• Login
  • Register
Jumat, 16 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Merasa Lebih Benar

Nisa Alwis Nisa Alwis
01/08/2019
in Pernak-pernik
0
Merasa Lebih Benar

Merasa Lebih Benar

366
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Di situlah sebetulnya muncul benih merasa lebih benar, yang di luar salah. Baru tahu segitu saya sudah merasa di jalan paling lurus menuju surga. Sedang yang lain nampak menyimpang jalannya. Mungkin ungkapan kekiniannya saat itu, saya ingin “menggandeng” orang lain.

Aduh, apa hak saya mengkhawatirkan mereka. Siapa pula diri ini. Sungguh pandangan yang polos ya, pemirsa. Maklum sedang semangat-semangatnya belajar. Puber agama level dasar.

Singkat cerita, kekhawatiran itu teralihkan dengan berbagai kesibukan santri. Tetapi komitmen pada diri sendiri sesuai tuntutan lingkungan menguat. Rambut ini aurat. Mau tersisir rapih atau awut-awutan itu urusan dalam yang tak boleh nampak karena tabu, malu, dan perintah Quran. Itu doktrinnya.

Kalau ada abang karyawan lewat depan asrama, santri yang buka kerudung pasti sembunyi. Saking nggak mau terlihatnya. Atau bila terlanjur terpergok, menjerit kaget manja, hahaa. Si abangnya ya ketawa saja. “Rapopo. Abang nggak gigit. Kalau abang lihat, apa rambut Eneng bakal meranggas? Woles” mungkin gitu kata hatinya.

Mengertilah Abang. Bila ajaran aurat sudah terpatri, biar hanya sedikit saja terbuka ya pelanggaran juga. Sekedar terlihat rambut mungkin tidak rugi. Tapi menanggung rasa salah berdosa itu berat di hati. Paham, ya Bang.

Baca Juga:

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

Lebih histeris lagi kalau yang lewat itu ustad atau santri putra. Nggak ikhlas banget kayaknya. Sensasi malunya berlipat ganda. “Awww baniin! Ehh, laysal banin, itu Abang-abang” (taunya bukan cowok. Cuma abang2). Deuhh, sebelah mata.

Jadi, ini yang saya sayangkan. Saat itu, guru dan kiai pesantren kami tidak cukup memberi perspektif mengapa kaum muslimat di luar, bahkan istri kiai kami sendiri pakai selendang ringan saja, bukan jilbaban. Juga tidak dijabarkan bahwa tafsir tentang jilbab dan aurat itu tidak tunggal, serta harus kontekstual.

Apalagi sampai memberikan opsi moderat, misalkan bahwa: prinsip jilbab itu bukan hal baku. Di indonesia saja itu baru. Jadi ini pilihan. Yang mau pakai silakan, yang tidak pakai silakan. Tidak ada. Bahkan sampai sekarang di pesantren mana pun tak ada yang moderat begini.

Padahal penyeragaman paham ini menjadi kekakuan yang terus terbawa hingga berpuluh tahun kemudian. Kearifan kain selendang pun akhirnya habis terkikis. Terlebih kemudian mulai era 90an kelompok Tarbiyah dengan kajian Liqo-nya marak di kampus-kampus dan rumah. Makin ke sini, makin menambah jamaah. Pandangan moderat ulama terdahulu tentang aurat akhirnya tergerus sudah.[]

Nisa Alwis

Nisa Alwis

Terkait Posts

Poligami dalam

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

16 Mei 2025
Suami

5 Kewajiban Suami untuk Istri yang sedang Menyusui

15 Mei 2025
Ketika Perempuan

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

15 Mei 2025
Qiyas Perempuan Menjadi Pemimpin

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

15 Mei 2025
Ijma' perempuan

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

14 Mei 2025
Perempuan Jadi Pemimpin Negara

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nakba Day; Kiamat di Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami
  • Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!
  • Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban
  • 5 Kewajiban Suami untuk Istri yang sedang Menyusui

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version