• Login
  • Register
Minggu, 11 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Merayakan Perbedaan dalam Keberagaman

Spirit yang terbangun adalah menghidupkan nilai kesalingan dalam menghormati perbedaan, dan menjunjung tinggi pilihan agama masing-masing individu

Ahsan Jamet Hamidi Ahsan Jamet Hamidi
06/04/2023
in Pernak-pernik
0
Merayakan Perbedaan

Merayakan Perbedaan

741
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Indonesia, adalah negara besar, yang penduduknya sangat beragam. Baik agama, suku, warna kulit dan rasnya. Salah satu ciri utama warganya adalah, sikap hidup mereka yang menempatkan agama sebagai prinsip penting dalam hidupnya. Tidak hanya itu, simbol Agama juga akan selalu melekat, sebagai identitas penting bagi umumnya warga negara. Sedikit sekali orang Indonesia yang memilih untuk tidak beragama. Jikapun ada, mereka enggan menunjukkan pilihannya itu ke publik.

Masing-masing pemeluk agama memiliki ritual keagamaan yang secara rutin dirayakan. Tidak heran, jika banyak libur nasional karena alasan ada perayaan agama. Ada yang merayakan ritual tersebut secara individu maupun berjamaah dalam satu agama. Ada juga jenis perayaan ritual keagamaan yang sarat nilai sosial dan kemanusiaan secara universal. Perayaan itu dianggap tidak sakral, terbuka, bisa diikuti oleh siapa saja.

Komunitas muslim Indonesia memiliki budaya unik saat memasuki bulan puasa. Momen itu akan kita rayakan secara bersama-sama. Bentuk perayaannya juga beragam. Ada yang melakukan bersih diri dengan cara mandi bersama-sama di sungai ataupun kolam. Lalu, ada yang mendatangi kuburan untuk berdoa. Dan ada pula yang saling berkirim pesan lewat media sosial untuk bermaaf-maafaan. Juga ada yang merayakanya dengan cara makan ramai-ramai di tempat ibadah. Seperti tradisi potluck.

Daftar Isi

    • Tradisi Unik di Kantor
  • Baca Juga:
  • Perempuan Agen Perdamaian Antar Umat Beragama
  • Relasi Agama dan Negara Dalam Pandangan Buya Husein
  • Islam Adalah Agama Kemanusiaan
  • Maria Ulfah Santoso, Perempuan Yang Ikut Berkontribusi Lahirnya Pancasila
    • Merayakan Perbedaan dengan Gembira
    • Mengapa Tradisi Perayaan Bersama itu penting?
    • Merawat Praktik Baik

Tradisi Unik di Kantor

Merayakan perbedaan seperti itu juga rutin dilakukan di kantor saya, The Asia Foundation Indonesia setiap menjelang puasa. Kami menamakannya dengan istilah “cucurak”. Istilah berbahasa Sunda. Praktiknya simpel, seluruh staf akan berkumpul bersama, lalu makan dan minum beramai-ramai. Tujuannya juga simpel, untuk memperkuat silaturahmi antar staf. Perayaan seperti cucurak ini juga kami lakukan dalam rangka menyambut Natal dan Tahun Baru. Ketika perayaan Imlek, kami secara beramai-ramai akan menggunakan pakaian bercorak merah, berfoto bersama dan tidak lupa, berbagi hadiah dengan yang lain.

Merayakan Perbedaan
Merayakan Perbedaan

Masing-masing staf akan membawa berbagai jenis makanan dan minuman unik, dan enak. Semua kami kumpulkan di atas meja, kemudian disantap bersama-sama. Sebelum acara santap makan, akan didahului dengan sambutan dari pimpinan kantor, lalu doa bersama sebelum makan. Uniknya, agenda do’a bersama akan kami lakukan sesuai dengan beragam agama yang merepresentasi jumlah pemeluk agama di kantor. Untuk tahun 2023, doa kami lakukan dalam 3 agama. Islam, Kristen dan Budha. Hal itu sesuai dengan jenis agama yang dianut oleh kurang lebih 80 staf di kantor.

Baca Juga:

Perempuan Agen Perdamaian Antar Umat Beragama

Relasi Agama dan Negara Dalam Pandangan Buya Husein

Islam Adalah Agama Kemanusiaan

Maria Ulfah Santoso, Perempuan Yang Ikut Berkontribusi Lahirnya Pancasila

Selama 13 tahun saya bekerja di kantor tersebut, sudah mengikuti 13 kali perayaan seperti itu. Semakin lama, ritual perayaan itu semakin kreatif dan meriah. Selain acara doa dan makan-makan, ada games, pembagian hadiah, menyanyi. Semua bergembira dan bahagia. Perayaan khas itu menjadi moment yang dirindukan oleh para staf di kantor.

Para penggerak perayaan itu berlaku secara bergantian secara alamiah. Menjelang bulan puasa, kawan-kawan Non-Muslim yang aktif bekerja. Ketika hendak masuk waktu Natal dan Tahun Baru, giliran mereka yang beragama Islam lah yang lebih banyak bekerja. Spirit yang terbangun adalah menghidupkan nilai kesalingan dalam menghormati perbedaan, dan menjunjung tinggi pilihan agama masing-masing individu.

