 2023
Batasan Sakit yang Membolehkan tidak Puasa

Q & A: Apa Batasan Sakit yang Membolehkan Tidak Puasa di Bulan Ramadan?

27 Maret 2023
Propaganda Intoleransi

Waspadai Propaganda Intoleransi Jelang Tahun Politik

27 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sittin al-‘Adliyah

    Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Pada Awalnya Asing

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist