Mubadalah.id – Dalam menumbuhkan sikap kritis kepada anak, maka biasakan orang tua kepada anaknya untuk diajak mempertanyakan hal-hal yang dilihat, dialami, dirasakannya, dan memberikan jawaban dengan logika berpikir yang disesuaikan dengan usia dan kondisi anak.
Pendidikan kritis untuk anak dapat juga diartikan bahwa anak dapat menanyakan apa saja yang ingin diketahuinya tanpa merasa takut dan ragu, dan orang tua atau pengasuh harus mampu menjawab seluruh pertanyaan anak secara tepat dan benar.
Jika kemudian pengetahuan yang ia ketahui berbeda dengan pengetahuan yang baru ia dapatkan. Maka ia berhak mendapatkan klarifikasi serta dapat mengoreksi menurut pengetahuannya. Dan sebaiknya orang tua tidak menyalahkan sikap kritis anak dalam segala sesuatu.
Banyak pengetahuan dan informasi yang seharusnya dapat orang tua gali dari perspektif anak. Tetapi jarang muncul karena sering kali orang tua atau pengasuh malas menjawab pertanyaan-pertanyaan anak usia di bawah tiga tahun atau balita.
Padahal, pada usia tersebut anak sedang tumbuh dalam tahap mengeksplorasi keingintahuannya terhadap segala hal yang ada di sekitar mereka.
Pertanyaan-pertanyaan mereka sering kali muncul di luar dugaan kita. Bahkan kita kadang kesulitan menjawab dengan logika mereka.
Ketika menghadapi kondisi demikian, tidak jarang orang tua justru mematahkannya dengan jawaban-jawaban yang tidak mencerdaskan anak. Bahkan mematikan semangat keingintahuan mereka. Misalnya, dengan ungkapan “cerewet!” atau jawaban-jawaban yang tidak bisa anak mengerti. []