Merayakan Perbedaan dengan Gembira

Sepintas, ritual perayaan tersebut nampak seperti makan-makan biasa. Tidak ada yang istimewa dari tradisi potluck yang biasa terjadi. Namun, jika terlibat aktif dalam perayaan itu, kesan yang muncul sungguh sangat dalam. Ada spirit kebersamaan sangat kuat yang terinternalisasi ke dalam batin para pelakunya. Ada nilai solidaritas, kerukunan yang diteguhkan secara alamiah, lalu termanifestasi secara nyata melalui perayaan bersama itu.

Sebagai orang yang berlatar belakang pendidikan agama Islam sejak belia, dulu saya tidak terbiasa bergaul dengan orang yang berbeda agama. Namun, budaya kerja di kantor ini, telah mengajarkan saya akan nilai solidaritas, kebersamaan, toleransi, saling menolong sebagai sesama manusia. Nilai kemanusiaan itu menjadi lebih terasa wujudnya. Interaksi personal dengan kawan-kawan satu kantor yang berbeda agama begitu cair, tanpa sekat dan lebih mudah. Saya sama sekali tidak punya sikap curiga, hanya karena alasan berbeda agama.

Mengapa Tradisi Perayaan Bersama itu penting?

Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, bahwa bagi warga Indonesia, hidup dengan prinsip dan simbol agama itu utama. Memang, ajaran dasar semua agama akan selalu berada pada pusaran kebaikan, kejujuran dan keadilan yang harus dijalankan para pemeluknya. Namun, dalam praktiknya, dimensi agama bisa berkembang jauh merasuk dalam urusan duniawi yang begitu dinamis.

Wujudnya sangat beragam. Agama tidak semata-mata menjadi kendaraan untuk meraih keselamatan dan kemaslahatan kehidupan dunia dan akhirat. Isu agama, ternyata juga telah orang-orang tertentu gunakan sebagai prasyarat terpenuhinya seseorang dalam meraih posisi dan jabatan tertentu di dunia kerja.

Dalam kontestasi politik saat pemilihan umum, ada juga yang menjadikan agama sebagai media untuk mendulang dukungan suara. Mereka aktif membangkitkan solidaritas semu para konsituennya. Ada juga yang berupaya memperuncing sentimen karena perbedaan pilihan agama. Hal itu mereka lakukan demi untuk meraih dukungan dan memenangkan kontestasi.

Agama, terkadang juga diajarkan dengan berbagai macam cara. Ada pengajar agama yang gemar mengungkit sejarah perang antar pemeluk agama di masa lalu. Juga sejarah konflik antar pemeluk agama, atau antar pegiat organisasi keagamaan.

Merawat Praktik Baik

Tidak heran, jika ada yang memandang agama seolah sarat dengan kompetisi. Pemeluknya menjadi bersikap curiga, merasa terancam oleh pemeluk agama lain. Bahkan, harus selalu bersiap siaga untuk bertahan atau menyerang. Beragama, seolah identik dengan perang berhadapan dengan mereka yang berbeda dengan dirinya.

Bagi pemeluk agama yang sifat dasar kepribadiannya tertutup, minim pengetahuan dan pergaulan, ajaran agama yang diajarkan dengan cara seperti itu, bisa-bisa akan menyuburkan sikap penuh curiga kepada pemeluk agama lain. Dalam kondisi seperti ini, agama semakin terjauhkan dari citi-cita luhurnya. Yaitu untuk mewujudkan keadaban, keselamatan dan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.

Indonesia, yang warganya sangat beragama, memiliki tantangan seperti itu. Peran pemerintah yang kerap menggunakan pendekatan hukum dalam mengatasi tantangan ini saya rasa tidak cukup. Praktik dan pengalaman hidup dalam membangun prinsip kesalingan dalam menjaga kerukunan dan kedamaian telah lama ada.

Bersikap rileks dan terbuka dalam menghadapi perbedaan, juga telah berjalan lama sekali di Komunitas. Praktik baik itu harus terus kita rawat dan kita kembangkan. Untuk itulah, kami terus belajar merayakan perbedaan dengan gembira dan bahagia. []

Tags: agamaIndonesiakeberagamanPerayaanperbedaanpuasaramadan
Ahsan Jamet Hamidi

Ahsan Jamet Hamidi

Program Officer di The Asia Foundation Ketua Ranting Muhammadiyah Legoso, Ciputat Timur, Tangerang Selatan

Terkait Posts

Pesantren

Hak-hak Perempuan di Pesantren

10 Juni 2023
Pekerja Migran

Akar Masalah Pekerja Migran

10 Juni 2023
Pekerja Migran

Pekerja Migran dan Tanggungjawab Islam

10 Juni 2023
Poligami

Reformasi Al-Qur’an Dalam Merespon Praktik Poligami

9 Juni 2023
Poligami

Al-Qur’an Turun untuk Mengkritik Praktik Poligami

9 Juni 2023
Poligami

Poligami Tidak Semata Tradisi Islam

9 Juni 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kawin Anak

    Dilema Hukum Dalam Kawin Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Moetiah, Aktivis Perempuan Tertelan Kuasa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Invisible Disability dari Drama Korea Doktor Cha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sopo Aruh: Menjaga Persatuan Indonesia dalam Lanskap Kebudayaan Jawa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Memberikan Dukungan Kepada Perempuan Korban KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan Berdaya dalam Islam, Merdeka Pikiran, Tindakan, dan Finansial
  • Hak-hak Perempuan di Pesantren
  • Pentingnya Memperhatikan Kesejahteraan Mental Selama Kehamilan
  • Akar Masalah Pekerja Migran
  • Moetiah, Aktivis Perempuan Tertelan Kuasa

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist