Mubadalah.id – Prinsip-prinsip ekonomi diaplikasikan untuk memecahkar tantangan pendistribusian berbagai sumber daya yang langka kepada berbagai pengguna yang bersaing antara satu dengan yang lainnya. Berbagai permasalahan di seputar pembangunan berkelanjutan.
Termasuk di dalamnya makin mendesaknya kebutuhan terhadap sistem energi yang berkelanjutan, merupakan peluang besar untuk melakukan berbagai koreksi terhadap sistem ekonomi.
Koreksi yang dimaksud adalah peninjauan mendasar terhadap tujuan pertumbuhan ekonomi yang biasanya mendapat prioritas lebih tinggi dibandingkan tujuan. Seperti pencapaian pelestarian daya dukung lingkungan dan keadilan sosial.
Ekonomi hijau menyoroti berbagai kesalahan sistem ekonomi yang sedang menjadi arus utama dalam kehidupan modern saat ini. Ekonomi hijau merupakan paradigma baru yang mampu melindungi ekosistem dalam mengikuti jalan baru pertumbuhan ekonomi yang sekaligus mampu mengurangi masalah kemiskinan.
Paradigma baru ini mengakui bahwa lapisan miskin merupakan pihak yang lebih menderita akibat dampak kerusakan lingkungan. Itu sebabnya ekonomi hijau mengelola target-target terkait kemiskinan, perubahan iklim, dan sekaligus keanekaragaman hayati.
Secara lebih rinci, ekonomi hijau biasa dikenal sebagai suatu sistem ekonomi yang memenuhi prinsip-prinsip ramah lingkungan hidup dan mampu mewujudkan keadilan sosial.
Aktivitas investasi, produksi, jual beli, distribusi dan konsumsi sistem tersebut dijalankan tidak hanya ramah lingkungan. Namun juga menyediakan produk dan jasa yang mampu meningkatkan kualitas daya dukung lingkungan hidup (UNEP, 2010).
Tujuan setiap aktivitas transaksinya adalah mencapai berbagai tujuan ekonomis. Sistem ekonomi hijau memasukkan berbagai pertimbangan ekologis juga mengakomodasi eksternalitas yang biasa terabaikan oleh sistem ekonomi konvensional.
Ekonomi hijau menekankan pada tiga prinsip dasar, yaitu: Pertama, pertumbuhan ekonomi. Kedua, eco-efficiency. Dan ketiga, kualitas pertumbuhan ekonomi (Regionomica, 2012).
Pengembangan Ekonomi Hijau
Pertumbuhan tetap menjadi perhatian dalam implementasi dan pengembangan ekonomi hijau. Pertumbuhan tetap diperankan sebagai piranti pencapai berbagai tujuan. Seperti pemberantasan kemiskinan dan kreasi kesejahteraan secara umum.
Namun begitu, terdapat usaha keras koreksi aktivitas ekonomi guna mencapai pertumbuhan tersebut. Selama ini, pertumbuhan sangat di titik beratkan pada ukuran-ukuran kuantitas mengikuti pasar.
Praktik ekonomi yang telah banyak negara jalankan utamanya negara maju-selama ini terbukti mengakibatkan kerusakan sistem lingkungan dengan dampak luas.
Hal tersebut kemudian biasa mereka atasi dengan melakukan perbaikan lingkungan yang memanfaatkan sebagian hasil pembangunan ekonomi tersebut. Kalimat sederhana: tumbuh dahulu, kemudian perbaiki kerusakan.
Tingginya kualitas pertumbuhan dalam ekonomi hijau dapat tercapai dengan menerapkan strategi eco-efficiency. Batas kemampuan lingkungan untuk menopang aktivitas ekonomi menjadi pertimbangan penting.
Ekonomi hijau juga menekankan pentingnya pergeseran paradigma dari ukuran kuantitas PDB menjadi kualitas PDB. Penekanannya pada arti kualitas pertumbuhan yang berusaha mewujudkan keberlanjutan daya dukung lingkungan untuk mencapai kualitas hidup (kualitas ekologis, kualitas ekonomis, dan kualitas sosial).
Artinya, tidak sekadar membiarkan terjadinya kerusakan lingkungan dan kemudian kita perbaiki sehingga menjadi pengurang capaian PDB. Sejak awal, berbagai aktivitas ekonomi perlu kita rancang dan sepakati agar meminimalkan terjadinya kerusakan. []