“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Mubadalah.id – Islam, sebagai agama yang penuh kasih dan rahmat, memuliakan manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Namun, hingga kini masih ada mitos yang menyatakan bahwa anak perempuan adalah “beban keluarga”. Mitos anak perempuan ini, yang kerap tersebar dalam berbagai budaya di dunia, termasuk di Indonesia, tidak hanya mengerdilkan nilai perempuan tetapi juga menciptakan diskriminasi dan ketidakadilan dalam struktur keluarga.
Artikel ini mengajak kita untuk merenungkan kembali peran perempuan dalam keluarga dengan pendekatan kesalingan (mubadalah) dan bagaimana ajaran Islam menuntun kita menuju relasi yang lebih setara, adil, dan harmonis.
Akar Mitos
Dalam banyak budaya patriarkal, perempuan sering kali kita pandang sebagai tanggung jawab yang memberatkan keluarga. Pandangan ini berdasarkan pada asumsi bahwa anak perempuan akan meninggalkan rumah setelah menikah, sehingga tidak bisa “menjaga” atau “mendukung” keluarga sebagaimana anak laki-laki.
Beberapa keluarga bahkan melihat anak perempuan sebagai beban finansial karena biaya pernikahan, mahar, atau adat tertentu yang menuntut pihak keluarga perempuan menyediakan banyak hal.
Sungguh, mitos ini sangat merugikan perempuan dan juga keluarga secara keseluruhan. Masyarakat yang masih memegang mitos anak perempuan ini cenderung mengabaikan potensi, bakat, dan kontribusi perempuan baik di ranah publik maupun domestik. Anak perempuan, jika kita berdayakan dan diberi kesempatan yang sama, dapat menjadi sumber kekuatan dan kebahagiaan dalam keluarga.
Dalam Islam, mitos seperti ini tidak pernah mendapatkan legitimasi. Al-Qur’an menekankan kesetaraan dan keadilan antara laki-laki dan perempuan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam keluarga.
Allah berfirman:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan benar-benar akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa amal seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, dihargai oleh Allah berdasarkan ketakwaan dan amalnya, bukan jenis kelaminnya. Maka, mitos anak perempuan sebagai beban keluarga jelas bertentangan dengan ajaran Islam.
Peran Perempuan
Islam memberikan nilai yang tinggi pada peran perempuan dalam keluarga. Bukan hanya sebagai ibu, tetapi juga sebagai anak dan istri, peran perempuan kita lihat sebagai kunci dalam membangun keluarga yang harmonis dan penuh kasih.
Keluarga adalah tempat di mana semua anggotanya, baik laki-laki maupun perempuan, bekerja sama dengan penuh cinta, saling menghormati, dan mendukung satu sama lain.
Setiap individu dalam keluarga berhak untuk mencintai dan dicintai, dihormati dan menghormati, serta memberikan dan menerima dukungan, terlepas dari gender. Prinsip ini menekankan bahwa tidak ada yang lebih berharga atau kurang berharga hanya karena jenis kelaminnya.
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sendiri sangat menghormati perempuan, terutama anak-anak perempuan.
Beliau bersabda:
“Barang siapa yang memelihara dua anak perempuan hingga dewasa, maka aku dan dia akan masuk surga seperti ini”, lalu beliau merapatkan jari-jari tangannya.” (HR Muslim dan At-Tirmidzi).
Lihatlah betapa mulianya memelihara dan mendidik anak perempuan. Nabi telah mengajarkan kepada kita bahwa anak perempuan adalah anugerah, orang tua yang memperlakukan anak perempuannya dengan baik dan penuh kasih sayang akan mendapatkan ganjaran yang besar di sisi Allah.
Dengan demikian, Islam memberikan penghargaan tinggi kepada anak perempuan, bertolak belakang dengan mitos yang menyebutkan bahwa mereka adalah beban.
Mitos yang Harus Ditentang
Anak perempuan telah menunjukkan peran besar dalam keluarga dan masyarakat. Perempuan kini menjadi pilar keluarga yang tidak hanya mendukung secara emosional, tetapi juga finansial. Banyak anak perempuan yang mampu merawat orang tua mereka, mendukung keluarga mereka secara ekonomi. Bahkan kini menjadi pemimpin dalam berbagai sektor.
Melalui pendidikan, anak perempuan memiliki potensi yang sama dengan anak laki-laki untuk sukses dan memberikan kontribusi yang signifikan. Kita harus melihat bahwa pendidikan untuk perempuan bukanlah suatu beban, melainkan investasi masa depan keluarga dan masyarakat yang lebih baik. Anak perempuan yang terdidik dapat memberikan solusi bagi berbagai masalah sosial dan ekonomi.
Kehadiran anak perempuan juga sering kali menjadi sumber kebahagiaan emosional bagi keluarga. Hubungan yang penuh kasih sayang antara anak perempuan dengan orang tuanya, terutama dengan ibu, sering kali menjadi fondasi kuat dalam keluarga. Perempuan, dengan kelembutan dan kasih sayang yang dimilikinya, sering kali menjadi penyeimbang dalam dinamika keluarga yang kompleks.
Membangun Keadilan
Mitos bahwa anak perempuan adalah beban keluarga tidak hanya keliru dari perspektif Islam, tetapi juga merugikan perempuan dan keluarga secara keseluruhan. Islam, melalui ajaran Al-Qur’an dan sunnah Nabi, menekankan pentingnya kesetaraan dan penghormatan terhadap perempuan. Anak perempuan adalah anugerah, bukan beban, dan kontribusi mereka dalam keluarga harus diakui dan dihargai.
Sebagai umat Islam, kita harus meninggalkan mitos-mitos yang mendiskriminasi perempuan. Lalu kita menggantinya dengan nilai-nilai Islam yang menekankan kesetaraan, keadilan, dan kesalingan. Dengan demikian, kita dapat membangun keluarga yang harmonis dan masyarakat yang lebih adil.
Allah berfirman:
“Orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 71). Wallahua’lam. []