Mubadalah.id – Ketika kita membahas mengenai sejarah Nabi Muhammad Saw, tentu tidak akan lepas dari tokoh-tokoh yang ikut serta mendorong beliau dalam dakwah Islam. Termasuk peran-peran perempuan yang menjadi bagian dari sejarah kehidupannya. Salah satunya ialah Halimatus Sa’diyyah, pengasuh serta ibu susuan Nabi Saw.
Rasulullah Muhammad adalah manusia terbaik yang pernah hidup di muka bumi. Kebaikan akhlaknya diakui oleh seluruh masyarakat Makkah sejak beliau masih remaja hingga mendapat gelar al-Amin. Ketika Rasulullah lahir, budaya masyarakat Arab saat itu adalah menyusukan anak mereka kepada perempuan lain selain kepada ibu kandungya sendiri.
Begitupula dengan Nabi Muhammad, beliau mendapatkan ASI dari perempuan lain selain ibunya, Aminah. Halimatus Sa’diyyah menjadi ibu susuan Rasulullah yang begitu terkenal dalam sejarah karena berbagai peristiwa menakjubkan turut menghiasi masa-masa itu.
Mengenal Sosok Halimatus Sa’diyyah
Dalam tulisan Belva Rosidea di Mubadalah.id menyebutkan bahwa Halimatus Sa’diyyah binti Abu Dzuaib adalah seorang perempuan yang hidup di perkampungan kabilah Sa’ad bin Bakr. Perkampungan yang terkenal tandus.
Karena kondisi keluarga Halimah sangat tidak baik, akhirnya ia ditemani suaminya (Haritsah) dan beberapa perempuan-perempuan kabilah Sa’ad pergi ke kota Makkah untuk menawarkan jasa Asi Susu Ibu (ASI) mereka.
Sesampainya di Makkah, perempuan-perempuan kampung kabilah Sa’ad pun mencari bayi-bayi yang hendak mereka susui. Namun sayang, dari sekian perempuan yang ada, tidak satu pun yang mau membawa bayi Muhammad untuk disusui, mereka khawatir tidak bisa mendapatkan upah yang cukup jika menyusui seorang anak yang yatim.
Halimah saat itu adalah satu-satunya perempuan yang belum mendapatkan bayi untuk disusui, akhirnya ia pun membawa Rasulullah untuk disusui. Halimah kembali ke kampungnya membawa Rasulullah di pangkuannya, dan sejak saat itu berbagai keberkahan menghiasi kehidupan Halimah.
Penghormatan Nabi Terhadap Halimatus Sa’diyyah
Nabi Saw sangat menghormati Halimah. Ketika ia berkunjung saat Nabi Saw sudah di Madinah, Nabi Saw selalu menggelar sorban yang dipakai untuk menjadi tikar alas bagi Halimah duduk. Pada saat akan pulang, Nabi Saw selalu membawakanya oleh-oleh, biasanya daging yang dimilikinya, yang baru disembelih dari Kambing atau Unta.
Hal ini tergambar jelas dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang berbunyi:
عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْسِمُ لَحْمًا بِالْجِعْرَانَةِ إِذْ أَقْبَلَتِ امْرَأَةٌ حَتَّى دَنَتْ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَسَطَ لَهَا رِدَاءَهُ فَجَلَسَتْ عَلَيْهِ فَقُلْتُ مَنْ هِيَ؟ فَقَالُوا هَذِهِ أُمُّهُ الَّتى أَرْضَعَتْهُ. رواه أبو داود.
Artinya: Abu Thufail Ra berkata: “(Suatu saat), aku melihat Nabi Muhammad Saw sedang membagikan daging di daerah Ji’ranah. Kemudian, ada seorang perempuan datang dan mendekat, dan Nabi Muhammad Saw pun bergegas menggelar selendangnya di tanah (mempersilakannya duduk). Perempuan itu kemudian duduk di selendang tersebut. Aku bertanya, ‘Siapa perempuan itu? Orang-orang menjawab, “Itu ibu (susuan) yang menyusui Nabi Muhammad Saw.” (Sunan Abi Dawud).
Jika melihat sejarah kelam bagaimana perlakuan masyarakat jahiliyah masa itu, sungguh apa yang dilakukan oleh Nabi Saw pada Halimah itu sungguh luar biasa. Sebab, seperti yang kita tau bahwa kedudukan perempuan masa itu masih dianggap rendah, sehingga jangankan untuk diberi kehormatan dengan menggelar sorban untuk tempat duduknya, sejak lahir saja dia sudah banyak yang dikubur hidup-hidup.
Di sisi lain, Ibu Nurul Bahrul Ulum pada saat mengkaji kitab Sittin al-‘Adliyah menyebutkan bahwa melalui hadis ini, nabi ingin menegaskan bahwa Halimah sebagai ibu susuan nabi berhak kita muliakan dan perlakukan secara baik.
Itu artinya nabi amat sangat menghargai dan mengapresiasi peran reproduksi perempuan, salah satunya pengalaman menyusui.
Menjadi Telandan dan Inspirasi
Dengan begitu melalui teladan nabi ini, mestinya menjadi inspirasi bagi kita untuk ikut memberikan perhatian khusus bagi para ibu yang tengah menyusui. Misalnya dengan memberikan gizi yang cukup serta tidak terbebani dengan pekerjaan-pekerjaan yang akan membuatnya stres.
Lebih dari itu, tugas ini juga bukan hanya tanggung jawab individu saja, tetapi semua elemen. Mulai dari suami, keluarga, hingga pada tingkatan pemerintah. Sebab, pemberian gizi yang baik pada ibu yang tengah menyusui akan memberikan dampak yang sangat baik pada kualitas ASI.
Oleh karena itu, dukungan dari keluarga, baik suami, ibu dan mertua memiliki peranan besar. Bukan saja memastikan asupan gizi, namun harus kita pastikan juga ibu tidak mengalami depresi dan stres.
Sebab sebagaimana saya kutip dari laman Kompas.com, Konselor laktasi, Dr. Sara Elisa Wijono menyebutkan bahwa produksi ASI banyak terpengaruhi oleh faktor psikologis seorang ibu. Sehingga seorang ibu yang menyusui mengalami stres. Maka ASI yang ia hasilkan pun tidak akan banyak dan tentu saja hal tersebut berpengaruh pada kesehatan dan perkembangan bayi.
Dengan begitu, mari berikan dukungan, apresiasi dan perhatian khusus pada ibu yang tengah menjalani peran reproduksinya, dalam hal ini menyusui. Sebab, praktik baik ini merupakan teladan nabi dan ajaran Islam. []